29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi pengambilan sampel tanah adalah pertambangan emas skala kecil (PESK) Talawaan-Tatelu terletak di Kabupaten Minahasa Utara, arah utara dari pulau Sulawesi (001 31' 51,2" LU - 124 58' 53,2"BT). Tahapan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Pengambilan sampel tanah di lokasi PESK Talawaan-Tatelu, (2) Isolasi, seleksi, identifikasi, dan uji aktivitas bakteri pereduksi merkuri (BPM), (3) Pengolahan limbah mengandung merkuri dalam bioreaktor biofilm BPM, dan reaktor lahan basah buatan. Tahap (2) dan (3) dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Lingkungan, Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology (ICBB), Bogor mulai April 2009 sampai dengan Oktober 2010. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian Sampel berasal dari tanah sekitar lokasi di PESK Talawaan-Tatelu, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Tanaman Typha dan Eceng gondok diambil dari Laboratorium ICBB, Bogor. Bahan-bahan yang digunakan untuk isolasi, seleksi, identifikasi, dan uji aktivitas bakteri yaitu : tryptone, yeast ekstrak, sukrosa, nutrient agar NA, NaCl, HgCl2, NaOH 0,1N dan HCl 0,1N (Bibiana, 1994). Bahan media pendukung yang digunakan yaitu: batu vulkanik berdiameter 0.5 1.0 cm sebanyak 1 kg dan arang aktif berbentuk granula dengan diameter 0.1 0.2 cm sebanyak 1 kg. Peralatan yang digunakan dalam bioreaktor dan reaktor lahan basah buatan adalah : (1) reaktor yang terbuat dari kaca dengan ukuran ketebalan 5 mm dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 15 cm (volume 6 liter) sebanyak 9 buah; (2) kran air; (3) slang silikon; (4) lem kaca (5) lem plastik. Peralatan yang digunakan untuk analisis pertumbuhan bakteri adalah neraca analitik, oven, ph meter, autoklaf, cawan petri, pipet mohr, labu erlenmeyer, batang penebar, jarum ose, vortex, shaker, thermometer, inkubator, ruang aseptic (laminar air flow cabinet), jam dan botol sampel. Peralatan yang digunakan untuk menghitung jumlah kerapatan mikrob atau Density Optical
30 (OD) dengan menggunakan spektrophotometer Bio Rad Smart Spec. TM. 300. Peralatan yang digunakan untuk analisis merkuri adalah tabung erlenmeyer dengan berbagai ukuran, pipet, buret, gelas ukur dan Cold Vapour Atomic Absorption Spektrofotometer (CV-AAS). 3.3. Pelaksanaan Penelitian 3.3. 1. Identifikasi Bakteri Pereduksi Merkuri Tahapan penelitian yang dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Lingkungan ICBB Bogor terdiri atas: (1) isolasi, (2) seleksi, (3) identifikasi bakteri pereduksi merkuri. Analisis merkuri menggunakan AAS. Identifikasi dan karakteristik yang dilaksanakan meliputi morfologi dan fisiologi berpedoman pada Analisis Mikroba di Laboratorium (Bibiana, 1994) dan Eksperimen Mikrobiologi dalam Laboratorium (Tedja, 2007). Uji morfologi meliputi: bentuk sel, pewarnaan gram dan spora, serta koloni (bentuk, diameter, warna, elevasi, tepian, permukaan, dan motilitas). Uji fisiologis meliputi fermentasi karbohidrat (uji gula: glukosa, fruktosa, mannitol, xylose, sukrosa, laktosa, inositol, sorbitol, arabinosa, galaktosa, maltosa, dan dulsitol), respirasi karbohidrat (uji oksidase, uji katalase, reduksi nitrat), uji sitrat, uji lisin, uji urease, uji indol, uji metil red, uji voges proskauer, dan uji hidrogen sulfida. Identifikasi dikerjakan hingga tingkat genus dengan berpedoman pada buku Bergey s Mannual of Determinative Bacteriology (Holt et al., 1994). 