V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

dokumen-dokumen yang mirip
V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

A. PERKEMBANGAN EKSPOR

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

rovinsi alam ngka 2011

BAB I PENDAHULUAN. terhadapnya makin meningkat. Rumput laut (sea weed) merupakan ganggang laut

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

I. PENDAHULUAN. agribisnis, agroindustri adalah salah satu subsistem yang bersama-sama dengan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu bagian dari negara tropis yang memiliki kekayaan

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

111. POLA OPTIMAL PEMABARAN XARET INDONESIA

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA JUNI 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia ( ) terutama bagi

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah satu produsen rumput laut terbesar dunia. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan produksi rumput laut dunia pada periode 2005-2010. Adapun perkembangan produksi rumput laut dunia dapat dilihat pada Gambar 6. Produksi (Ton) 9000000 8000000 7000000 6000000 5000000 4000000 3000000 2000000 1000000 0 Produksi Rumput Laut Dunia 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun INDONESIA PHILPINA JEPANG KOREA CHILI PRANCIS NORWEGIA RUSIA NEGARA LAIN CHINA Gambar 6. Perkembangan Produksi Rumput Laut Dunia Tahun 2005-2010 Sumber : FAO, 2011 (diolah) Gambar 5 memperlihatkan bahwa rumput laut di dunia diproduksi oleh 9 negara utama penghasil rumput laut dan selama enam tahun terakhir Negara Cina menjadi produsen utama rumput laut dunia dengan produksi rata-rata 49.22 persen. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi peringkat kedua produsen rumput laut dunia dengan produksi sebesar 3 082 113 ton. Sejak tahun 2005, produksi rumput laut dunia mencapai 11 980 219 ton, akan tetapi pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu produksi rumput laut dunia mencapai 13 783 065 ton. Perkembangan produksi rumput laut yang demikian tinggi mencerminkan adanya peluang dan permintaan yang semakin besar di pasar internasional.

43 5.1.2. Ekspor Rumput Laut Dunia Ekspor rumput laut dunia selama lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan, meskipun kenaikan ini tidak sejalan dengan peningkatan produksi. Pada periode tahun 2005 2009, rata-rata pertumbuhan eskpor rumput laut dunia sebesar 7.05 persen dengan trend yang meningkat, dengan ekspor tertinggi pada tahun 2009 sebesar 420 963 ton. Gambar 7 di bawah ini memperlihatkan perkembangan ekspor rumput laut dunia periode tahun 2005 2009. T O N 500000 400000 300000 200000 100000 0 EKSPOR DUNIA 2005 2006 2007 2008 2009 TAHUN Dunia Sumber : FAO, 2011 (diolah) Gambar 7. Perkembangan Ekspor Rumput Laut Dunia Periode Tahun 2005-2009 Selama 5 tahun terakhir (2005-2009), ekspor rumput laut dunia di dominasi oleh negara-negara Asia seperti Filipina, Chili, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia, ekspor terbesar berasal dari Filipina yang mampu mengekspor sebanyak 535 715 ton dari total produksi dunia. Indonesia sebagai negara produsen rumput laut dunia terbesar hanya mampu mengekspor sebesar 412 837 ton jauh di bawah Filipina. Hal ini disebabkan karena banyaknya rumput laut Indonesia yang ditolak karena tidak memenuhi standar rumput laut internasional (Kementrian Perdagangan, 2011). 5.2. Perkembangan Rumput Laut di Indonesia 5.2.1. Produksi Rumput Laut Indonesia Luas perairan laut Indonesia serta keragaman jenis rumput laut merupakan gambaran potensi rumput laut Indonesia. Dari 782 jenis rumput laut di perairan,

