Tipologi Permukiman Kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
TIPOLOGI PERMUKIMAN KUMUH DI PINGGIRAN SELATAN KOTA SURABAYA

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

Identifikasi Permukiman Kumuh Berdasarkan Tingkat RT di Kelurahan Keputih Kota Surabaya

Arahan Distribusi Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Berdasarkan Kawasan Potensi Risiko Bencana Kebakaran di Kota Surabaya

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

BAB III METODE PENELITIAN

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

Analisis Cluster dalam Mengidentifikasi Tipe Kawasan Berdasarkan Karakteristik Timbulan Sampah Rumah Tangga di Perkotaan Kabupaten Jember

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Faktor Prioritas Penyebab Kumuh Kawasan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Belitung Selatan, Kota Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tipologi Kawasan Bahaya Banjir di Kawasan Perkotaan Kecamatan Sampang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kriteria Pengembangan Kota Banjarbaru Sebagai Pusat Pemerintahan

Faktor-Faktor Penyebab Kekumuhan Di Kelurahan Kapasari Kecamatan Genteng, Kota Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

PROFIL KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Permukiman Kumuh Kelurahan Ploso

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

PENATAAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print C-45

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

III. METODE PENELITIAN

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Penelitian Pemetaan Kawasan Kumuh Permukiman Kecamatan Tanjung Selor - Kabupaten Bulungan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

Arahan Pengendalian Penggunaan Lahan di Koridor Jalan Raya Juanda Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga di dunia. Hal ini setara dengan kedudukan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN...

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

Persebaran Spasial Produksi Emisi Karbon Dioksida (CO 2 ) dari Penggunaan Lahan Permukiman di Kawasan Perkotaan Gresik Bagian Timur

Rumusan Insentif dan Disinsentif Pengendalian Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Gianyar

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-48

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. semarang utara yang memiliki luas Ha. Kecamatan ini

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Analisis Nilai Pasar Tanah Perumahan Kawasan Industri Tuban (KIT) dengan Metode Pengembangan Lahan

5.1. Area Beresiko Sanitasi

Aminatu Zuhriyah. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Nelayan Di Kelurahan Blimbing Kecamatan Paciran Lamongan

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

Prosiding SNaPP2012:Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Siti Sujatini, 2 Harry Susilo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Faktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO

KAJIAN KONDISI EMPIRIS DRAINASE KAWASAN PESISIR MENUJU SANITASI BERKELANJUTAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-102 Tipologi Permukiman Kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya Leny Agustin Maharani dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: ema_umilia@urplan.its.ac.id Abstrak Permukiman kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya merupakan salah satu permasalahan kota. Permukiman di daerah ini menjadi rentan karena banyak masuknya penduduk desa ke kota dan memilih bertempat tinggal. Perkembangan kota Surabaya yang begitu pesat tidak diimbangi dengan pemeliharaan dan peningkatan, sehingga menjadi padat dan kumuh. Maka perlunya suatu tipologi permukiman kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya. Untuk mencapai tujuan penelitian yaitu merumuskan tipologi permukiman kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya, dilakukan tiga tahapan analisis yaitu pertama mengidentifikasi kondisi eksisting permukiman kumuh menggunakan metode statistik deskripsi, kedua untuk menentukan kriteria tipologi permukiman kumuh menggunakan analisa triangulasi dan delphi serta terakhir merumuskan tipologi permukiman kumuh dengan skoring, analisis cluster dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian terbentuk 4 tipologi, yaitu tipologi 1 terdiri dari area Karangpilang dan Waru Gunung dengan kategori di semua aspek buruk. Tipologi 2 terdiri dari area Kebraon, Gayungan, Rungkut Menaggal dan Gunung Anyar dengan ciri yaitu aspek fisik kategori sedang, aspek sosial dan hukum kategori baik, serta aspek ekonomi kategori buruk. Tipologi 3 terdiri dari area Pagesangan, Kebonsari, Dukuh Menanggal, Panjang Jiwo dan Gunung Anyar Tambak dengan ciri semua aspek baik, kecuali aspek ekonomi kategori buruk. Sedangkan tipologi 4 terdiri dari area Kutisari dan Kendangsari, yang memiliki ciri yaitu aspek fisik kategori sedang, aspek sosial dan aspek ekonomi kategori buruk dan aspek hukum kategori baik. Kata Kunci Permukiman Kumuh, Pinggiran Kota, Kriteria, Tipologi. P I. PENDAHULUAN ERMUKIMAN kumuh menjadi salah satu cara mayarakat miskin mengatasi persoalan perumahan yang terjangkau. Berdasarkan Permukiman kumuh yang terindikasi di Surabaya sebagian besar terletak di Pinggiran Kota Surabaya, baik pinggiran utara dan timur yang berbatasan dengan Selat Madura, pinggiran barat yang berbatasan dengan Kabupaten Gresik, serta pinggiran selatan yang berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo, dengan jumlah 23 kelurahan yang berada di 37 titik. Pinggiran Selatan Kota Surabaya merupakan lingkup studi, dimana terindikasi kumuh di Kelurahan Gunung Anyar, Rungkut Menanggal, dan Waru Gunung [1]. Sedangkan terindikasi kumuh di 14 dari 26 Kelurahan di 6 Kecamatan di Pinggiran Selatan Kota Surabaya. Permukiman kumuh di 6 Kecamatan Pingiran Selatan Kota Surabaya mencapai 95,34 Ha (RP4D 2008) dan memiliki karakteristik hunian padat, rata-rata luas persil kecil dan pemanfaatan ruang sangat besar dengan KDB >80% dan pemanfaatan jalan atau saluran drainase sebagai bagian dari rumah. Selain itu masih adanya penggunaan sumur air tanah untu MCK berada relatif dekat dengan