4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 KONDISI AKTUAL PPI DI PANGANDARAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

BAB IV PROFIL LOKASI 4.1. Letak Geografis dan Kondisi Alam

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

Lampiran 1 Perhitungan bobot faktor internal pengembangan PPI Pangandaran di lokasi baru

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Perairan Cilacap dan sekitarnya adalah merupakan bagian perairan di Selatan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN ARU

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bekasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko

Transkripsi:

31 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Ciamis 4.1.1 Geografi, Morfologi dan Klimatologi Kabupaten Ciamis terletak di selatan Provinsi Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten ini terletak pada koordinat 108 20 BT sampai 108 40 BT dan 7 40 20 LS sampai 7 41 20 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Ciamis adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011). Selanjutnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis tersebut diatas menyatakan bahwa luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan mencapai 244.479 ha, 67.340 ha (27,54%) diantaranya merupakan wilayah laut dengan garis pantai mencapai 91 km, dan 2.782,42 ha (1,14%) potensi lahan dimanfaatkan untuk kegiatan di bidang perikanan budidaya yaitu kolam, empang dan tambak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan perikanan telah cukup berkembang di Kabupaten Ciamis. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis (2011), kawasan pesisir di Kabupaten Ciamis seperti Pangandaran, Kalipucang dan sekitarnya merupakan suatu dataran rendah yang sangat luas dan didominasi oleh pantai berpasir. Kawasan tersebut dapat dikembangkan sebagai aktivitas di wisata bahari seperti menyelam, memancing, berperahu dan berselancar. Bentuk dan tipe pantai di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh angin, arus dan gelombang. Kawasan Pangandaran relatif terlindung dari hempasan gelombang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011). Kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap seperti tambat-labuh kapal/perahu dan pendaratan hasil tangkapan. Kabupaten Ciamis beriklim tropis yaitu matahari dapat menyinari wilayah ini sepanjang tahun sehingga sangat mendukung aktivitas penduduk, salah satunya adalah kegiatan perikanan tangkap. Sebagian besar wilayah Kabupaten Ciamis

32 menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, bertipe C (agak basah). Keadaan suhu udara berkisar antara 20 0 C sampai dengan 30 0 C dan kelembaban udara berkisar antara 80-90%. Keadaan curah hujan rata-rata sebesar 114 ml per bulan sedangkan curah hujan tertinggi mencapai 227 ml per bulan dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 31 hari per tahun sampai 175 hari per tahun (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011). 4.1.2 Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis tercatat sebanyak 1.616.778 orang dengan tingkat kepadatan rata-rata 619 orang/km 2 tahun 2010 (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Ciamis (2011) vide Dinas Kelautan dan Perikanan Kabuaten Ciamis (2011). Penduduk bergerak di bidang usaha perikanan dan kelautan sebanyak 98.065 orang atau (6,40%) yang terdiri atas pembudidaya ikan 91.154 orang (5,92%), nelayan di perikanan laut 4.860 orang (0,31%), nelayan di perairan umum 1.952 orang (0,12%), dan lainnya (0,006%; bakul 62 orang dan pengolah ikan 37 orang) (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011). Tabel 10 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%) 2001 1.618.725,0-2002 1.604.132,0-0,90 2003 1.448.445,0-9,71 2004 1.454.365,0 0,41 2005 1.456.902,0 0,17 2006 1.457.146,0 0,02 2007 1.458.652,0 0,10 2008 1.539.165,0 5,52 2009 1.539.165,0 0,00 2010 1.616.778,0 5,04 Rata-rata 1.519.347,5 0,07 Kisaran pertumbuhan (%) -9,71 5,52 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 Perkembangan penduduk di Kabupaten Ciamis cenderung mengalami peningkatan selama periode tahun 2001-2010 (Tabel 10). Peningkatan jumlah