44 hanya 18 jenis dari 5 genus yang sudah diperdagangkan. Dari kelima marga tersebut hanya genus Eucheuma dan Gracilaria yang sudah dibudidayakan. Wilayah sebaran budidaya genus Eucheuma berada di Sumatera Barat (Kabupaten Pesisir Selatan dan Mentawai), Sumatera Selatan (Lampung Selatan), Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Banten, Pulau Seribu, Jawa Tengah, NTT, NTB, Pulau Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Papua (Anggadiredja dan Achmad, 2009). Rumput laut Eucheuma sp. Mulai dibudidayakan secara masal pada tahun 1984 di Nusa Dua, Nusa Penida, Nusa Tenggara Barat. Jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah jenis Eucheuma spinosum dengan bibit lokal dan Eucheuma cottoni dengan bibit asal Philpina. Sesuai dengan perkembangan pasar, saat ini yang lebih banyak dibudidayakan adalah jenis Eucheuma cottoni. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan (2011), total luas lahan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya rumput laut adalah sebesar 1 110 900 hektar dengan tingkat produktivitas 128 ton berat basah per hektar per tahun atau 16 ton berat kering per hektar per tahun, sehingga potensi produksi rumput laut Indonesia adalah 17 774 400 ton berat kering per tahun. Perkembangan produksi rumput laut Indonesia tahun 2005-2010 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perkembangan Produksi Rumput Laut Indonesia Jenis Eucheumacottoni Tahun 2005 2010 Tahun Produksi (Ton) % Δ 2005 85 400-2006 98 200 14.99 2007 114 900 17.01 2008 139 100 21.06 2009 155 060 11.47 2010 140 020-9.70 Rata-Rata Pertumbuhan 10.97 Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011 Total produksi rata-rata rumput laut sebesar 122 133 ton per tahun atau rata-rata peningkatan produksi sebesar 10.97 persen per tahun (2005 2010). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi sebagai produsen utama rumput laut dunia.

45 5.2.2. Ekspor dan Impor Rumput Laut Indonesia Ekspor rumput laut Indonesia di perdagangan dunia mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan oleh belum stabilnya perdagangan rumput laut Indonesia di pasaran internasional karena berbagai hal diantaranya kualitas rumput laut Indonesia yang belum memenuhi standar kualitas yang diinginkan oleh negaranegara importir seperti Jepang dan China, sehingga hal tersebut juga mempengaruhi ketidakstabilan harga rumput laut Indonesia yang semakin rendah. Volume eskpor rumput laut Indonesia periode 2005 2009 mengalami fluktuasi akan tetapi semakin meningkat dengan rata-rata volume ekspor sebesar 90 575 per tahun atau rata-rata peningkatan sebesar 14.19 persen per tahun. Adapun negara tujuan ekspor rumput laut Indonesia terlihat pada Tabel 11 adalah China, Hongkong, Jepang, Denmark, USA, Korea Selatan, dan Perancis, Spanyol, Taiwan dan Inggris (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010). Tabel 11. Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia ke Negara Tujuan Tahun 2005-2009 Negara Tujuan Volume Ekspor Per Tahun (Ton) 2005 2006 2007 2008 2009 Total China 22926 25 834 22 318 35 220 11 328 118 826 Jepang 8 060 8 145 7 878 9 210 8 780 43 073 Korea 5 143 8 843 8 421 5513 3 629 31 549 Hongkong 8 385 10 674 8 890 6070 2 114 37 133 Spanyol 4 736 7 431 6 451 9766 4 364 33 870 Prancis 2 919 4 604 6 192 5 927 3 736 23 378 Denmark 3 754 3 125 4 098 5 348 4 077 20 402 USA 1 065 6 751 2 454 4 414 3 629 18 313 Taiwan 1 905 3 353 3 407 2 422 2 749 13 836 Inggris 1 932 2 948 3 499 1 900 2 395 12 674 Negara Lain 8 401 13 800 20 465 14 158 44 368 101 192 Total Ekspor Indonesia 69 226 95 508 94 073 99 948 94 002 Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010a Tabel 11 memperlihatkan bahwa Negara China, Jepang dan Korea merupakan negara tujuan ekspor terbesar berdasarkan volume ekspor rumput laut Indonesia di negara tujuan ekspor tersebut sejak tahun 2005-2009. Akan tetapi sebagian besar ekspor rumput laut Indonesia dalam bentuk bahan baku kering (raw material) dan sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan dalam negeri untuk dijadikan agar-agar.