septictank. Terdapat pula gang-gang kecil, bangunan yang terbuat dari material semi permanen dan temporer, sumber air bersih yang masih menggunakan sumur tanah, dan bangunan berada di sempadan sungai [2]. Di wilayah studi yaitu 6 kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo dan Gresik ini mencakup 3 unit pengembangan yaitu UP I Rungkut, UP X Wiyung, dan UP IX Ahmad Yani. Pada area studi ini direncanakan memiliki fungsi utama permukiman serta perdagangan dan jasa yang menjadi salah satu pintu gerbang Kota Surabaya terutama dari sisi selatan kota [3]. Hal ini yang memungkinkan banyaknya perpindahan penduduk dari desa ke kota yang memasuki wilayah ini. Sedangkan di Kelurahan Waru Gunung dan Karang Pilang, permukiman bercampur dengan kegiatan industri. Berdasarkan letak dan hubungan dengan penggunaan lahan inilah yang menjadi daya tarik pendatang masuk ke Kota Surabaya [4]. Sedangkan penyebab kawasan kumuh menurut RP4D 2008 yaitu dipicu oleh tingginya angka urbanisasi yang masuk. Banyak warga dari luar kota berbondong-bondong datang dengan tujuan untuk bekerja atau keperluan lain. Berdasarkan Badan Pusat Statistik angka migrasi masuk ke Surabaya secara total 61649 jiwa, jauh lebih besar dibandingkan angka masuk di Sidoarjo dan Gresik yaitu masing-masing 6245 jiwa dan 17433 jiwa. Pertambahan penduduk di tahun 2011 sebanyak 92876 jiwa yang menunjukkan laju sangat cepat. Sedangkan angka migarsi masuk di 6 Kecamatan di Pinggiran Surabaya sebanyak 14641 jiwa. Ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi status keluarga yang miskin di wilayah studi sebanyak 8110 [5]. Penentuan tipologi ini lebih dikhususkan pada wilayah studi yaitu yaitu pinggiran selatan Surabaya yang mempunyai karakter khusus dan dikelompokkan berdasarkan hal yang krusial, sehingga dapat memberikan masukan penanganan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-103 pada area yang memiliki banyak permasalahan pada kondisi eksisting yang buruk atau butuh penanganan terlebih dahulu. Serta tipologi ini dapat membatu dan mendukung rencana penuntasan pemukiman kumuh di tahun 2019 dalam draft Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 (RPJMN III), Kementrian Pekerjaan Umum RI. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalisme karena didasarkan pada kebenaran dan kondisi realita permukiman kumuh di wilayah penelitian baik dari sisi empirik sensual (panca indra), empirik logik,empirik teoritik dan empirik etik. Dengan jenis penelitian Quasi-statistics Quasi-statistics menurut Maxwell, 1996; Guba & Lincoln, 1989 yaitu penelitian kualitatif yang mengandung komponenkomponen kuantitatif [6] Variabel dalam penelitian ini antara lain ukuran lahan, pola penggunaan lahan, letak bangunan, kondisi bangunan, kepadatan bangunan, ketersediaan air bersih, ketersediaan sanitasi, ketersediaan persampahan, ketersediaan drainase, letersediaan jalan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, tingkat partisipasi masyarakat, tingkat partisipasi pemerintah, intensitas hubungan individu, bentuk interaksi, status tanah, pekerjaan dan pendapatan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik survei data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer yaitu dilakukan melalui observasi, penyebaran kuesioner 99 responden dengan teknik proposional random sampling berpola dan wawancara. Pengumpulan data sekunder bersumber dari beberapa dokumen yaitu instandi Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya, Badan Pusat Statistik, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang serta instansi terkait lainnya. Untuk merumuskan tipologi permukiman kumuh ada beberapa alat analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskripsi, triangulasi, Delphi, Skoring, Cluster dan Deskripsi kualitatif. Analisis statistik deskripsi ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi eksisting permukiman kumuh tiap area dari sebuah sampel yang teramati dan dapat digambarkan lewat tabel, grafik dan gambar untuk melihat kondisi fisik bangunan maupun, ekonomi, sosial dan hukum tiap area permukiman kumuh di 6 kecamatan Pinggiran Selatan Kota Surabaya. Analisis triangulasi digunakan untuk membentuk kriteria dari standart pelayanan minimal yang disesuaikan oleh kondisi eksisting di wilayah studi. Kemudian kriteria yang terbentuk akan dilakukan analisis Delphi sehingga terjadi kesepakatan kriteria yang akan dipakai. Analisis Skoring dilakukan yaitu pada tahap selanjutnya untuk menilai kondisi eksisting dengan kriteria yang sudah disepakati oleh stakeholder. Dengan penilaian sebagai berikut : Contoh misal : Area Karangpilang dengan 12 sampel untuk menghitung variabel status tanah Kondisi eksisting satus tanah dalam bentuk petok D yaitu 4 responden dan menggunakan tanah stren sungai 8 responden Kriteria baik =3 (petok D/sertifikat milik), buruk = 1 (tidak memiliki sertifikat) Penilaian area Karang Pilang (variabel status tanah) = (4x3)+(8x1)/12=20/12=1,67 Setelah dilakukannya skoring pada tiap variabel di tiap area, maka dilanjutkan dengan analisis cluster yaitu membantu mengelompokkan area berdasarkan karakteristik yang dimilikinya, sehingga setiap area yang paling dekat kesamaan karakteristiknya dengan area lain berada dalam cluster yang sama. Kemudian analisis cluster akan diintepretasikan dengan analisis deskripsi sehingga terbentuk tpologi permukiman kumuh. III. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Berdasarkan rekap kuesioner dari 99 responden di dapat kondisi eksisiting di Wilayah Studi, sebagai berikut : Tabel 1. Kondisi Eksisting di Wilayah Studi Variabel Kondisi Eksisting Ukuran lahan Kegiatan dilakukan di 1 ruang Kegiatan dilakukan di tiap ruang Kondisi bangunan Bahan bangunan Batu bata Batu bata dan triplek/bambu Triplek Lantai Keramik/ubin Plester Tanah Jendela 2 jendela / lebih dan difungsikan 1 jendela dan difungsikan Tidak ada jendela Kepadatan bangunan 70% atau lebih terbangun < 70% terbangun Letak bangunan Perkampungan Berada di sebelah sungai / muara sungai Berada di sebelah jalan raya Terpenuhi 60lt/org/hari air bersih Kondisi air Keadaan air jernih Keadaan air keruh / kuning kecoklatan, berasa dan berbau Prasarana sanitasi WC pribadi WC umum/bersama Cubluk/di sungai Kondisi sanitasi Kondisi terawat Kondisi tidak terawat Variabel 1=(kondisi A x kriteria A) + (kondisi B x kritera B) / jumlah sampel di area

