BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian menunjukkan demikian besar peranan sektor pertanian dalam menopang perekonomian dan memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi ke depan namun, pembangunan pertanian dinegara kita masih terkendala oleh banyak faktor yang menyebabkan sulitnya bagi para petani untuk berkembang. Kelompok tani merupakan ujung tombak pembangunan pertanian di pedesaan, oleh karena itu dibutuhkan kelompok-kelompok tani dengan satu kesatuan yang baik antar anggota dan pemimpin untuk meningkatkan kemampuannya agar dapat mengelola usaha taninya dengan produktif, efisien dan menguntungkan, sehingga petani dan keluarganya dapat meningkatkan kesejahteraanya (Anonim, 2013). Kelompok tani di Indonesia telah lama ada sebagai komunitas komunikasi antara petani dalam menjalankan aktifitasnya (Hermaya, dkk. 2008). Peran kelompok tani sangat strategis sebagai wadah petani untuk melakukan hubungan kerjasama dengan menjalin kemitraan usaha dengan lembaga-lembaga terkait dan sebagai media dalam proses transfer teknologi dan informasi. Melalui kelompok tani akan memudahkan petani dalam pengadaan sarana produksi yang murah mengusahakan kegiatan pemberantasan dan pengendalian hama secara terpadu memperbaiki prasarana yang menunjang ushataninya serta, mengadakan pengolahan hasil secara bersama, kemudian mengusahakan pemasaran agar terwujud harga yang baik dan seragam. Agar petani dapat memperoleh manfaat dari keikutsertaannya sebagai kelompok tani maka diperlukan kelompok tani yang efektif, sehingga dapat meningkatkan usahataninya (Syamsu, 2011). Efektivitas kelompok tani dapat dilihat dari seberapa jauh tujuan kelompok tani dapat tercapai, antara lain berupa peningkatan produktivitas dan tercapainya kepuasan anggota. Ketua kelompok dapat dipandang sebagai agen primer untuk efektifnya kelompok, karena peran strategisnya dalam mempengaruhi atau 1
menggerakkan anggota-anggota di kelompoknya untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok maupun dari anggota-anggotanya (Syamsu, 2011). Berdasarkan penelitian sebelumnya petani di indonesia berusia relatif tua, seperti yang diungkapkan menurut Rohi, dkk (2009) di kupang NTT, Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur terendah 23 dan umur tertinggi 76 tahun. Sebagian besar (52,53%) golongan umur 40-57 tahun, 34,34% golongan umur 23-39 tahun dan 13,13% golongan umur lebih dari 58 tahun. Pemuka pendapat kelompok tani padi pada wilayah penelitian sebagian besar temasuk dalam golongan umur yang produktif yang belum terlalu tua (dewasa) dan mempunyai potensi sumberdaya manusia. Demikian pula penelitian Arianda (2010) di Cisauk, umur petani yang menjadi responden yang paling muda adalah petani yang berusia 28 tahun sedangkan yang paling tua adalah petani dengan usia 71 tahun. Kebanyakan petani responden berumur 56-71 tahun, yaitu sebanyak 21 orang (42%), dan umur ini termasuk umur yang sudah tidak produktif lagi. Dilain sisi, hanya sedikit petani dengan usia 28-47 tahun, yaitu sebanyak 14 orang (28%), yang termasuk ke dalam usia produktif. Relatif banyaknya petani berusia tua menjadi salah satu kendala pengembangan pertanian. Karena usia tua memiliki kemampuan lebih rendah dalam menerima inovasi teknologi baru, hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya menurut Soekartawi (2005) umur responden terkait dengan adanya inovasi, seseorang pada umur non produktif akan cenderung sulit menerima inovasi, sebaliknya seseorang dengan umur produktif akan lebih mudah dan cepat menerima inovasi. Sehingga makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui dan mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun biasanya mereka masih belum berpengalaman dalam soal adopsi inovasi tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya untuk mengkreasikan dan menginovasi kondisi tuanya petani melalui aksi regenerasi petani salah satunya memberdayakan pemuda tani terutama pada sisi kreativitasnya secara historisempiris, kebayakan petani kreatif mucul dari kelompok petani muda, yang aktif dalam bermasyarakat, kosmopolitan, memiliki keingintahuan tinggi dan berdaya juang tinggi (Anonim, 2014). Sehingga petani muda dapat mendorong 2