33 penduduk terjadi pada tahun 2004 dan berlanjut sampai tahun 2008 kemudian stagnan di tahun 2009. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan ratarata 0,07% per tahun dengan kisaran pertumbuhan antara -9,71% sampai 5,52% selama periode 2001-2010. Pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2008, dengan nilai pertumbuhan 5,52%, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi tahun 2003 dengan nilai pertumbuhan -9,71%. Tingkat pendidikan penduduk merupakan salah satu indikator pembangunan sumberdaya di suatu kawasan. Tingkat pendidikan di Kabupaten Ciamis telah cukup lengkap mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Persentase tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut pendidikan dan jenis kelamin di Kabupaten Ciamis tahun 2009 Pendidikan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 11,40 15,07 SD/Sederajat 52,50 52,04 SLTP/Sederajat 19,24 15,38 SMA/Sederajat 12,56 10,58 D1-PT 4,30 6,93 Jumlah 100,00 100,00 Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Ciamis tahun 2010 Hasil indeks pembangunan manusia Kabupaten Ciamis pada Tabel 11 memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk Ciamis relatif rendah. Lebih 50% dari jumlah penduduk hanya menyelesaikan Sekolah Dasar (SD). Penduduk yang melanjutkan ke perguruan tinggi memiliki persentase terendah yaitu 4,30% untuk laki-laki dan 6,93% untuk perempuan. Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Ciamis relatif beragam yaitu pegawai pemerintah, TNI, Polri, pegawai swasta, nelayan, petani, tukang, pedagang dan penyediaan layanan jasa (BPS, 2010). Keragaman mata pencaharian penduduk ini menandakan bahwa lapangan pekerjaan di Kabupaten Ciamis cukup luas.

34 4.1.3 Sarana dan prasarana umum Keberadaan sarana dan prasarana umum sangat menunjang kelancaran berbagai aktivitas di suatu kawasan. Sarana dan prasarana tidak hanya mempermudah menjalankan berbagai aktivitas, tetapi juga mempercepat proses dan menghemat waktu pelaksanaan. Sarana dan prasarana umum yang terdapat di Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut : 1) Transportasi Sarana transportasi yang terdapat di Kabupaten Ciamis adalah transportasi darat, udara dan sungai. Salah satu prasarana transportasi darat adalah jalan. Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Ciamis adalah 4.809,54 km dengan rincian yaitu jalan nasional 106,58 km (2,2%), jalan provinsi 109,99 km (2,3%), jalan kabupaten 772,30 km (16,1%), dan jalan desa 3.820,67 km (79,4%). Jalanjalan tersebut dalam kondisi baik dan telah di aspal kecuali di beberapa lokasi tertentu. Jalan kondisi baik 4.324,11 km (89,9%), kondisi sedang 130,95 km (2,7%), kondisi rusak 197,39 km (4,1%), dan kondisi rusak berat 157,09 km (3,3%) (BPS, 2010). Kawasan pesisir Kabupaten Ciamis seperti Kecamatan Pangandaran aksesnya relatif mudah melewati jalan darat seperti dari Cirebon, Bandung, dan Tasikmalaya. Jarak tempuh dari Cirebon ke Pangandaran adalah 291 km dengan rute perjalanan adalah Cirebon-Kuningan-Panawangan-Kawali-Ciamis-Banjar- Banjarsari-Pangandaran. Jarak tempuh dari Bandung ke Pangandaran adalah 223 km dengan rute perjalanan adalah Bandung-Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar- Banjarsari-Pangandaran. Jarak tempuh dari Tasikmalaya adalah 108 km dengan rute perjalanan yang ditempuh adalah Tasikmalaya-Cikatomas-Cipatujah- Pangandaran (MyPangandaran.com, 2010). Kondisi jalan pada jalur-jalur tesebut relatif baik dan sebagian besar permukaan jalan telah diaspal. Sarana transportasi sungai yang digunakan adalah kapal/perahu. Kapal/perahu tidak hanya digunakan sebagai armada penangkapan ikan, tetapi juga untuk aktivitas wisata di laut/sungai. Pemilik perahu menyewakan perahunya kepada wisatawan menyusuri aliran sungai Cijulang yang mempunyai pemandangan yang indah. Nelayan-nelayan di Pangandaran juga melakukan hal