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-104 drainase persampahan jalan Prasarana drainase Tersedia jaringan drainase dengan kondisi lancar dan bersih Tersedia jaringan drainase dengan kondisi tersumbat sampah Tidak tersedia jaringan drainase Kondisi genangan/banjir Terjadi genangan/banjir Tidak terjadi genangan/banjir Tersedia bak sampah dan selalu diangkut petugas Tidak tersedia / di bakar / di buang ke sungai Kondisi jalan Diperkeras pavling/aspal/plester Tidak diperkeras/ tanah Lebar jalan Lebar Sempit pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA D1-D3 S1 kesehatan Tidak ada wabah/penyakit seperti demam berdarah, TBC, dll Ada wabah/penyakit seperti demam berdarah, TBC, dll partisipasi Adanya kerja bakti dan berpartisipasi masyarakat Adanya kerja bakti dan tidak berpartisipasi Tidak ada kerja bakti partisipasi Didukung adanya program pemerintah Tidak didukung program Intensitas hubungan Mengikuti PKK individu Mengikuti Pengajian Tidak mengikuti Status tanah Sertifikat tanah Petok D Tidak ada ijin/tanah pengairan / stren sungai Pekerjaan Sektor formal : PNS, TNI Sektor informal tetap : buruh pabrik, karyawan Sektor informal tidak tetap : kuli, tukang becak, pedagang, tukang sampah, sopir Tidak bekerja Pendapatan < 1 juta 1-1,5 juta 1,5-2 juta 2-2,5 juta 2,5-3 juta > 3 juta Pola penggunaan lahan Permukiman Berdekatan dengan industri Bentuk interaksi Pekerjaan Memenuhi kebutuhan kesehatan Memenuhi kebutuhan perdagangan dan jasa Tidak ada interaksi Sumber: Hasil Analisa, 2014 B. Kriteria Tipologi Pembentukan kriteria tipologi dengan analisis triangulasi berdasarkan analisa kondisi eksisting dan standar pelayanan minimal dihasilkan kriteria sebagai berikut : Variabel Ukuran lahan Tabel 2. Pembentukan Kriteria Kriteria yang terbentuk Baik jika tiap kegiatan di lakukan di tiap ruang Buruk jika semua aktifitas dilakukan dalam 1 ruang Penggunaan lahan Kondisi Bangunan Letak Bangunan Kepadatan Bangunan Air bersih Sanitasi Persampahan Drainase Jalan pendidikan Kesehatan partisipasi masyarakat Intensitas hubungan individu Status tanah oleh semua anggota keluarga Ambang batas 7,2m 2 /jiwa Baik jika penggunaan lahan sesuai peruntukannya Buruk jika tidak sesuai dengan peruntukannya Baik jika terbuat dari bahan permanen Sedang jika terbuat dari bahan semi permanen Buruk jika terbuat dari bahan non permanen Baik jika lantai rumah kering dan mudah dibersihkan (keramik) Sedang jika lantai diperkeras dan lembab (plester) Buruk jika lantai lembab dan susah untuk dibersihkan Baik jika rumah terdapat ventilasi/jendela di 2 sisi sehingga terjadi sirkulasi udara Sedang jika rumah terdapat 1 sisi ventilasi/jendela Buruk jika rumah tidak terdapat ventilasi/jendela Baik jika letak permukiman berada di perkampungan Buruk jika letak permukiman berada di sempadan sungai, rel dan jalan raya Baik jika kepadatan bangunan rendah Buruk jika kepadatan bangunan tinggi Baik jika kebutuhan air bersih terpenuhi standart dan kondisi air yang bersih Buruk jika kebutuhan air bersih kurang terpenuhi standart dan kondisi air yang keruh/ kuning kecoklatan, berasa dan berbau Air bersih 60-220 lt/org/hari Baik jika memiliki sanitasi di tiap rumah Sedang jika sanitasi individu maupun komunal jumlahnya kurang daripada penghuni dan dilakukan di MCK umum/bersama Buruk jika tidak memiliki sanitasi individu maupun komunal dan kegiatan MCK dilakukan di sungai/tidak ada septictank Baik jika tersedia bak sampah dan selalu terangkut petugas kebersihan sehingga lingkungannya bersih dari sampah Buruk jika lingkungannya terdapat banyak sampah dikarenakan tidak tersedianya bak sampah serta terbiasa membuang sampah di sungai/dibakar Baik jika tersedia jaringan drainase dengan kondisi mengalir lancar dan tidak mengalami genangan/banjir Sedang jika tersedianya jaringan drainase tetapi dengan kondisi tidak mengalir lancar karena tersumbat sampah serta mengalami genangan Buruk jika tidak terdapat jaringan drainase dan mengalami banjir Banjir = >2 kali setahun, tinggi genangan >30cm, > 2 jam Baik jika lebar jalan sesuai standart dan diperkeras Buruk jika memiliki jalan yang sempit dan tidak diperkeras Lebar jalan lingkungan 2-5m, jalan setapak lebar 0,8-2m Baik jika tingkat pendidikan semakin tinggi, tingkat pendidikan yang tinggi ini mempengaruhi tingkat kesadaran akan pentingnya lingkungan permukiman Buruk jika semakin rendah tingkat pendidikan, tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi tingkat kesadaran yang rendah pula pada pentingnya lingkungan permukiman Wajib belajar 12 tahun = SMA Baik jika tidak terjadi wabah penyakit di musim tertentu Buruk jika sering terjadi wabah penyakit Baik jika tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerja bakti Buruk jika tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan kerja bakti Baik jika banyak intensitas hubungan individu berupa kegiatan arisan/pengajian Buruk jika sedikit bahkan tidak ada intensitas hubungan individu berupa kegiatan arisan/pengajian Baik jika status tanah memiliki ijin Buruk jika tidak memiliki ijin

