BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, terutama usia dewasa. Insidensi dan prevalensinya meningkat

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini diperoleh 70 subyek penelitian yang dirawat di bangsal

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama, yang menduduki

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ketiga terbanyak di negara-negara maju, setelah penyakit jantung dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian observasional belah lintang (cross sectional)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji eksperimental klinis dengan randomized. + asam askorbat 200 mg intravena/hari selama 7 hari.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 75 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 21

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, setelah penyakit jantung dan kanker, dimana setiap tahunnya lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB 5 PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. hubungan letak lesi insula terhadap fungsi motorik pasien iskemik stroke. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada berbagai organ. Sampai saat ini preeklamsia masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB I. Pendahuluan. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

HUBUNGAN KADAR NEUTROFIL DENGAN LUARAN KLINIS PENDERITA STROK ISKEMIK AKUT

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB 1 PENDAHULUAN. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan kegawatan neurologi yang serius, menduduki peringkat

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Artritis reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi kronik yang ditandai

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

Transkripsi:

70 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 41 penderita stroke iskemik. Subyek penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20 (48,8%). Rerata (SD) umur penderita stroke iskemik akut adalah 57,7 (13,27) tahun. Umur termuda adalah 29 tahun dan tertua adalah 87 tahun. Rerata (SD) umur penderita pria adalah lebih tua yaitu 59,6 (13,00) tahun, sedangkan umur penderita wanita adalah lebih muda yaitu 55,7 (13,58) tahun. Data mengenai jenis kelamin dan umur kurang lebih sama dengan penelitian epidemiologi mengenai stroke sebelumnya, dimana jenis kelamin, terutama pria dan usia diatas 50 tahun merupakan salah satu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi pada stroke 1,2. Tidak didapatkan adanya perbedaan dalam hal jenis kelamin dan umur pada kedua kelompok. Data mengenai riwayat penyakit sebelumnya yang berperanan sebagai faktor resiko menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko utama Dalam kategori hipertensi dimana berdasarkan kategori Joint National Commitee (JNC) 7 didapatkan penderita dengan tekanan sistolik normal dijumpai 5 penderita (12,2%), pre-hipertensi 7 penderita (17,1%), hipertensi sistolik derajat I 6 penderita (14,6%) dan kategori hipertensi sistolik derajat II adalah yang terbanyak yaitu 23 penderita (56,1%). Data pada gambar 7 juga menunjukkan bahwa penderita dengan tekanan diastolik normal dijumpai 5 penderita (12,2%), pre-hipertensi 8 penderita (19,5%), hipertensi diastolik derajat I 7 (17,1%) penderita dan kategori hipertensi diastolik derajat II adalah juga yang terbanyak yaitu 21 (51,2%) penderita.

71 Berdasarkan kombinasi kriteria tekanan sistolik dan diastolik dijumpai penderita dengan tekanan darah normal adalah 9 penderita (22%) dan 32 penderita (78%) dikategorikan sebagai hipertensi. Faktor resiko yang lain 13 penderita (31,7%) dikategorikan DM. Rerata kadar kolesterol dan trigliserida darah penderita masih dalam batas normal. Berdasarkan kategori lemak darah dijumpai 19 penderita (46,3%) dengan hiperkolestrolemia, dan 7 penderita dengan hipertrigliseridemia. Hipertensi dari berbagai literatur dikatakan memang merupakan faktor risiko vaskular yang paling banyak didapatkan pada penderita stroke baik yang berdiri sendiri maupun bergabung dengan faktor risiko lain 1,2. Berbagai faktor risiko yang tampak pada subyek penelitian (hipertensi, DM, dislipidemia,) memiliki efek terjadinya kerusakan endotel pembuluh darah serebral dan berisiko terjadi atau memperberat aterosklerosis pada pembuluh darah serebral sehingga meningkatkan risiko terjadinya stroke. Hasil penelitian oleh Leppala dan kawan kawan mengenai stroke dan hubungannya dengan berbagai faktor risiko seperti tekanan darah, kolesterol menunjukkan bahwa penderita stroke iskemik memiliki berbagai faktor risiko yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan memperberat defisit neurologis pada penderita stroke, dapat mempengaruhi outcome paska stroke. Studi epidemiologi stroke di Toronto menyimpulkan bahwa hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke 3 kali lipat dibanding faktor risiko lain, dan akan meningkat menjadi 9 kali lipat bila berkombinasi dengan DM dan hiperkolesterolemia 1,2. Hasil penelitian tersebut kurang lebih sama dengan hasil penelitian ini

