BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi geologis yang secara tektonik sangat labil karena dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik, sehingga secara histografi Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana gempa bumi dan tsunami. Apabila lempeng ini bergeser dan patah akan menyebabkan terjadi gempa bumi yang apabila kekuatannya besar akan menimbulkan tsunami. Karakteristik gempa pembangkit tsunami di Indonesia menunjukan 67% terjadi di Wilayah Indonesia bagian timur, dari Sulawesi hingga Papua, dan dari Timor sampai Sangihe Talaud. Gempa bumi yang terjadi dapat menimbulkan adanya dislokasi atau perubahan permukaan dasar laut. Dislokasi yang terjadi secara tiba-tiba ini akan menimbulkan perubahan elevasi permukaan dasar laut baru, sehingga dapat menyebabkan perubahan muka air diatasnya yang disebut gelombang. Gelombang yang terjadi ini akan segera menjalar ke segala arah yang disebut dengan tsunami (Triatmadja, 2010) Pulau Flores merupakan salah satu pulau terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki tingkat risiko tsunami yang cukup tinggi karena: 1. Berada dekat dengan zona subduksi lempeng tektonik Autralia dan Eurasia serta dipengaruhi oleh sesar sesar aktif disepanjang pulau; 2. Berada di atas Palung Sunda dan Palung Banda, serta di bawah patahan Flores. Bencana tsunami pernah melanda Pulau Flores pada 12 Desember 1992 yang membawa dampak kerusakan dan kerugian sangat besar di berbagai sektor dan diperkirakan 2100 jiwa meninggal dunia. Gempa yang berkekuatan 7.8 skala Richter mengguncang dasar laut di lepas pantai utara Pulau Flores menghasilkan gelombang dengan ketinggian 26 meter di daerah pantai. Gelombang tsunami ini menjalar sampai Flores bagian tengah (Kabupaten Ende, Kabupaten Nagekeo, dan Kabupaten Ngada). Di Kabupaten Ngada gelombang tsunami setinggi 1 meter 1
2 terjadi di Kecamatan Riung, walaupun tidak terjadi kerusakan yang cukup berarti dan tidak adanya korban jiwa, tetapi bencana tsunami tersebut membuat kepanikan yang cukup tinggi bagi masyarakat di sekitar pantai utara Kabupaten Ngada Gambar1.1 Peta gempa tektonik dan pusat gempa tektonik di Pulau Flores yang terletak di Palung Sunda dan Banda (sumber: Imamura dkk,1995) Kecamatan Riung merupakan salah satu daerah pesisir yang ikut terdampak Tsunami Flores pada tahun 1992. Daerah yang mengalami genangan saat tsunami di kecamatan ini adalah Kelurahan Benteng Tengah, Kelurahan Nangamese, Desa Tadho, Desa Lengkosambi Timur, Desa Lengkosambi Barat dan Lengkosambi Utara. Studi peta ancaman dan strategi mitigasi bencana tsunami dilakukan dengan mengintegrasikan informasi alam, dan bencana ke dalam Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem ini merupakan perangkat yang memiliki kemampuan memvisualisasikan berbagai macam tingkat ancaman tsunami. Untuk melakukan analisis tingkat kerawanan dari suatu daerah terhadap bencana tsunami, diperlukan dua alat pembantu. Pertama, pemodelan numerik tsunami yang mencakup pembangkitan, penjalaran serta genangan tsunami menggunakan software TUNAMI Modified. Kedua, aplikasi Sistem Informasi Geografis ( SIG) dalam melakukan analisis ancaman bencana tsunami. Setelah mengetahui daerah yang memiliki ancaman bencana tsunami, perlu dilakukan strategi mitigasi