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-105 Pekerjaan Pendapatan Bentuk interaksi partisipasi pemerintah Sumber: Hasil Analisa, 2014 Baik jika jenis pekerjaannya di sektor formal Buruk jika jenis pekerjaan di sektor informal Baik jika pendapatan masyarakat sesuai UMR Buruk jika pendapatan tidak sesuai UMR UMR Kota Surabaya 2014 Rp.2.150.000,00 Baik jika tidak terjadi interaksi Buruk jika terjadi interaksi dengan kabupaten disebelahnya seperti pekerjaan, fasum dan perjas Baik jika didukung oleh adanya program pembangunan permukiman seperti perbaikan jalan/subsidi rumah, dll Buruk jika tidak adanya program pembangunan permukiman seperti perbaikan jalan/subsidi rumah, dll Setelah dilakukannya analisis triangulasi, maka analisis selanjutnya yaitu Delphi. Delphi ini membantu penulis dalam menentukan kriteria yang jauh dari subjektivitas peneliti, sehingga dapat dipakai dalam menilai kondisi eksisting. Pada analisis Dephi didapatkan 17 kriteria yang disepakati, sedangkan 2 kriteria yang tidak disepakati yaitu kriteria pada variabel pekerjaan dan bentuk interaksi, dikarenakan kriteria tidak memiliki korelasi dengan permukiman kumuh. C. Tipologi Analisis yang dilakukan untuk menentukan tipologi yaitu pertama dengan melakukan skoring. Dimana kondisi eksisting dari hasil rekapan kuesioner dari 99 responden akan dinilai dengan kriteria yang sudah disepakati, jika dinyataka baik maka mendapat poin 3, untuk buruk mendapat poin 1 dan sedang mendapatkan poin 2. Penilaian skoring dilakukan pada tiap variabel yang ada di 13 area. Dari penilaian skoring, kemudian dilakukan analisis selanjutnya yaitu cluster. Dengan analisis cluster terbentuk 4 kelompok, selanjutnya 4 kelompok tersebut diintepretasikan secara deskripsi dan disajikan dalam peta 1 berikut. 1. Tipologi 1 terdiri dari Karang Pilang dan Waru Gunung, dengan ciri-ciri aspek fisik kepadatan bangunan >70% luas lahan terbangun, ukuran lahan sempit, drainase buruk, jalan buruk, persampahan buruk, sanitasi buruk, letak bangunan di sempadan sungai, penggunaan lahan berdekatan dengan industri, aspek sosial tingkat partisipasi kerja bakti buruk, intensitas hubungan individu buruk, tidak didukung oleh program pemerintah, untuk aspek ekonomi yaitu pendapatan buruk <UMR, sedangkan aspek hukum yaitu status lahan menggunakan tanah pengairan. Pada tipologi ini disebut tipologi dengan aspek fisik, sosial, ekonomi dan hukum buruk 2. Tipologi 2 terdiri dari Kebraon, Gayungan, Rungkut Menanggal dan Gunung Anyar. Ciri-ciri tipologi ini yaitu aspek fisik berkepadatan bangunan >70% luas lahan terbangun, jalan buruk, kondisi bangunan sedang yaitu permanen namun masih ada yang non permanen, drainase sedang, sanitasi sedang. Pada aspek sosial yaitu tingkat kesehatan baik, tingkat partisipasi masyarakat baik, intensitas hubungan individu tinggi. Aspek ekonomi yaitu berpendapatan buruk <UMR, sedangkan aspek hukum berstatus tanah bersertifikat/petok D. Tipologi ini disebut tipologi dengan aspek fisik sedang, sosial dan hukum baik, ekonomi buruk 3. Tipologi 3 terdiri dari Pagesangan, Kebonsari, Dukuh Menanggal, Panjang jiwo dan Gunung Anyar Tambak. Ciri-ciri pada aspek fisik yaitu air tepenuhi dan jernih, sanitasi terawat, persampahan baik, jalan sudah diperkeras, penggunaan lahan yang berada di permukiman, letak di perkampungan atau permukiman formal. Pada aspek sosial yaitu tingkat kesehatan baik, partisipasi masyarakat tinggi dan didukung dengan adanya program. Aspek ekonomi yaitu berpendapatan buruk <UMR dan aspek hukum berstatus tanah bersertifikat/petok D. Tipologi ini disebut dengan tipologi dengan aspek fisik, sosial dan hukum baik, serta ekonomi buruk 4. Tipologi 4 terdiri dari Kutisari dan Kendangsari, dengan ciri-ciri aspek fisik yaitu ukuran lahan sempit, kepadatan bangunan >70% luas lahan terbangun, penggunaan lahan berdekatan dengan industri, kondisi bangunan sedang yaitu banyak permanen, namun masih ada yang non permanen, sanitasi yang tidak terawat dan drainase belum merata. Aspek sosial yaitu tingkat pendidikan < SMA, tingkat kesehatan buruk dan intensitas hubungan masyarakat rendah. Pada aspek ekonomi yaitu berpendapatan buruk <UMR, sedangkan aspek hukum berstatus tanah bersertifikat/petok D. Pada tipologi ini disebut dengan tipologi dengan aspek fisik sedang, sosial dan ekonomi buruk serta hukum baik Gambar 1. Peta Tipologi Permukiman Kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan pada hasil analisa yang telah dilakukan terdapat 4 (empat) macam tipologi permukiman kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya, yaitu : tipologi 1 terdiri dari area Karangpilang dan Waru Gunung dengan kategori di semua aspek buruk. Tipologi 2 terdiri dari area Kebraon, Gayungan, Rungkut Menaggal dan Gunung Anyar dengan ciri yaitu aspek fisik kategori sedang, aspek sosial dan hukum kategori baik, serta aspek ekonomi kategori buruk. Tipologi 3 terdiri dari area Pagesangan, Kebonsari, Dukuh Menanggal,