72 Rerata (SD) jumlah neutrofil absolut darah tepi pada saat penderita masuk RSUP. Dr. Kariadi Semarang untuk dirawat (hari ke-0) adalah 7076,6 (3890,11) / L dengan jumlah minimal adalah 3080 / L dan maksimal adalah 23.400 / L. Sedangkan rerata jumlah neutrofil absolut darah tepi pada hari ke- 7 onset adalah 6243,4 (3494,50) / L, dengan minimal adalah 2980 / L dan maksimal adalah 22.700 / L. Data pada gambar 8 menunjukkan bahwa rerata jumlah neutrofil absolut darah tepi pada hari ke-7 onset adalah lebih rendah dibanding pada saat masuk untuk dirawat. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara jumlah neutrofil absolut darah tepi pada saat masuk dengan pada hari ke-7 (p=0,03; Uji Wilcoxon). Perbedaan tersebut terjadi karena pada fase akut terjadi reaksi inflamasi berupa pengerahan leukosit yang dipengaruhi oleh sitokin TNF dan IL-1 (sitokin proinflamasi) terutama neutrofil yang juga disebut polimorfonuklear leukosit, merupakan populasi yang terbanyak pada sirkulasi sel darah putih dan menjadi perantara fasa yang paling awal dari respon inflamasi. 6,41,45,49 Selanjutnya menyebabkan terjadinya mobilisasi leukosit di pool marginal & leukosit matur disumsum tulang, 39,41 menuju ke tempat iskemik seperti penelitian yang dilakukan pengamatan langsung pada otak tikus setelah dilakukan oklusi arteri serebri media. 12 Sesudah masa akut terlewati reaksi inflamasi berangsur menghilang ditandai dengan penurunan kadar sitokin proinflamasi yang diproduksi. 41,45 Rerata (SD) skor NIHSS penderita pada saat masuk untuk dirawat adalah 11,7 (9,99) dengan skor minimum adalah 2 dan skor maksimum adalah 47. Sedangkan rerata skor NIHSS pada hari ke-7 onset adalah 8,7 (7,02) skor, dengan nilai minimum adalah 1 dan maksimum adalah 27. Data pada gambar

73 9 menunjukkan bahwa rerata skor NIHSS pada hari ke-7 onset adalah lebih rendah dibanding pada saat masuk untuk dirawat. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara skor NIHSS pada saat masuk dengan pada hari ke-7 onset (p<0,001; Uji Wilcoxon). Hubungan antara jumlah neutrofil absolut darah tepi dan skor NIHSS penderita stroke iskemik akut menunjukkan adanya korelasi positif antara jumlah neutrofil absolut darah tepi dengan skor NIHSS pada saat masuk maupun pada hari ke-7 onset. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan koefisien korelasi jumlah neutrofil absolut darah tepi dengan skor NIHSS saat masuk adalah + 0,4 (korelasi derajat sedang, nilai rujukan + 0,4 0,6) dengan nilai p=0,04 (bermakna), sedangkan koefisien korelasi jumlah neutrofil absolut darah tepi dengan skor NIHSS hari ke-7 adalah sama yaitu + 0,4 (korelasi derajat sedang, nilai rujukan + 0,4 0,6) dengan nilai p=0,05 (bermakna). Didapatkan signifikansi yang sangat berarti antara jumlah neutrofil absolut darah tepi awal dengan skor NIHSS awal, skor NIHSS hari ke 7 onset, dan perbedaan skor NIHSS awal - hari ke 7 onset, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah neutrofil absolut darah tepi awal dapat dipergunakan untuk meramalkan skor NIHSS yang didapat. Hasil ini sesuai dengan patofisiologi stroke akut yang secara selular saat terjadi iskemik jaringan maka neutrofil akan melekat dan bermigrasi melewati endothelium dari mikrovaskular otak. Pada saat di ekstravaskular neutrofil akan memproduksi radikal bebas (O - 2 ;OH - ), melepaskan enzim proteolitik, dan menstimulasi pelepasan neutrofil dari sel tetangga, dan hal ini menyebabkan terjadinya pengerahan neutrofil dan leukosit lain. 48 Neutrofil tinggi jumlahnya selama reperfusi dan ini memperlihatkan bahwa neutrofil merupakan