46 Permintaan untuk ekspor yang tinggi dan terus meningkat mengakibatkan ketidakseimbangan antara ekspor dengan industri pengolahan dalam negeri. Industri pengolahan dalam negeri masih kekurangan bahan baku sehingga perlu dilakukan impor dari beberapa negara seperti Jepang, Korea, Cina, Eropa dan Amerika Latin. Umumnya impor rumput laut dilakukan dalam bentuk yang telah mengalami pengolahan lebih lanjut seperti agar-agar. Disamping itu terdapat beberapa jenis rumput laut yang tidak dapat tumbuh di perairan Indonesia seperti jenis Nori (Phorphyra sp.). Rumput laut ini diimpor dan dimanfaatkan sebagai edible seaweeds (tidak diekstrak), yaitu sebagai pembungkus makanan (lemper) atau langsung dapat dimakan sebagai penyedap makanan. Selain itu, Nori juga dimanfaatkan sebagai campuran berbagai obat-obatan. Oleh karena itu, impor rumput laut adalah pada produk akhir seperti karagenan, alginat ataupun agar-agar (Anggadiredja dan Achmad, 2009). Impor rumput laut jenis lainnya dan produk olahan seperti agar-agar dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perkembangan Volume dan Nilai Impor Rumput Laut dan Agar-Agar Indonesia Tahun 2005-2009 Rumput Laut Jenis Lainnya Agar-Agar Tahun Volume (Kg) Nilai (1000 US$) Volume (Kg) Nilai (1000 US$) 2005 139 194 224 505 587 269 443 690 2006 216 756 294 952 594 643 712 963 2007 124 656 308 004 556 176 844 699 2008 36 730 253 708 383 765 391 694 2009 71 123 322 742 4 388 871 1 027 487 Δ(%) 9.08 12.33 251.86 46.96 Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010b Tabel 12 memperlihatkan bahwa impor rumput laut jenis lainnya (selain Eucheuma cottoni dan Gracilaria sp) mengalami pertumbuhan sebesar 9.08 persen setiap tahunnya, hal ini mengindikasikan bahwa impor rumput laut setiap tahunnya meningkat. Demikian pula dengan produk olahan agar-agar, dimana industri pengolahan agar-agar masih mengimpor rata-rata 1 302 144.8 kg per tahun dengan nilai US$ 684 106.6 per tahun.

5.2.3. Harga Rumput Laut Indonesia Perkembangan harga rumput laut di pasar dunia mengalami fluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya jumlah volume ekspor, bentuk rumput laut dan yang paling penting adalah kualitas rumput laut yang sesuai standar yang ditetapkan dalam perdagangan internasional. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011) menunjukkan perkembangan harga rumput laut Indonesia yang fluktuatif, bahkan termasuk rendah dibandingkan dengan negara-negara eksportir lainnya. Adapun perkembangan harga rumput laut Indonesia di pasar dunia dapat dilihat pada Gambar 8. 1400 1200 1000 US$/Ton 800 600 400 200 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Harga Rumput Laut Indonesia (US$)/Ton Tahun Gambar 8. Perkembangan Harga Rumput Laut Indonesia di Pasar Dunia Periode 2005-2010 Sumber : Kementerian Perdagangan, 2011 (diolah). Gambar 8 memperlihatkan bahwa persentase perkembangan harga rumput laut Indonesia meningkat yaitu sebesar 19.34 persen dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 838.91 US$ per tahun. Menurut UnComtrade (2010), bahwa harga rumput laut di pasaran internasional cukup rendah dibandingkan dengan negara eksportir seperti Philpina dengan harga mencapai 4 440 US$ per ton dan Marocco sebesar 5 428 US$ per ton. Perbedaan ini dikarenakan sebagian besar rumput laut Indonesia masih dalam bentuk raw material (bahan baku) dengan kualitas yang rendah.