3.3.1.1. Isolasi Isolasi bakteri pereduksi merkuri dilakukan dengan metode sebar. Sampel tanah diencerkan dengan larutan fisiologis (8.5 gr NaCl/ liter) sampai dengan pengenceran 10-4. Cara pembuatan pengenceran 10-1 yaitu memasukkan 0.5 g tanah ke dalam tabung reaksi yang berisi 4.5 ml larutan garam fisiologis, kemudian dikocok dan dibiarkan beberapa saat supaya bagian yang kasar mengendap. Untuk memperoleh pengenceran 10-2, maka suspensi tanah tersebut sebanyak 0.5 ml dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 4.5 ml larutan garam fisiologis, kemudian dikocok. Hal yang sama dilakukan untuk pengenceran 10-3 dan 10-4. Dari pengenceran 10-4 diambil sebanyak 0,1 ml dan disebarkan ke atas cawan petri yang
31 berisi media agar Luria Bertani (LB) dengan komposisi 10 g tryptone, 5 g yeast ekstrak, 5 g NaCl, 15 g agar per liter, dan mengandung 10 ppm dan 25 ppm HgCl 2. Kemudian diinkubasi pada suhu 27 o C selama 3 hari. Bakteri yang telah diperoleh kemudian dimurnikan sehingga diperoleh koloni bakteri yang murni. Pemurnian isolat bakteri dilakukan dengan mengambil koloni yang terpisah dan tampak jelas berbeda dengan jarum ose dan digoreskan pada cawan petri berisi media agar LB, kemudian diinkubasi pada suhu 27 o C selama 3 hari. 3.3.1.2. Seleksi Bakteri Pereduksi Merkuri Seleksi bakteri didasarkan pada kemampuan isolat tumbuh dalam media dengan berbagai konsentrasi HgCl 2. Isolat bakteri ditumbuhkan dengan metode gores pada media agar LB yang ditambahkan dengan 25 ppm HgCl 2. Jika isolat tumbuh, maka isolat bakteri tersebut ditumbuhkan dengan metode gores pada media agar LB yang telah ditambahkan HgCl 2 dengan konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 400 ppm, 500 ppm sehingga diperoleh isolat unggul yang mampu hidup pada konsentrasi HgCl 2 yang tertinggi. Isolat hasil pemurnian disimpan dalam gliserol 20% dan kompos pada suhu -20 o C serta agar miring berisi media Luria Bertani (per liter medium): 1.0 g tripton, 0.5 g ekstrak khamir, 0.5 g NaCl, 1.5 g bacto agar, ph 7.2 pada suhu 8-10 o C. 3.3.1.3. Karakteristik Bakteri Pereduksi Merkuri Isolat yang dipilih untuk uji morfologis dan fisiologis adalah isolat yang tumbuh pada medium LB yang disuplementasi dengan HgCl 2 500 ppm. Identifikasi morfologi meliputi pewarnaan gram, pewarnaan spora, morfologis koloni dan sel. Pengamatan koloni dilakukan secara visual terhadap bentuk koloni, diameter koloni, warna koloni, elevasi koloni, tepian koloni, permukaan koloni, dan motilitas sedangkan pengamatan morfologi sel dilakukan dengan menggunakan mikroskop meliputi bentuk sel dan bentuk spora. Identifikasi fisiologis yang diuji yaitu Fermentasi Karbohidrat (uji gula: Glukosa, Fruktosa, Mannitol, Xylose, Sukrosa, Laktosa, Inositol, Sorbitol, Arabinosa, Galaktosa, Maltosa, Dulsitol), Respirasi Karbohidrat (uji Oksidase, uji Katalase, Reduksi Nitrat), uji Sitrat, uji Lisin, uji Urease, uji Indol, uji Metil Red, uji Voges Proskauer, dan uji Hidrogen sulfida. Ke-