74 mekanisme yang penting selama reperfusi. Neutrofil intravaskular dan akumulasi jaringan merupakan komponen dari respon inflamasi dari kebanyakan kerusakan jaringan dan infeksi. 46,47 Perubahan skor NIHSS awal - hari ke 7 onset yang didapat menggambarkan perubahan derajat beratnya stroke iskemik yang diderita pasien. Pada penilaian pasien dengan menggunakan skoring NIHSS menjadi kategori klinis didapat hasil yang bermakna, tetapi dengan tingkat signifikansi yang berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan gradasi skoring pada NIHSS (rentang 0 42) dengan gradasi skoring secara klinis (batasan nilai > 25 sangat berat, 16 25: berat; 5 15: sedang; < 5: ringan), sehingga bila terjadi perubahan yang kecil pada pasien dapat terdeteksi dengan lebih mudah menggunakan skoring NIHSS dibandingkan skoring secara klinis. Penurunan skor NIHSS diperkirakan berhubungan dengan beberapa faktor, diantaranya adalah adanya peranan fisioterapi yang diberikan pada saat hari pertama perawatan dan dapat berkaitan dengan kemampuan serebral mengatasi reperfusion injury, dimana radikal bebas berperanan dalam proses tersebut, yang terjadi sejak awal onset stroke, dimana kemampuan tersebut dapat diintervensi dari luar tubuh seperti dengan pemberian obat-obatan Jumlah penderita stroke iskemik akut dengan defisit neurologik pada saat masuk untuk dirawat adalah 33 penderita (80,5%), sedangkan yang tanpa defisit neurologik adalah 8 penderita (18,5%). Pada saat hari ke-7 onset tampak jumlah penderita yang masih memiliki defisit neurologik jumlahnya menurun menjadi 26 penderita (63,4%), sedangkan yang tidak memiliki defisit neurologik meningkat menjadi 15 penderita (16,6%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna kejadian defisit neurologik

75 pada saat masuk untuk dirawat dengan 7 hari onset (p=0,02; Uji McNemar). Pada saat masuk RS untuk dirawat rerata (SD) jumlah neutrofil absolut darah tepi pada penderita dengan defisit neurologik adalah 7499,1 (4165,49) / L, lebih tinggi dibanding yang tanpa defisit neurologi yaitu 5333,8 (1685,50) / L. Perbedaan tersebut adalah bermakna (p=0,05; uji Mann Whitney). Hal yang sama juga tampak pada hari ke-7 onset dimana rerata (SD) jumlah neutrofil absolut darah tepi pada penderita dengan defisit neurologik adalah 6952,7 (3872,02) / L, lebih tinggi dibanding yang tanpa defisit neurologi yaitu 5014,0 (2358,84) / L. Perbedaan tersebut adalah bermakna (p=0,006; Uji Mann-Whitney). Menurut Bruno AA yang meneliti mengenai perbaikan motorik pada stroke, perbaikan motorik dapat terjadi pada fase awal setelah onset stroke dan perbaikan motorik akan mencapai fase plateau setelah 3-6 bulan kemudian. Pada fase awal serangan stroke, perbaikan fungsional dapat terjadi dan dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya proses patologi pada penumbra-ischemic metabolic injury, edema, dan penanganan tekanan darah, dengan time frame yang relatif singkat pada lesi neuron yang bersifat reversibel ini yang terjadi pada beberapa minggu pertama setelah onset. Potensi jumlah neutrofil absolut darah tepi saat masuk untuk dirawat sebagai indikator keluaran stroke iskemik akut yang dinilai dengan adanya defisit neurologik pada hari ke-7 onset dianalisis dengan Reciprocal Operating Curve (ROC) menunjukkan bahwa Luas Area Under Curve (AUC) sebesar 0,7 (95% CI= 0,5 s/d 0,9) dengan nilai p=0,04 (bermakna). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah neutrofil absolut darah tepi hari pertama dapat digunakan sebagai indikator kejadian defisit neurologik pada hari ke-7 onset. Cut-offpoint jumlah neutrofil absolut darah tepi saat masuk sebagai indikator kejadian

