UPACARA AGAMA HINDU DI BALI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KONSERVASI TUMBUHAN. ( SUATU KAJIAN PUSTAKA)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

KEBUN RAYA EKA KARYA BALI, KONSERVASI DAN BUDAYA DALAM HARMONI

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG CANANG DI PASAR BADUNG

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2

PENGATURAN KEARIFAN LOKAL DALAM PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN BUDAYA BALI

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Pemodelan Sistem Informasi Gamelan Bali Menggunakan Tree Diagram

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang yang memiliki nilai-nilai luhur budaya. Bali bukan hanya sebagai

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI. Abstract

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB IV ANALISIS DATA. A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change.

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

PENERAPAN TRI HITA KARANA DALAM HARMONISASI KONSERVASI DAN BUDAYA DI DAYA TARIK WISATA KEBUN RAYA BALI

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

Implementasi Struktur Data tree pada Sistem Informasi Upacara yadnya Berbasis Android

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

Assalamualaikum warakhmatullah wabarakatuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

PEMODELAN SISTEM INFORMASI BEBANTENAN DALAM KAITANNYA DENGAN UPACARA YADNYA

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

TRADISI NYAAGANG DI LEBUH PADA HARI RAYA KUNINGAN DI DESA GUNAKSA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia di dalam pergaulan hidup bermasyarakat, berbangsa dan

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig)

Sambutan Presiden RI pd Upacara Tawur Agung Kesangan Nasional, di Candi Prambanan, tgl. 20 Mar 2015 Jumat, 20 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

BAGAIMANA MENERAPKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN TEMPAT IBADAH (PURA)

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Udayana

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 1/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

TUMPEK PENGARAH SEBAGAI SALAH SATU SARANA UNTUK MELESTARIKAN TUMBUH-TUMBUHAN Oleh Dra. Ni Luh Yaniasti, M.Hum. 9

Transkripsi:

UPACARA AGAMA HINDU DI BALI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN KONSERVASI TUMBUHAN. ( SUATU KAJIAN PUSTAKA) I Dewa Putu Darma UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI Candikuning, Baturiti, Tabanan Bali 82191 ABSTRACT The activity of Hindus religion in Bali is based on the philosophy of Tri Hita Karana. The used of the banten in the ceremony can`t loose from plants. In general most of the Hindus people in Bali can make and do this ceremony but they don`t understand what the purpose of the ceremony is. The Tumpek pengatag, Nangluk merana, Tibe baya, Ngentegang woh pepayonan ceremonies and it`s conection of the rice in the rice field as strategy component in conservation plants of education in Bali. Whereas the function of the plants ceremonies that remembering the human being to take care of the plants, so the ceremony can be continuously. Key words; ceremony, Hindu, konservation I. PENDAHULUAN Masyarakat Bali mayoritas menganut agama Hindu, Konsep dasar ajaran Agama Hindu adalah memanusiakan alam dan lingkungan. Didalam pelaksanaanya dilakukan melalui aktifitas upacara, karena melalui upacara, orang Hindu diharapkan tidak melupakan lingkungan bahkan harus menyatu dengan lingkungan untuk mewujudkan kebahagiaan hidup (Gunung, 2004). Upacara merupakan bagian dari tiga kerangka dasar agama Hindu yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan, kebahagian dan kesejahteraan hidup serta kesucian lahir batin bagi umat Hindu di Bali. Pelaksanaan upacara biasanya bergandengan dengan yadnya seperti Dewa Yadnya, Pitra yadnya, Rsi Yadnya, Manusa Yadnya dan Bhuta Yadnya ( Ayadnya, 2004). Upacara yang dilaksanakan didasari atas Konsep Tri Hita Karana dan apabila diterapkan secara mantap, kreatif dan dinamis akan mewujudkan kehidupan harmonis yang meliputi pembangunan manusia seutuhnya, yang astiti bakti