32 14 uji morfologi dan uji fisiologi yang dilakukan mengikuti petunjuk buku Analisis Mikroba di Laboratorium (Bibiana, 1994) dan Eksperimen Mikrobiologi dalam Laboratorium (Tedja, 2007). 1. Uji Pewarnaan Gram Isolat ditumbuhkan pada media agar LB. Setelah berumur 18-20 jam dibuat olesan isolat di atas kaca obyek dengan cara satu ose isolat diletakkan pada kaca objek yang telah ditetesi aquades, kemudian difiksasi di atas bunsen 2-3 kali dengan cepat supaya isolat melekat pada kaca obyek. Pewarnan Gram dilakukan terhadap hasil olesan isolat bakteri dengan cara olesan digenangi dengan ungu kristal selama satu menit, kemudian dicuci dengan air dan dibiarkan kering udara. Selanjutnya olesan digenangi dengan iodium selama dua menit, dicuci dengan air, dan setelah kering udara kemudian ditetesi dengan alkohol 95% selama 30 detik. Terakhir olesan digenangi dengan pewarna tandingan safranin selama 30 detik, dicuci dengan air dan dikeringkan dengan kertas penghisap. Bila isolat berwarna ungu termasuk Gram positif namun bila berwarna merah termasuk Gram negatif. 2. Uji Pewarnaan Spora Prosedur pewarnaan spora dengan metode Schaeffer-Fulton digunakan untuk uji lanjut bakteri bentuk batang dan Gram positif. Dibuat preparat ulas dari ke-2 isolat lalu ditutup dengan kertas saring. Selanjutnya ulasan pada gelas objek ditetesi dengan malachite green di atas kertas saring. Meletakkan gelas objek di atas air yang sedang mendidih, membiarkan selama 5 menit dan menjaga jangan sampai mengering. Jika bagian pinggir mulai mengering ditambahkan lagi malachite green. Preparat didinginkan selama 1 menit sebelum meneruskan pewarnaan. Buang kertas saring, kemudian dicuci dengan aquades. Tetesi dengan safranin (zat warna basa) dan didiamkan selama 60 detik, safranin tidak akan masuk dalam spora. Sel vegetatif terlihat berwarna merah sedangkan spora berwarna hijau.
33 3. Uji Motilitas Isolat ditanam pada media NA tegak dengan cara tusuk sedalam + 5 mm. Selanjutnya di inkubasi pada suhu 37 0 C selama 24 jam. Hasil positif (motil) jika bakteri tumbuh pada seluruh permukaan media, hasil negatif menunjukan bakteri hanya tumbuh pada daerah tusukan saja. Bakteri motil akan bermigrasi ke seluruh permukaan agar dan bekas tusukan. 4. Uji Fermentasi Karbohidrat Untuk mempelajari kemampuan bakteri dalam mendegradasi dan memfermentasikan karbohidrat yang disertai produksi asam atau asam dan gas. Terdiri dari Uji Glukosa, Uji Fruktosa, Uji Mannitol, Uji Xylose, Uji Sukrosa, Uji Laktosa, Uji Inositol, Uji Sorbitol, Uji Arabinosa, Uji Galaktosa, Uji Maltosa, dan Uji Dulsitol. Isolat ditumbuhkan pada media yang mengandung karbohidrat. Uji positif ditandai dengan warna kuning. Khusus pada uji glukosa ditambahkan tabung Durham untuk pengamatan pembentukan gas. 5. Uji Aerob dan Anaerob Fakultatif Isolat ditumbuhkan dalam media padat atau media cair Luria Bertani yang ditambah dengan agar bakto (Oxoid) pada tabung reaksi. Bila isolat tumbuh pada permukaan media berarti aerob dan bila pertumbuhannya menyebar berarti anaerob fakultatif. 6. Uji Katalase Untuk menguji kemampuan bakteri penghasil enzim katalase dalam mendegradasi hydrogen peroksida. Isolat ditumbuhkan pada media LB. Hidrogen peroksida 3% diteteskan pada kaca obyek kemudian ditambahkan satu ose isolat dari media NA tersebut. Uji positif ditandai oleh terbentuknya gelembung oksigen. 7. Uji Oksidase Untuk menguji aktivitas sitokrom oksidase bakteri. Uji oksidase dilakukan dengan cara mengenangi koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media LB dengan larutan dimetil p-fenildiamina hidroklorida 1%. Uji positif ditandai dengan