76 defisit neurologik hari ke-7 onset adalah 4850 / L. Distribusi kejadian defisit neurologik berdasarkan kategori jumlah neutrofil absolut ditampilkan pada tabel 7. Tabel 7 menunjukkan bahwa penderita dengan jumlah neutrofil absolut darah tepi 4850 / L yang masih memiliki defisit neurologik jumlahnya adalah 21 penderita (51,2%), sedangkan yang jumlahnya < 4850/ L hanya 5 penderita (12,2%) yang masih mempunyai defisit neurologik, akan tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna (p=0,2; uji 2 ). Data pada tabel 7 juga menunjukkan bahwa jumlah neutrofil absolut darah tepi hari I cukup sensitif (sensitifitas 80,1%) sebagai indikator kejadian defisit neurologik pada hari ke- 7 onset, akan tetapi tidak cukup spesifik (spesifitas 40%). Nilai duga positif menunjukkan bahwa jumlah neutrofil absolut darah tepi hari I hanya dapat menentukan sebanyak 70% dari penderita yang akan masih mengalami defisit neurologik hari ke-7 onset, sedangkan nilai duga negatif menunjukkan bahwa pemeriksaan ini hanya dapat menentukan 54,5% pasien yang akan tidak mempunyai defisit neurologik hari ke-7 onset. Hasil analisis tersebut diatas menunjukkan bahwa pemeriksaan jumlah neutrofil absolut darah tepi darah saat penderita masuk merupakan indikator yang cukup baik, akan tetapi masih memerlukan pemeriksaan lainnya untuk meningkatkan akurasi indikator keluaran stroke iskemik akut. Jumlah neutrofil absolut darah tepi saat masuk sebagai indikator kejadian defisit neurologik hari ke-7 adalah 4850 / L ( nilai rujukan 2,5 7,5 x 10 9 /L) sehingga klinisi harus mewaspadai nilai ini dan tidak menganggapnya sebagai hal yang biasa saja. Jumlah neutrofil absolut dengan keluaran memburuk masih dalam batas nilai rujukan tersebut mungkin terjadi

77 mengingat bahwa luas daerah yang mengalami lesi iskemik tidak cukup besar untuk menimbulkan reaksi radang yang hebat sehingga pengerahan neutrofil sebagai perantara fasa yang paling awal dari respon inflamasi masih dalam batas nilai rujukan. Disamping itu pula sebagai respon inflamasi selain neutrofil terdapat makrofag dan prekursor sirkulasinya, disebut monosit, yang memainkan peranan utama pada imunitas alamiah dan buatan dan merupakan sel efektor penting untuk mengeliminasi mikroba. sifatnya memberi respon terhadap inflamasi seperti yang dilakukan neutrofil tetapi dengan waktu yang lebih lama pada lokasi inflamasi. Oleh karena itulah, makrofag merupakan sel efektor dominan pada stadium lanjut dari respon imun alamiah atau setelah infeksi. Makrofag memiliki waktu hidup yang lebih panjang daripada neutrofil. Mengingat hal demikan mungkin saja jumlah neutrofil absolut darah tepi masih dalam nilai rujukan tetapi sudah menyebabkan perburukan keluarannya mengingat otak yang mengalami reaksi radang merupakan organ yang amat vital. Penggunaan pentoxifillin sebagai pengobatan standar pada penelitian ini yang dipergunakan sebagai hemorheologik juga mempunyai efek anti TNF sehingga dapat menekan reaksi radang yang terjadi. 33 Neutrofil bisa menyebabkan pemburukan keluaran melalui penyumbatan mikrosirkulasi dan vasokonstriksi serta infiltrasi ke neuron kemudian melepaskan enzim hidrolitik, pelepasan radikal bebas dan lipid peroksidase. Pada keadaan iskemik, terjadi peningkatan produksi radikal bebas terutama selama reperfusi. Ketidak seimbangan antara produksi radikal bebas dengan antioksidan menimbulkan suatu stres oksidatif yang mempengaruhi fungsi serebral serta merusak sel neuron melalui mekanisme peningkatan peroksidasi lipid pada membran sel, kerusakan oksidatif DNA, kerusakan

78 protein, serta induksi apoptosis dan nekrosis. Efek merusak dari stres oksidatif disertai dengan peningkatan kadar kalsium dapat merusak sel melalui aktivasi protease, lipase, endonuklease yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan dan kematian sel.