35 yang sama. Mereka menyewakan perahunya menuju Cagar Alam Pananjung dan melakukan atraksi penangkapan ikan bersama wisatawan. Untuk transportasi udara, telah dibangun Bandar udara khusus komersil di Nusawiru, Cijulang 26 km dari Pangandaran yang dapat didarati pesawat jenis CN 250 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011). Dengan adanya Bandar udara ini memungkinkan bagi nelayan untuk mendistribusikan hasil tangkapannya keluar daerah maupun untuk tujuan ekspor. 2) Telekomunikasi Keberadaan telekomunikasi sangat penting dalam menunjang kegiatan perekonomian di Kabupaten Ciamis dalam era globalisasi saat ini. Kabupaten Ciamis merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi yang cukup besar dalam bidang perikanan dan kelautan serta pariwisata. Keberadaan media komunikasi memberikan peranan yang cukup besar dalam menerima dan menyebarkan informasi dari dan ke wilayah Kabupaten Ciamis. Hasil pengamatan penulis memperlihatkan bahwa sarana komunikasi yang dapat diakses masyarakat adalah jasa pos untuk surat menyurat, telepon umum, komunikasi seluler dan internet. Sarana komunikasi tersebut mudah diakses oleh masyarakat dan merupakan media yang efektif dalam mempromosikan pariwisata. 3) Listrik dan Air Hasil pengamatan di lapang memperlihatkan bahwa layanan listrik sudah menjangkau hampir ke seluruh kawasan di Kabupaten Ciamis khususnya di Pangandaran. Pelayanan listrik ini telah tersedia di lokasi PPI Pangandaran lama maupun di lokasi baru, pemukiman penduduk, sarana ibadah, sarana pendidikan, dan dunia usaha. Menurut BPS (2010), kebutuhan listrik rumah tangga dan dunia usaha di Kabupaten Ciamis sebesar 160.466.185 KWH, sedangkan suplai total listrik PT PLN sebesar 300.000.000 KWH. Hal ini memperlihatkan bahwa pasokan listrik yang disediakan oleh PT PLN belum termanfaatkan secara optimal di Kabupaten Ciamis. Kebutuhan air masyarakat berasal dari mata air, sumur dan PDAM Tirta Galuh. Sumber air untuk kebutuhan MCK dan operasional PPI Pangandaran

36 berasal dari sumur yang terdapat di areal PPI (pengamatan penulis). Kualitas air di pemukiman penduduk seperti kandungan mineral ataupun bakteri yang terdapat di dalam air tersebut belum diketahui, tetapi umumnya sangat jernih. Masyarakat menggunakan air tersebut untuk mencuci dan memasak. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Ciamis Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis secara umum berskala kecil. Skala usaha penangkapan ikan yang masih sederhana, sehingga upaya peningkatan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis terhambat oleh pemanfaatan potensi sumberdaya ikan belum optimal. Keterbatasan dalam pemanfaatan teknologi juga merupakan kendala dalam peningkatan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis. Teknologi penangkapan ikan yang digunakan relatif sederhana dan daya jelajah armada penangkapan terbatas jangkauannya. 4.2.1 Unit penangkapan ikan Keberhasilan operasional penangkapan ikan ditentukan oleh unit penangkapan ikan terdiri atas nelayan, alat tangkap, dan armada penangkapan ikan. Ketiga komponen dalam unit penangkapan ikan tersebut mempunyai hubungan yang saling terkait satu sama lain. 1) Nelayan Nelayan merupakan pelaku utama kegiatan penangkapan ikan. Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (2011) mengklasifikasikan nelayan sebagai berikut: (1) Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau tanaman air. (2) Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang selain sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau tanaman air, juga mempunyai pekerjaan lain, tetapi waktu kerja sebagai nelayan lebih banyak dibandingkan pekerjaan lainnya.

37 (3) Nelayan sambilan yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan atau binatang air lainnya atau tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan penangkapan ikan, nelayan kategori ini juga mempunyai pekerjaan lain. Lama waktu bekerja sebagai nelayan lebih sedikit dibandingkan pekerjaan yang lain. Tabel 12 Jumlah nelayan menurut kecamatan dan desa di Kabupaten Ciamis tahun 2010 Kecamatan Desa Jumlah Nelayan (orang) 1. Kalipucang Majingklak 202 Bagolo 166 Subjumlah 368 2. Pangandaran Babakan 383 Pangandaran 518 Pananjung 1.034 Subjumlah 1.935 3. Parigi Kr.Kaladri 690 Subjumlah 690 4. Cijulang Batukaras 427 Cijulang 127 Subjumlah 554 5. Cimerak Masawah 106 Legokjawa 96 Kertamukti 77 Subjumlah 279 Jumlah 3.826 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 Nelayan Kabupaten Ciamis termasuk kedalam nelayan dengan skala usaha kecil berdasarkan ciri-ciri yang dijelaskan oleh Smith (1983) vide Azzam (2009). Nelayan tersebut melakukan aktivitas penangkapan ikan secara sederhana yaitu menggunakan perahu motor tempel tanpa dilengkapi alat bantu yang akan memudahkan aktivitas penangkapan ikan seperti fish finder atau Global Positioning System (GPS). Keahlian dalam menangkap ikan diperoleh melalui

