BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan publik dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan tuntutan kepada pemerintah, dalam hal ini adalah pegawai negeri, untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat atau sering dinamakan pelayanan prima. Sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, pegawai negeri sipil dituntut tanggung jawab yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.pelayanan publik biasanya diselenggarakan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang lebih baik, memaksa berbagai instansi pemerintah untuk mendorong peningkatan kinerja yang prima. Kinerja seseorang atau kelompok dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain berupa peraturan organisasi, kepemimpinan dan pengawasan atasan, ketenagakerjaan/kepegawaian, keinginan masyarakat, nilai-nilai sosial, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja, dan kondisi lingkungan kerja. Faktor internal yang mempengaruhi kinerja karyawan/kelompok terdiri dari kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi, motivasi, komitmen, persepsi, kondisi keluarga, kondisi fisik
seseorang dan karakteristik kelompok kerja dan budaya kerja (Nursyahfitri, 2010:1). Kinerja (performance) dapat dipengaruhi oleh tiga faktor (Henry Simamora dalam Mangkunegara 2009:4), yaitu : a. Faktor individual yang terdiri dari : 1. Kemampuan dan keahlian 2. Latar belakang 3. demografi b. Faktor psikologis yang terdiri dari : 1. Persepsi 2. Attitude 3. Personality 4. Pembelajaran 5. Motivasi c. Faktor organisasi yang terdiri dari : 1. Sumber daya 2. Kepemimpinan 3. Penghargaan 4. Struktur 5. Job design Pengawasan adalah usaha atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai (Situmorang dan Juhir, 1998: 21). Sementara Menurut Gitosudarmo (1986: 89) pengawasan adalah
usaha untuk mengetahui kondisi dari kegiatan yang sedang dilakukan apakah telah mencapai sasaran yang ditentukan. Pengertian motivasi erat kaitannya dengan timbulnya suatu kecenderungan untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Ada hubungan yang kuat antara kebutuhan motivasi, perbuatan atau tingkah laku, tujuan dan kepuasan, karena setiap perubahan senantiasa berkat adanya dorongan motivasi. Setiap tindakan atau perbuatan seseorang cenderung dimulai dari apa yang memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Buhler, (2004) memberikan pendapat tentang pentingnya motivasi sebagai berikut: Motivasi pada dasarnya adalah proses yang menentukan seberapa banyak usaha yang akan dicurahkan untuk melaksanakan pekerjaan. Motivasi atau dorongan untuk bekerja ini sangat menentukan bagi tercapainya sesuatu tujuan, maka manusia harus dapat menumbuhkan motivasi kerja setinggi-tingginya bagi para karyawan/pegawai dalam organisasi. Faktor lain yang mempengaruhi kinerja adalah kepemimpinan. Menurut Santoso (2008 : 7) kepemimpinan ialah kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain untuk berpikir dan berperilaku dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan organisasi di dalam situasi tertentu.
Dalam setiap organisasi, peran pemimpin dalam melakukakan pengawasan dan motivasi terhadap bawahannya sangat penting untuk menjaga konsistensi kinerja pegawai. Pada umumnya, pegawai tidak mengerjakan pekerjaanya dengan baik apabila kurang diawasi dan dimotivasi, dan tentu saja akan berdampak pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Dalam beberapa kasus, terjadinya kemangkiran atau absen menunjukkan motivasi pegawai yang rendah di Dinas Kesehatan Tapanuli Utara. Sebagai contoh beberapa bulan terakhir data absensi pegawai pada Dinkes Taput tergolong tinggi, seperti pada Tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1 Jumlah Absen Pegawai No Waktu (Bulan) Jumlah Absensi Pegawai 1 Agustus 2011 88 ketidakhadiran 2 September 2011 82 ketidakhadiran 3 Oktober 2011 85 ketidakhadiran Jumlah 255 ketidakhadiran Sumber: Dinas kesehatan Tapanuli Utara (data diolah) Dari Tabel 1.1 ditunjukkan bahwa jumlah ketidak hadiran pegawai cukup tingggi jika dibandingkan dengan jumlah pegawai yaitu 69 orang. Dari data tersebut persentase absensi pegawai Dinas Kesehatan Tapanuli Utara sebesar 4,73% per bulannya. Pimpinan organisasi perlu mengatasi hal ini dengan memberikan peringatan serta melakukan tindakan tegas terhadap pelanggaran yang fatal. Hal ini untuk menjaga agar pedoman normatif tetap terlaksana dan memiliki kekuatan sebagai kontrol terhadap setiap tindakan yang dilakukan oleh seluruh pegawai pemerintahan. Tingkat absensi pegawai tentu akan
mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan, dimana tingkat partisipasi kerja berhubungan positif dengan tingkat produktivitas. Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai penanggung jawab kesehatan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara, Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara mendirikan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Puskesmas merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas sebagai unit pelayanan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan harus melakukan upaya kesehatan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan, dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Jumlah Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Utara sampai tahun 2010 adalah 19 puskesmas. Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan Puskesmas terhadap masyarakan di wilayah kerjanya, Puskesmas didukung oleh sarana kesehatan berupa Puskesmas Pembantu (Pustu). Jumlah Pustu di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2010 sebanyak 60 unit. Adapun fungsi Puskesmas adalah sebagai berikut: 1. Pusat pembangunan berwawasan kesehatan 2. Pusat pemberdayaan masyarakat 3. Pusat pelayanan kesehatan primer 4. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Dalam pelaksanaan tugasnya, Dinas Kesehaatan Kabupaten Tapanuli Utara mempunyai standar kerja yang harus dicapai dalam suatu periode waktu tertentu. Berikut adalah Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang harus dicapai Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2010 beserta hasil pencapaiannya: Tabel 1.2 Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Hasil Pencapaian Dinkes TAPUT pada Tahun 2010
N0 Jenis Pelayanan Standar Pelayanan Minimal Hasil Pencapaian Tahun 2010 Indikator Nilai Nilai 1 Pelayanan Kesehatan Dasar Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 97% 90% Cakupan desa/kelurahan 100% 97% Universal Child Immunization (UCI) Cakupan balita gizi buruk 100% 87% mendapat perawatan Cakupan peserta KB aktif 70% 57% 2 Pelayanan Kesehatan Rujukan Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin 92% 81% 100% 77% 100% 81% Cakupan pelayanan gawat darurat yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota Tabel 1.2 Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Hasil Pencapaian Dinkes Taput 2010 100% 100%
Lanjutan Sumber : www.dinkestaput.go.id& profil kesehatan Kab.Taput 2010 (data diolah) 3 Penyelidikan Epidemologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) 4 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Cakupan penyelidikan epidemologi dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) 95% 90% Cakupan desa siaga aktif 80% 43% Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2010 belum memenuhi standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan pemerintah. Ada empat jenis pelayanan utama yang harus diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara kepada masyarakat, yaitu pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan, penyelidikan epidemologi dan penanggulangan kejadian luar biasa KLB, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Namun semua pelayanan itu tidak dapat diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara secara maksimal kepada masyarakat, dimana hanya 1 indikator pelayanan saja yang memenuhi standar pelayanan yaitu, Cakupan pelayanan gawat darurat yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota, dengan nilai 100%. Hasil kinerja di atas sudah seharusnya mendapat perhatian dan memerlukan perbaikan di setiap lini yang dianggap bermasalah agar kinerja Dinas
Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara melalui pelayanan maksimal kepada masyarakat dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengawasan, Motivasi, dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah Ada Pengaruh Pengawasan, Motivasi, dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kesehatan Tapanuli Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengawasan, motivasi, dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Kesehatan Tapanuli Utara.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi pimpinan Dinas Kesehatan Tapanuli Utara, dalam rangka melakukan pengawasan yang baik, kepemimpinan yang kondusif, dan motivasi bagi pegawai dengan tujuan meningkatkan kinerja pegawai.. 2. Bagi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi USU, merupakan tambahan kekayaan penelitian studi kasus untuk dapat dipergunakan dan dikembangkan. 3. Bagi Peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan pengetahuan yang dimiliki akan bertambah luas terutama mengenai pengawasan, motivasi, dan kepemimpinan. 4. Bagi Peneliti berikutnya, sebagai referensi dalam melakukan penelitian khususnya mengenai pengawasan, kepemimpinan, dan motivasi pegawai.