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-106 Panjang Jiwo dan Gunung Anyar Tambak dengan ciri semua aspek baik, kecuali aspek ekonomi kategori buruk. Sedangkan tipologi 4 terdiri dari area Kutisari dan Kendangsari, yang memiliki ciri yaitu aspek fisik kategori sedang, aspek sosial dan aspek ekonomi kategori buruk dan aspek hukum kategori baik. Agar dapat mencegah dan menurunkan luasan kumuh di Pinggiran Selatan Kota Surabaya, maka Perlunya melakukan pembangunan dasar permukiman seperti drainase, jalan, persampahan dan sanitasi di Tipologi 1 yaitu area Karang Pilang dan Waru Gunung. Perlu adanya sosialisasi RTRW mengenai peruntukan lahan yang sesuai dengan fungsinya agar masyarakat tertib akan hukum sehingga mengurangi jumlah pembangunaan rumah secara illegal, khususnya di area permukiman kumuh Kelurahan Karang Pilang, Waru Gunung dan Dukuh Menanggal. Perlunya pembangunan rumah susun yang diperuntukkan bagi penghuni kawasan sempadan sungai di area permukiman kumuh Kelurahan Karang Pilang, Waru Gunung dan Dukuh Menanggal, sehingga kegiatan permukiman tidak menggangu fungsi utama dari sungai yang mengakibatkan banjir. Rendahnya tingkat pendidikan berpengaruh pada tingkat pendapatan dan kebersihan lingkungan. Pendapatan ini dapat ditingkatkan melalui sosialisasi UKM saat kegiatan PKK. Sedangkan peningkatan kebersihan dapat melalui kader lingkungan yang mensosialisasikan sadar lingkungan tanpa membuang sampah di sungai dan menggerakkan kerja bakti demi meningkatkan kesehatan masyarakat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ema Umilia ST, MT selaku dosen pembimbing dalam penelitian ini. Serta semua pihak terkait yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Alwasilah, Chaedar.2000.Pokoknya Kualitatif:Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif.PT Dunia Pustaka Jaya, Jakarta [2] Budiharjo,Eko.1984.Sejumlah Masalah Permukiman Kota.PT Alumni. Bandung [3] Budiharjo, Eko.2009.Perumahan dan Permukiman di Indonesia.PT Alumni. Bandung [4] H.Rahardjo,Adisasmita.2010.Pembangunan Kota Optimum,Efisien & Mandiri. Graha Ilmu. Yogyakarta [5] Sabari,Hadi Yunus.2000.Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Peajar.Yogyakarta [6] Sabari, Hadi Yunus.2006. Megapolitan Konsep, Problematika dan Prospek.Pustaka pelajar.yogyakarta