3 dengan cara pembuatan jalur-jalur dan lokasi evakuasi menggunakan Software Evacuware Version 1.0 Salah satu upaya dalam meminimalkan kerugian materi dan korban jiwa adalah dengan melakukan berbagai tindakan preventif yaitu dengan mitigasi. Mitigasi dapat bersifat struktural dan non-struktural, secara struktural bisa melalui upaya teknis baik buatan maupun alami sedangkan non fisik menyangkut penyesuain dan pengaturan tentang kegiatan manuasia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi baik fisik maupun upaya lainnya. Upaya fisik meliputi pembuatan pemecah gelombang, vegetasi, tembok laut, dan bukit buatan. Sedangkan upaya non fisik diantaranya pembuatan peta risiko bencana, pendidikan dan platihan, tata ruang, relokasi, dan peraturan perundangan. Salah satu prioritas utama dalam strategi mitigasi non-struktural adalah dengan evakuasi penduduk dari daerah bahaya ke daerah aman ketika tanda tanda peringatan alami menunjukan datangnya gelombang tsunami. Waktu diantara peringatan dengan terjadinya gelombang tsunami umumnya sangat singkat, oleh karena itu sistem evakuasi sangat diperlukan untuk menyediakan arahan jalur dan lokasi evakuasi kepada masyarakat agar dapat menyelamatkan diri. 1.2. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini ditemukan beberapa permasalahan dalam upaya pengurangan risiko jika terjadi bencana tsunami di Kecamatan Riung. Dengan memperhatikan faktor-faktor pendukung dalam upaya pengurangan risiko bencana tsunami, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan untuk dikaji antara lain: 1. Seberapa besar prediksi ketinggian run up tsunami dengan menggunakan simulasi pemodelan matematika? 2. Lokasi mana yang terpengaruh oleh genangan tsunami jika terjadi bencana tsunami? 3. Di mana lokasi-lokasi yang dapat digunakan sebagai tempat penyelamatan pertama sekaligus jalur evakuasinya jika terjadi bencana tsunami? 4. Strategi mitigasi apa saja yang dapat dilakukan dalam pengurangan ancaman bencana tsunami?
4 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan ancaman dan strategi mitigasi tsunami di Kecamatan Riung menggunakan sistem informasi geografis, dengan informasi yang didapat sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui prediksi ketinggian run-up tsunami dengan simulasi pemodelan matematik; 2. Untuk mengetahui lokasi mana saja di wilayah penelitian yang tergenang oleh genangan tsunami, sehingga bisa dibuat peta ancaman tsunami; 3. Mengidentifikasi lokasi-lokasi yang dapat digunakan sebagai tempat penyelamatan jika terjadi bencana alam tsunami; 4. Mengidentifikasi kesiapsiagaan terkait upaya dalam menghadapi ancaman bencana tsunami. Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Kepada masyarakat untuk mengetahui tingkat ancaman daerah bencana, lokasi tempat penyelamatan dan jalur evakuasinya dalam upaya melakukan aktivitas sehari-hari, serta penyelamatan dan evakuasi bencana tsunami di Kecamatan Riung; 2. Sebagai masukan yang dapat dijadikan referensi atau bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Ngada dalam pengambilan kebijakan dan strategi mitigasi terkait kegiatan perencanaan pembangunan, khususnya dalam upaya mengurangi risiko bencana tsunami di Kecamatan Riung. 1.4. Batasan Masalah Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian dilakukan di Kelurahan Nangamese dan Kelurahan Benteng Tengah yang berada di Kecamatan Riung Kabupaten Ngada; 2. Simulasi tinggi run-up tsunami menggunakan Software TUNAMI hak cipta Imamura at al. (2006); Goto et al. (1997); 3. Perkiraan daerah genangan tsunami dilakukan dengan satu skenario ketinggian run-up;
5 4. Simulasi Evakuasi Tsunami (SET) yang dilakukan menggunakan Software Evacuware version 1.0 tahun 2011 (Hak Cipta Prof. Dr Ir. Radianta Triatmadja.); 5. Mitigasi non struktural hanya dilakukan pada pembuatan peta ancaman, peta genangan tsunami, peta lokasi dan jalur evakuasi bencana tsunami dengan menggunakan Software ArcGIS versi 10.2; 6. Data yang digunakan menggunakan dua jenis data yaitu pertama data dari lapangan yang berkaitan dengan lokasi atau titik aman dan yang terdampak seperti jaringan jalan, ketinggian lokasi evakuasi dan lain-lain. Kedua, data yang terkait agen (penduduk), yang menggambarkan kondisi dari masyarakat mencakup jumlah penduduk, usia, dan lain-lain; 7. Kejadian dislokasi sebagai sumber tsunami, hanya diasumsikan berdasarkan data tsunami dan gempa yang pernah ada.