38 pengalaman melaut bersama nelayan lain. Penangkapan ikan biasanya dilakukan dalam satu hari atau one day fishing. Melalui Tabel 12 diketahui bahwa jumlah nelayan yang terdapat Kabupaten Ciamis pada tahun 2010 adalah 3.826 orang. Kecamatan Pangandaran merupakan kecamatan yang paling banyak nelayannya yaitu 1.935 orang (50,6%) tersebar di tiga desa yaitu Babakan, Pangandaran dan Pananjung. Kecamatan Cimerak paling sedikit terdapat nelayan yaitu 279 orang (7,3%). Perkembangan dan pertumbuhan nelayan di Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 2. Tabel 13 Jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 Tahun Jumlah Nelayan Pertumbuhan (%) 2001 3.531-2002 3.876 9,77 2003 4.598 18,63 2004 4.709 2,41 2005 4.709 0,00 2006 4.619-1,91 2007 4.619 0,00 2008 4.860 5,22 2009 4.860 0,00 2010 3.826-21,28 Rata-rata pertumbuhan (%) 1,28 Kisaran pertumbuhan (%) -21,28 18, 63 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 (diolah kembali) Pertumbuhan nelayan di Kabupaten Ciamis selama periode 2001-2010 mengalami peningkatan sebesar rata-rata 1,28% per tahun, tetapi dengan kisaran pertumbuhan yang besar yaitu antara -21,28% sampai 18,63%. Besarnya nilai kisaran memperlihatkan bahwa pertumbuhan nelayan selama periode tersebut tidak stabil, walaupun secara rata-rata memperlihatkan peningkatan. Kurva perkembangan nelayan Pangandaran selama periode 2001-2010 disajikan pada Gambar 3.

39 6.000 5.000 Jumlah (orang) 4.000 3.000 2.000 y = -49,773x 2 + 199702x - 2E+08 R² = 0,7802 1.000 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 3 Kurva perkembangan jumlah nelayan Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 Kurva perkembangan nelayan Kabupaten Ciamis cenderung mengalami peningkatan selama periode 2001-2006, kemudian menurun pada periode 2007-2010. Peningkatan jumlah nelayan diduga terjadi karena untuk menjadi nelayan tidak membutuhkan persyaratan dan keahlian khusus, sedangkan penurunan jumlah nelayan diduga terjadi karena adanya tsunami pada tahun 2006 yang membuat sebagian nelayan tidak ingin melaut. 2) Alat Tangkap Alat tangkap merupakan salah satu komponen dalam unit penangkapan ikan, yang mementukan keberhasilan operasi penangkapan ikan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis (2011), mencatat bahwa terdapat enam jenis alat tangkap yang dioperasikan nelayan di Kabupaten Ciamis yaitu Dogol, Jaring Arad, Gillnet, Tramell net, Bagan dan Pancing rawai. Keenam jenis alat tangkap tersebut di atas tersebar secara tidak merata di kecamata-kecamatan yang berada di kawasan pesisir yaitu Kecamatan Kalipucang, Pangandaran, Cijulang, Parigi, dan Cimerak. Pangandaran merupakan Kecamatan dengan jumlah alat tangkap terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya. Jumlah dan perkembangan alat tangkap yang dioperasikan nelayan di Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 14.