34 berubahnya warna koloni menjadi merah muda, lalu merah tua, merah gelap dan akhirnya hitam. 8. Uji Reduksi Nitrat Untuk menguji kemampuan bakteri mereduksi nitrat (NO 3 ) menjadi nitrit (NO 2 )Isolat ditumbuhkan dalam media mengandung KNO 3 diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24-48 jam selanjutnya ditambahkan larutan A (asam sulfanilat) dan larutan B ( alfa-naftilamin). Uji positif ditandai perubahan warna merah atau merah muda dimana nitrit dalam media akan bereaksi dengan larutan A dan B. 9. Uji Sitrat Untuk membedakan bakteri enterik yang mampu memfermentasi sitrat sebagai sumber karbon satu-satunya. Isolat ditumbuhkan pada media padat Sitrat- Simmon yang merupakan media sintetik dengan Na-sitrat sebagai sumber karbon, NH 4 sebagai sumber nitrogen, dan brom thymol blue sebagai indikator ph. Uji positif ditandai dengan warna media berubah dari hijau menjadi hitam dimana mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. 10. Uji Urease Untuk menguji kemampuan bakteri yang dapat mendegradasi urea dengan enzim urease. Isolat ditumbuhkan pada media yang mengandung urea. Beberapa mikroorganisme mampu menghasilkan enzim urease yang dapat menguraikan urea menjadi amonium dan CO 2. Uji positif ditandai perubahan warna dari merah jingga menjadi merah ungu merupakan petunjuk terjadinya hidrolisis urea. 11. Uji Indol Untuk menentukan kemampuan bakteri mendegradasi asam amino triptofan. Isolat ditumbuhkan pada media yang kaya dengan triptofan. Digunakan reagen yang mengandung para-dimetil-aminobenzaldehida. Uji positif ditandai dengan terbentuknya cincin warna merah pada permukaan media.
35 12. Uji Metil Red Untuk menentukan kemampuan bakteri dalam mengoksidasi glukosa dengan menghasilkan asam sebagai produk akhir dan berkonsentrasi tinggi. Isolat ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa, diinkubasi dan setelah itu ditambahkan reagen metil red. Uji positif ditandai warna merah karena terjadi fermentasi asam campuran. 13. Uji Voges Proskauer Untuk membedakan bakteri enterik antara Eschericia coli, E. aerogenes, dan E. pneumonieae. Isolat ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa dan diinkubasi. Selanjutnya ditambahkan reagen KOH 40% serta 15 tetes larutan alpha naphtol. Uji positif ditandai perubahan menjadi warna merah. 14. Uji Hidrogen sulfida Untuk menguji kemampuan bakteri dalam menghasilkan H 2 S. Produksi H 2 S dapat terlihat dengan menggunakan media mengandung polipeptida dan kaya akan asam amino yang mengandung sulfur dan ion Fe 2+. Isolat ditumbuhkan pada media TSIA (Triple Sugar Iron Agar), uji positif ditandai dengan reaksi Fe menjadi FeS yang berwarna hitam. 14. Uji Metil Red Untuk menentukan kemampuan bakteri dalam mengoksidasi glukosa dengan menghasilkan asam sebagai produk akhir dan berkonsentrasi tinggi. Isolat ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa, diinkubasi dan setelah itu ditambahkan reagen metil red. Uji positif ditandai warna merah karena terjadi fermentasi asam campuran. 3.3.2. Pengujian Aktifitas Bakteri Pereduksi Merkuri Pengujian aktifitas bakteri pereduksi merkuri dilakukan untuk melihat kemampuan isolat-isolat unggul dalam mereduksi Hg. Pada tahap pengujian ini isolat bakteri ditumbuhkan dalam media cair LB selama 24 jam pada erlenmeyer 250 ml, kemudian diambil 0.5 ml dan ditumbuhkan pada media cair LB sebanyak 30 ml pada