perkembangan usahataninya dan petani muda menjadi tertarik lagi dengan dunia pertanian. Di Desa Kuo, pembentukan kelompok Tani dibedakan berdasarkan usia, yakni kelompok tani muda yang beranggotakan usia dibawah 45 tahun dan dewasa yang beranggotakan usia di atas 45 tahun. Kelompok tani dibentuk oleh PPL dengan tujuan untuk mempermudah dalam berkomunikasi, dengan mendasar bahwa sebelum kelompok tani muda dan dewasa ini dibentuk anggota yang tergabung didalam masing-masing kategori kelompok, anggota pada kelompok tani yang tergabung kurang aktif dan berjalan biasa saja. Saat umur yang sesuai di kelompokkan maka para petani dapat berkomunikasi dengan lebih nyaman dan lebih komunikatif dalam membicarakan segala permasalahan yang dihadapi dalam berusaha tani untuk meningkatkan efektivitas baik anggota maupun kelompok. Hal ini didukung oleh penelitian Zakariyya (2010) mengatakan bahwa di dalam organisasi informal, orang bekerja sama karena pribadi mereka suka maupun tidak suka. Untuk memudahkan pekerjaan, hubungan informal organisasi sering digunakan ketika dibutuhkan. Efektivitas grup ini tergantung atas hubunganhubungan informal, pengakuan tujuan umum dan keinginan bekerja sama di dalam menyelesaikan pekerjaan. Di dalam kelompok ini prinsip organisasi formal tidak berlaku dalam formasi atau operasi organisasi, tetapi mereka adalah bagian yang biasa dan saling memerlukan dalam menjalankan organisasi. Sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana efektivitas kelompok tani, dan peneliti ingin mengkaji apakah ada pengaruhnya antara umur, kepemimpinan dan komunikasi antar pribadi dengan efektivitas kelompok tani muda dan kelompok tani dewasa di Desa Kuo, yang merupakan salah satu desa penghasil padi dan menjadi kontributor dalam menunjang pembangunan pertanian Sulawesi Barat. 1.2 Tujuan penelitian Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu : 1. Membandingkan karakter kepemimpinan dan komunikasi antarpribadi antara kelompok tani muda dengan kelompok tani dewasa 3
2. Mengkaji perbedaan efektivitas kelompok tani padi muda dengan kelompok tani dewasa dalam mencapai tujuan kelompok di Desa Kuo, Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju. 3. Mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung variabel usia terhadap kepemimpinan, komunikasi antarpribadi, dan efektivitas pada kelompok tani muda dan dewasa. 4. Mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung variabel kepemimpinan terhadap komunikasi antarpribadi dan efektivitas pada kelompok tani muda dan dewasa. 5. Mengetahui pengaruh langsung komunikasi antarpribadi terhadap efektivitas pada kelompok tani muda dan dewasa. 1.3 Signifikansi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, kegunaan penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan juga dapat dijadikan bahan informasi bagi berbagai pihak khususnya tentang efektivitas kelompok tani muda dan dewasa. 2. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi dan pengetahuan tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan efektivitas kelompok tani padi. 1.4 Batasan Masalah Pembatasan masalah ialah usaha untuk menetapkan batasan dari masalah riset yang dilakukan agar permasalahannya dapat lebih terfokuskan pada: 1. Kelompok tani dalam penelitian ini adalah kelompok tani muda dan dewasa yang anggota kelompoknya membudidayakan padi (Oryza sativa) di Desa Kuo, Kecamatan Pangale, Kabupaten Mamuju. 2. Efektivitas kelompok merupakan ukuran seberapa jauh tercapainya tujuan kelompok dimana efektivitas kelompok dilihat dari produktivitas dan kepuasan. 4
3. Kelompok tani muda yaitu kelompok tani yang beranggotakan pemuda dengan umur <45 tahun. 4. Kelompok tani dewasa yang anggota kelompoknya mempunyai umur >45 tahun. 5. Produktivitas kelompok adalah harapan tentang nilai yang dihasilkan oleh perilaku kelompok dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaannya. 6. Kepuasan anggota kelompok tani adalah respon positif (perasaan yang menyenangkan) terhadap program kelompok tani. 7. Kepemimpinan adalah perilaku ketua kelompok tani dalam mempengaruhi dan mengarahkan aktivitas kelompok tani dan anggota kelompok tani untuk bekerja secara sadar mencapai tujuan bersama. 8. Komunikasi antar pribadi adalah interaksi antara anggota-anggota kelompok tani dua arah untuk berbagi informasi dan perasaan antara anggota. 9. Kelompok tani dalam penelitian tidak termasuk dalam kelompok wanita tani 1.5 Model Hipotesis X 2i X 1i Y i X 3i Keterangan: X 1 : Umur X 2 : Kepemimpinan X 3 : Komunikasi antar pribadi Y : Efektivitas kelompok tani i : Kelompok tani muda dan dewasa Gambar 1.1 Model Hipotesis 5