40 Tabel 14 Jumlah alat tangkap menurut jenis dan kecamatan di Kabupaten Ciamis tahun 2010 Kecamatan Jenis Alat Tangkap Jumlah Pukat Kantong Jaring Insang Bagan Pancing Dogol Jaring Arad Gillnet Tramell net rawai 1. Kalipucang - - 202 - - 60 262 2. Pangandaran 193 15 1.221 147 20 201 1.797 3. Parigi 8 1 374 121-9 513 4. Cijulang - 11 380 35-96 522 5. Cimerak - - 218 - - 103 321 Jumlah 201 27 2.395 303 20 469 3.415 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 Terdapat sebanyak 3.415 unit alat tangkap di Kabupaten Ciamis pada tahun 2010. Alat tangkap yang paling banyak digunakan nelayan di Kabupaten Ciamis adalah Gillnet sebanyak 2.395 unit (70%). Alat tangkap Gillnet terdapat di setiap kecamatan di Kabupaten Ciamis dan paling banyak terdapat di Kecamatan Pangandaran yaitu 1.221 unit (51%). Alat tangkap terbanyak kedua adalah Pancing rawai yaitu 469 unit( 14%). Selanjutnya alat tangkap Trammel net (8,9%), Jaring Arad (0,8%), Dogol (5,8%) dan Bagan (0,5%). Alat tangkap Bagan hanya terdapat di Kecamatan Pangandaran. Tabel 15 Jumlah dan perkembangan jenis alat tangkap Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 Tahun Jaring Arad Gillnet Jenis alat tangkap Pancing Rawai Dogol Bagan Tramell net Jumlah (Unit) Pertumbuhan (%) 2001 31 1.686 551 195-661 3.124-2002 31 1.686 551 195 13 661 3.137 0,42 2003 53 1.309 253 141 36 203 1.995-36,40 2004 22 1.359 242 158 36 219 2.036 2,06 2005 22 1.359 242 160 36 219 2.038 0,10 2006 32 926 153 97 16 144 1.368-32,88 2007 43 2.806 205 110 20 276 3.460 152,92 2008 27 2.395 469 201 20 303 3.415-1,30 2009 27 2.395 469 201 20 303 3.415 0,00 2010 27 2.395 469 201 20 303 3.415 0,00 Rata-rata pertumbuhan (%) 8.45 Kisaran pertumbuhan (%) -36,88 152,92 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 (diolah kembali)

41 Pertumbuhan alat tangkap di Kabupaten Ciamis selama periode 2001-2010 mengalami peningkatan sebesar rata-rata 8,49%, tetapi dengan kisaran pertumbuhan yang besar yaitu antara -36,88% sampai 152,92%. Besarnya nilai kisaran memperlihatkan bahwa pertumbuhan alat tangkap selama periode tersebut tidak stabil, walaupun secara rata-rata memperlihatkan peningkatan. Kurva perkembangan alat tangkap di Kabupaten Ciamis disajikan pada Gambar 4. 4.500 4.000 3.500 y = 63,799x 2-255806x + 3E+08 R² = 0,5095 Jumlah (unit) 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 4 Kurva Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 Kurva kecenderungan perkembangan alat tangkap di Kabupaten Ciamis di atas mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah alat tangkap ini terjadi karena Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis memberikan bantuan kepada nelayan berupa alat tangkap Gillnet pada tahun 2007 kepada nelayan sebagai pengganti alat tangkap nelayan yang hilang dan rusak tersapu bencana tsunami. Menurut Fauzy (2009) pemberian bantuan ini dilakukan untuk menstabilkan kembali kondisi perikanan tangkap di kabupaten Ciamis pasca bencana tsunami. 3) Armada Penangkapan Ikan Armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis dikelompokkan menjadi tiga yaitu kapal motor, perahu motor tempel, dan perahu tanpa motor. Kapal motor adalah jenis armada yang paling sedikit dan hanya terdapat di Pangandaran.

42 Perahu motor tempel merupakan jenis armada yang paling dominan digunakan oleh nelayan. Perahu motor tempel yang digunakan nelayan pada umumnya terbuat dari bahan fibreglass dengan dimensi panjang total (LOA) 7,0-11,5 meter, lebar (B) 0,8-1,2 meter, dan dalam (D) 0,7-1,5 meter serta kekuatan mesin 7 PK. Armada penangkapan ikan yang beroperasi di Kabupaten Ciamis 1.897 unit. Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Perkembangan armada penangkapan ikan Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 Tahun Jenis Armada Jumlah Pertumbuhan Kapal Motor Perahu Motor Tempel Perahu Tanpa Motor (Unit) (%) 2001 4 1.142 38 1.184-2002 4 1.244 38 1.286 8,61 2003 4 1.510 30 1.544 20,06 2004 4 1.548 122 1.674 8,42 2005 4 1.548 122 1.674 0,00 2006 4 962 114 1.080-35,48 2007 4 2.071 114 2.189 102,69 2008 4 1.863 33 1.900-13,20 2009 4 1.863 33 1.900 0,00 2010 1 1.863 33 1.897-0,16 Rata-rata pertumbuhan (%) 9,09 Kisaran pertumbuhan (%) -35,48-102,69 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 (diolah kembali) Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan sebesar 9,09% per tahun selama periode 2001-2010. Kisaran pertumbuhan antara -35,48% sampai 102,69%. Pertumbuhan armada tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai pertumbuhan 102,69%. Pertumbuhan armada terendah terjadi pada tahun 2006 dengan nilai pertumbuhan -35,48%. Pertumbuhan armada yang rendah pada tahun 2006 disebabkan oleh bencana tsunami yang melanda wilayah Pangandaran dan sekitarnya. Bencana tsunami yang melanda Pangandaran dan sekitarnya merusak berbagai infrastruktur dan