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cinta kepada kelestarian lingkungan serta rukun dan damai dengan sesamanya (Anonim,2000). Upakara(sesajen) yang digunakan dalam pelaksanaan upacara mengunakan tumbuhan-tumbuhan. Mustaid S. dkk 2004 menyebutkan 462 jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara Agama Hindu di Bali, sebanyak 65 jenis (14,1%) sudah termasuk katagori langka atau dilindungi. Masyarakat Bali pada umumnya melaksanakan kegiatan retual keagamaan berdasarkan tradisi yang diwarisi dari para leluhur yang bersifat gogon tuwon (tradisi). Kegiatan ritual dilaksanakan dengan semarak namun disisi lain tidak diketahuinya makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Permasalah umum bagi umat Hindu adalah kurang memiliki pengetahuan tentang filsafat dan makna upakara dan upacara. Mereka bisa membuat upakara dan melaksanakan upacara yadnya namun mereka kurang mengerti apa maksud dari upacara yang dilaksanakannya (Ayadnya, 2004). Pada hal dalam pelaksanaannya upacara mengandung makna atau pesan kepada umat yaitu rasa takut, ketundukan dan kesucian kehadap Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan dalam upacara memberi amanat atau pesan tanggungjawab atas pelestarian tumbuh-tumbuhan, agar pelaksanaan upacara bisa terus berlangsung. Menyimak hal tersebut perlu pemikiran suatu sistem yang mendasar mengarah kepada pengertian yang logis dan ilmiah. Maka pada makalah ini penulis memaparkan pelaksanaan upacara agama Hindu di Bali dari perspektif pendidikan konservasi tumbuhan.. II. UPACARA AGAMA HINDU DI BALI Kerangka dasar ajaran agama Hindu adalah Tatwa (filsafat), Susila (ethika) dan upacara (rituil). Ketingga kerangka dasar tersebut tidak berdiri sendiri tetapi

merupakan suatu kesatuan yang harus dimiliki dan dilaksanakan (Anonim, 1968). Kehidupan masyarakat Bali sehari-harinya didasari atas filsafat Tri Hita Karana yaitu kearmonisan hidup yang bahagia dengan tiga sumber penyebab yang tidak lain adalah dari Tuhan, manusia dan alam sekitarnya ( Purnomohadi, 1993). Penerapan Tri Hita Karana dalam pelaksanaan upacara dan yadnya pada kehidupan sehari-harinya adalah sebagai berikut : a. Hubungan antara manusia dengan Tuhan yang diwujudkan dengan Dewa Yadnya. b. Hubungan antara manusia dengan sesamanya diwujudkan dengan Pitra Yadnya, Resi Yadnya dan Manusia Yadnya c. Hubungan manusia dengan alam lingkungan yang diwujudkan dengan Buhta Yadnya (Anonim 2000). Kelima upacara keagamaan di atas disebut dengan Panca Yadnya yaitu : 1. Dewa Yadnya adalah suatu korban suci yang ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dan para Dewa-dewa. 2. Pitra Yadnya adalah suatu penyaluran tenaga (sikap, tingkah laku dan perbuatan) atas dasar suci yang ditujukan kepada leluhur untuk keselamatan bersama (Anonim, 2000) 3. Resi Yadnya adalah upacara keagamaan yang ditujukan kepada Rsi atau orang suci. seperti upacara penobatan calon sulinggih (mediksa), mengaturkan punia kepada para sulinggi, mentaiti dan mengamalkan ajaran-ajaran para sulinggih, membantu pendidikan calon sulinggih dan membuat tempat pemujaan beliau.(anonim 1968)

4. Manusia Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk membersihkan lahir bathin dan memelihara hidup manusia dari terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir hidup manusia 5. Bhuta Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk membersihkan alam beserta isinya. Ditujukan pada dua sasaran yaitu 1 (satu) Pembersihan alam dari gangguan pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh para buta kala dan makluk yang dianggap lebih rendah dari manusia. Dan 2(dua) Pembersihan terhadap sifat bhuta kala dan makluk itu sehingga sifat baik dan kekuatanya dapat berguna bagi kesejahteraan umat manusia dan alam. Dari sudut filsafat upacara adalah cara-cara untuk melakukan hubungan antara atman dengan Prama-atma, antara manusia dengan Hyang Widhi serta semua manifestasinya, dengan jalan yadnya untuk mencapai kesucian jiwa (Anonim 1968). Dalam pelaksanaan upacara diwujudkan dalam bentuk Banten(Upakara) yang berfungsi:1)merupakan wujud untuk menyatakan rasa terima kasih kehadapan Tuhan, 2)Merupakan pelajaran dan alat konsentrasi pikiran untuk memuja Tuhan dan 3)Merupakan perwujudan dan tempatnya Tuhan(Anonim, 2000). Gerakan lingkungan hidup dunia juga mendapat dukungan yang sangat kuat dari para ahli filsafat dan agamawan, yang mengendaki lebih dari tidak sekedar reformasi. Mereka menghendaki diterapkannya filosofi ekologi baru yang menggunakan pendekatan ekologi, filosofi dan spiritual (Alikodra, 2004). Menyimak uraian diatas pelaksanaan upacara merupakan tutunan spritual untuk menghargai sumber dari kebahagian hidup yaitu dari Tuhan, manusia dan alam beserta isinya hal ini merupakan komponen yang strategis sebagai landasan pendidikan konservasi tumbuhan di Bali. Selanjutnya Darma D.P. 2006 menyebutkan upacara yang merupakan landasan trategis dalam pendidikan