43 menghanyutkan kapal/perahu nelayan. Perkembangan armada penangkapan ikan disajikan pada Gambar 5. 2.500 2.000 Jumlah (unit) 1.500 1.000 500 y = -4,5114x 2 + 18177x - 2E+07 R² = 0,4813 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 5 Kurva Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis cenderung mengalami peningkatan selama periode 2001-2010. Peningkatan jumlah armada yang sangat signifikan terjadi tahun 2007. Hal ini karena adanya bantuan perahu dari Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis sebagai pengganti perahu nelayan yang hilang dan rusak akibat bencana tsunami. 4.2.2 Produksi dan nilai produksi hasil tsangkapan Kabupaten Ciamis Wilayah Kabupaten Ciamis termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 573. Wilayah pengelolaan (WPP) 573 memiliki potensi perikanan sebesar 491.700 ton/tahun (KEP.45/MEN/2011). Potensi sumberdaya perikanan tersebut tidak menyebar merata untuk setiap daerah selatan Jawa. Tingkat eksploitasi ini juga berbeda-beda sesuai dengan jumlah nelayan yang ada serta peralatan yang dimiliki. Kabupaten Ciamis mempunyai potensi sumberdaya ikan sebesar 7.492,27 ton/tahun. Potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena alat penangkapan ikan dan armada yang digunakan masih sederhana dan tidak dilengkapi dengan alat bantu yang dapat mempermudah mendapatkan hasil

44 tangkapan. Produksi hasil tangkapan per jenis ikan di Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 17 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011). Tabel 17 Produksi hasil tangkapan per jenis ikan di Kabupaten Ciamis tahun 2010 Jenis Ikan Jumlah (ton) 1. Lobster/udang karang 57,43 Jenis Ikan Jumlah (ton) 17. Manyung/Jahan 164,11 2. Udang jerbung 154,09 18. Jangilus/Layaran 119,40 3. Udang dogol 953,83 19. Tuna/Cakalang 117,18 4. Udang kerosok 434,90 20. Cucut 293,43 5. Udang jambu 120,15 21. Pari 200,06 6. Udang rebon 15,48 22. Cumi cumi 21,60 7. Udang lainya 31,31 23. Tiga waja 213,80 8. Kakap putih 464,07 24. Kembung 113,31 9. Kakap merah 565,28 25. Rajungan 196,96 10. Bawal putih 190,48 26. Kacangan 7,67 11. Bawal hitam 71,65 27. Petek 87,28 12. Tenggiri 265,22 28. Bloso 2,32 13. Tongkol 158,30 29. Remang/Songot 176,30 14. Kerapu 227,39 30. Golok golok 677,88 15. Ikan kuwe 524,89 31. Binatang lunak lainnya 5.725,08 16. Layur 763,57 32. Ikan rucah - Jumlah 13.114,42 ton Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 Jenis ikan yang dominan tertangkap di perairan Kabupaten Ciamis adalah jenis udang yaitu udang dogol, udang jerbung, udang krosok, udang jambu, udang rebon dan jenis udang lainya. Produksi hasil tangkapan terbesar adalah binatang lunak, sedangkan beloso mempunyai jumlah produksi terendah di Kabupaten Ciamis. Sumberdaya ikan tidak tersebar merata di seluruh wilayah Kabupaten Ciamis.Hal ini tentunya berpengaruh pada jumlah produksi masing-masing kecamatan di Kabupaten Ciamis.Perkembangan produksi dan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 18.