konservasi tumbuhan adalah upacara Tumpek pangatag, Nangluk merana, Tibe baya, Ngentegang woh pepayonan dan serangkaian upacara yang berkaitan dengan penanaman padi di sawah. III. TUMBUHAN DALAM UPACARA AGAMA HINDU DI BALI Pelaksanaan upacara Agama Hindu di Bali tidak bisa lepas dari tumbuhan tumbuhan, yang digunakan sebagai sarana upakara ( banten). Bhagawan Gita, bab IX No: 26 menyebutkan patram puspam phalam toyam yo me bhaktya prayacehati tad aham bhaktyu pahrtam asnami prayatatmanah Artinya : Siapapun yang dengan kesujudan mempersembahkan kepadaku daun, bunga, buah-buhan, atau air persembahan yang didasari oleh cinta dan keluar dari hati yang suci, Aku terima. Tumbuhan dalam upacara agama Hindu di Bali mempunyai arti penting yaitu; 1. Sebagai pelambang atau simbol - Dewa Pada pembuatan prosan daun sirih melambangkan Dewa Wisnu, Kapur melambangkan Dewa Siwa dan buah pinang melambangkan Dewa Brahma(Anonim, 1980). - Sukma serira ( badan halus) Kelapa(Cocos nucifera Linn. )melambangkan kepala, kemiri ( Aleurites molucana ) mata, daun delem (Pogostemon bortensis) telinga, bunga pudak (Pandanus sp) hidung, buah durian (Durio zibethinus L.) muka,

bambu buluh (Bambusa sp) leher, Tebu (Saccharum officinarum L.f.) tangan, pisang kayu (Musa paradisiaca)tubuh, Tebu (Saccharum officinarum L.f.) kaki, dan rimpang jahe (Zingiber officinalis ) jari kaki, - Ketenangan Pelawa pada pembuatan Canang Genten, Anonim, 1980). - Ketulusan/kesucian hati Bunga pada pembuatan Canang Genten (Anonim, 1980). Penggunaan niasa atau simbul ini dimaksudkan agar tri pramana yang terdiri dari bayu(tenaga, karya, prilaku), sabda ( perkataan) dan idep (pikiran) yang berada dalam diri manusia menjadi lebih mantap sehingga penerapan dalam kehidupan sehari menjadi satu kesatuan utuh dan lebih kearah pelaksanaan yang benar (Nala, 2004) 2. Sebagai Sarana Perlengkapan Upakara Penggunaan tumbuhan sebagai kelengkapan upakara dikelompokan menjadi dua yaitu rerampen( jejahitan ron busung) yaitu upakara yang berasal dari daun kelapa dan enau muda yang dijarit dan eteh-eteh banten adalah serana dari upakara yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan untuk pengisi banten, pembuatan tirta dan persebahyangan( pemuspan). Seperti pandan arum dan wangi-wangian merupakan alat perangsang untuk memusatkan pikiran ke arah kesucian.(anonim, 1980). Wittmann. 1997, menyebutkan alasan-alsan perlindungan alam yaitu 1. Alasan-alasan perlindungan karena kepentingan manusia 2. Alasan-alasan dari perlindungan alam melalui peninjauan alam sebagai dirinya sendiri 3. Alasan-alasan dari upaya yang bersifat ekologis dari titik pandang agama.

dan selanjutnya Mackinnon dalam Madrem 2004 menyebutkan pelestarian modern adalah sebagai suatu usaha pemeliharaan sumber daya bumi secara bijaksana. Artinya prisip usaha pelestarian tersebut harus mengacu pada pengelolaan sumberdaya hayati sedemikian sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia masa kini maupun masa mendatang secara oftimal. Dalam usaha pelestarianya masyarakat harus dibuat menjadi sadar akan kepentingan untuk melestarikan warisan tumbuhan lokal, bekerja secara aktif dalam pelestariannya, dan dibuat merasakan keuntungan-keuntungan konservasi sepanjang waktu. (J.E Hernandez Bormejo dalam Sofi Mursidawati dkk, 1998). Dari uraian tersebut di atas pemanfaatan tumbuhan-tumbuhan dalam upacara agama Hindu di Bali mengandung pesan untuk bertanggungjawab atas pelestarian tumbuh-tumbuhan, yang merupakan wujud rasa ketundukan dan kesucian sikap terhadap Tuhan. IV. KESIMPULAN 1. Pelaksanaan upacara seperti Tumpek pangatag, Nangluk merana, Tibe baya, Ngentegang woh pepayonan, dan serangkaian upacara yang berkaitan dengan penanaman padi di sawah, merupakan komponen yang strategis sebagai landasan pendidikan konservasi tumbuhan di Bali 2. Pemamfaatan tumbuh-tumbuhan pada pelaksanaan upacara memberikan amanat untuk mengingatkan manusia menjaga tumbuh-tumbuhan agar pelaksanaan upacara dapat terus belangsung. SARAN Perlu diinventarisasi lagi jenis-jenis upacara yang memberikan amanat pada pendidikan konservasi tumbuhan di Bali

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1968. Upadesa, ajaran-ajaran Agama Hindu, Parisada Hindu Dharma Bali. Anonim, 1980. Catur Yadnya, Proyek Bantuan Penyuluhan Agama, Penerbit Bukubuku dan Buletin dan Majalah Agama Depasar, Bali. Anonim, 2000. Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap aspekaspek Agama Hindu I-XV, Pemerintah Daerah Tingkat I Bali. Alikondran, Hade, S. 2004. Agenda Lingkungan, Kepeloporan Legeslatif, Tropika, Hidup Harmonis Dengan Alam Indonesia h. 12. Ayadnya, S. I. B. dan I.B. K Arinasa, 2004, Peranan Wariga terhadap Penggunaan Tanaman Upacara Adat, Seminar Tumbuhan Upacara Agama Hindu, UPT BKT Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI. Darma, D.P., 2004, Tumpek Pengarah Dalam Kajian Pendidikan Konservasi Tumbuh Tumbuhan di Bali. Seminar Tumbuhan Upacara Agama Hindu, UPT BKT Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI. Darma, D.P. 2006, Kajian Kearifan Lokal Sebagai Landasan Strategis Dalam Pendidikan Konservasi Tumbuhan di Bali Studi kasus di Desa Penyaringan, Jembrana, Bali. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Udayana Mengabdi, Universitas Udayana, Bali. Gunung, M. G. Ida Pedanda,2004.Sambutan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Seminar Tumbuhan Upacara Agama Hindu, UPT BKT Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI. Madrem, W. dan W. Sumatera 2004, Peranan Laba Pura Sebagai Konservasi Tumbuhan Upacara Adat Studi Kasus di Pura Pangkung Sakti, Angkah, Tabanan Bali Seminar Tumbuhan Upacara Agama Hindu, UPT BKT Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI. Mustaid, S., K.E. Undharta, W. Sumantera, D. Mudiana, D.P. Darma, D.M. S. Putri dan G. W. Setiadi, Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu di Kebun Raya Eka Karya Bali Seminar Tumbuhan Upacara Agama Hindu, UPT BKT Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI. Mursidawati, S., J.T. Hadiah, D.M. Puspaningtias, Hendrian, Sugiarti, S. Rahayu,dan D. Asikin, 1998. Strategi Konservasi Kebun Raya, Kebun Raya Bogor LIPI. Nala, N., 2004 Filosofis Pemanfaatan dan Keanekaragaman Tanaman Upacara Agama Hindu di Bali, Seminar Tumbuhan Upacara Agama Hindu, UPT BKT Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI. Purnomohadi, N., 1993. Technical Excursion, The 5 th IFLA, Eastern Regional Conference Bali. Wittmann H. 1997, Materi Pendidikan Lingkungan Hidup, Hanns- Seidel Foundatian.