45 Tabel 18 Produksi dan nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 Tahun Produksi (ton) Nilai Produksi (Rp x 10 6 ) Pertumbuhan Produksi (%) Pertumbuhan Nilai Produksi (%) 2001 2.529,80 20.814 - - 2002 2.168,20 17.858-14,29-14,20 2003 2.599,60 21.590 19,90 20,90 2004 1.871,00 16.707-28,03-22,62 2005 1.205,68 11.933-35,56-28,57 2006 1.605,62 16.664 33,17 39,65 2007 1.665,52 21.508 3,73 29,07 2008 1.997,11 29.455 19,91 36,95 2009 1.231,88 19.125-38,32-35,07 2010 441,77 7.415-64,14-61,23 Rata-rata pertumbuhan (%) -10,36-3,51 Kisaran pertumbuhan (%) -64,14-33,17-61,32-39,65 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2010 Pertumbuhan produksi di Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 mengalami penurunan sebesar rata-rata -13,53% dengan kisaran pertumbuhan -64,14% sampai 33,17% per tahun. Pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006, dimana nilai pertumbuhan produksi sebesar 33,17%. Pertumbuhan produksi terendah terjadi pada tahun 2010, dengan persentase pertumbuhan produksi sebesar -64,14% atau terjadi penurunan produksi lebih dari separuh dari produksi tahun sebelumnya. Besarnya nilai kisaran memperlihatkan bahwa pertumbuhan produksi selama periode tersebut tidak stabil, dan secara rata-rata memperlihatkan penurunan. Pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis dari tahun ke tahun mengalami penurunan sebesar rata-rata -3,85%, tetapi dengan kisaran pertumbuhan yang besar yaitu -61,32% sampai 39,65% per tahun. Pertumbuhan nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan pertumbuh-an nilai produksi sebesar 39,65%. Pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun 2010 dengan pertumbuhan nilai produksi sebesar -61,32%. Besarnya nilai kisaran memperlihatkan bahwa pertumbuhan nilai produksi selama periode tersebut tidak stabil, dan secara rata-rata memperlihatkan penurunan. Kurva perkembangan

46 produksi dan nilai produksi di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7. 3.000 2.500 Produksi (ton) 2.000 1.500 1.000 500 y = -6,9011x 2 + 27507x - 3E+07 R² = 0,644 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 6 Kurva Perkembangan produksi hasil tangkapan Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 Perkembangan produksi di Kabupaten Ciamis kecenderungannya mengalami penurunan. Penurunan produksi yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2004-2005. Penurunan produksi di Kabupaten Ciamis diduga disebabkan oleh ketidakakuratan dalam pendataan. Hal ini terjadi karena nelayan tidak melakukan penjualan hasil tangkapan di TPI, namun dilakukan di atas perahu nelayan. Penjualan hasil tangkapan di atas perahu nelayan tersebut tidak terdata oleh petugas TPI. 35.000 Nilai Produksi (RPx1.000.000) 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 y = 6E+36e -0,037x R² = 0,0897 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Gambar 7 Kurva perkembangan nilai produksi Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010

47 Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis kecenderungannya mengalami penurunan. Penurunan nilai produksi ikan terjadi tahun 2004-2005 dan 2009-2010, kemudian mengalami peningkatan tahun 2005-2008. Penurunan niai produksi terjadi karena produksi ikan di Kabupaten Ciamis mengalami penurunan. Nilai produksi ikan tahun 2010 merupakan nilai produksi terendah selama periode tahun 2001-2010. 4.2.3 Musim dan daerah penangkapan ikan Kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis terbagi dalam dua musim yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak terjadi pada musim timur yaitu bulan Mei-Oktober, sedangkan musim paceklik terjadi pada musim barat yaitu bulan November-April. Musim timur cirinya laut tidak berombak besar, perairan dalam keadaan tenang, operasi penangkapan tidak terkendala masalah cuaca. Musim barat cirinya berkebalikan dengan musim timur yaitu ombak laut sedang besar operasi penangkapan sering mengalami kendala pada musim barat (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011). Daerah penangkapan ikan berada di perairan Teluk Pananjung, Teluk Parigi, Karapyak, Perairan Nusakambangan, dan Perairan Cilacap. Lokasi daerah penangkapan ikan sekitar 1-5 mil dari pantai. Nelayan mengetahui daerah penangkapan ikan karena pengalaman melaut, informasi dari nelayan lain dan kondisi dari perairan itu sendiri seperti adanya tanda-tanda buih-buih di permukaan atau adanya gerombolan burung yang menukik di permukaan laut.