36 erlenmeyer 250 ml yang mengandung konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 250 ppm, 400 ppm, dan 500 ppm HgCl 2. Kemudian diinkubasi selama 48 jam dan digoyang. Konsentrasi Hg yang tersisa dalam media cair LB diukur dengan Cold Vapour Atomic Absorption Spektrofotometer (CV-AAS). Prinsip kerja CV-AAS menurut adalah mengubah senyawa merkuri raksa dioksida menjadi ion raksa, selanjutnya ion raksa direduksi menjadi logam raksa dan dianalisa serapan atom uap dingin pada panjang gelombang 253.7 nm. Reagen yang digunakan Reduktor SnCl 2, larutan asam H 2 SO 4 + HCl. 3.3.3. Pertumbuhan BPM pada Berbagai Kondisi Lingkungan Kegiatan ini dilakukan untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pereduksi merkuri, seperti suhu, ph, dan Hg total sampel tanah. 3.3.3.1. Pengaruh Suhu pada Pertumbuhan Bakteri Pereduksi Merkuri Untuk mengetahui suhu pertumbuhan optimum, maka isolat bakteri ditumbuhkan pada media cair LB dengan berbagai suhu yaitu: 4 o C, 27 C (suhu ruang), 45 o C. Biakan diinkubasi pada suhu tersebut selama 24 jam dengan goyangan lemah. Selanjutnya pertumbuhan isolat diukur derajat kekeruhannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm. Setiap perlakuan diulang 3 kali. 3.3.3.2. Pengaruh ph pada Pertumbuhan Bakteri Pereduksi Merkuri Untuk mengetahui ph optimum maka isolat bakteri ditumbuhkan pada media cair LB dengan ph 5, 7, dan 9. Biakan diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam dengan goyangan lemah. Pertumbuhan isolat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 620 nm dan setiap perlakuan diulang 3 kali. 3.3.4. Pengolahan Limbah Merkuri dengan Bioreaktor Biofilm BPM Rancangan ini menggunakan 5 buah bioreaktor dengan ukuran panjang 20 cm, lebar 20 cm dan tinggi 15 cm. Perlakuan 6 hari waktu pembentukan biofilm. Bakteri yang digunakan adalah ke-4 isolat yaitu: Bacillus sp. ICBB 9118, Morganella
37 morganii ICBB 9119, Micrococcos luteus ICBB 9120, dan Bacillus sp. ICBB 9121 yang diisolasi dari lokasi PESK Talawaan-Tatelu. Nutrien yang digunakan mengandung komposisi ekstrak ragi 2 g dan sukrosa 4 g per liter media, sedangkan limbah cair merkuri yang digunakan adalah limbah cair sintesis dengan menggunakan 10 ppm HgCl 2. Pembuatan inokulum bakteri pereduksi merkuri diambil dari ke-4 isolat hasil uji aktivitas sebanyak 1 ml isolat yang sudah disimpan dan ditumbuhkan pada media LB cair sebanyak 500 ml untuk dimasukkan ke dalam bioreaktor yang berisi batuan vulkanik. Tanaman typha dan eceng gondok yang digunakan telah disiapkan tujuh hari sebelum pengoperasian bioreaktor, dengan memberikan perlakuan yang sama. Arang aktif dan batuan vulkanik di masukkan ke autoklaf untuk mensterilkan, demikian juga dengan media tanam yang terdiri atas kerikil, pasir, dan tanah gembur. Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam laboratorium menggunakan uap air panas bertekanan sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 o C. Pengoperasian bioreaktor dilakukan dengan tahapan: (1) Wadah A yang berisi campuran nutrisi dan limbah sintesis 10 ppm HgCl 2 sebanyak 5 liter dialirkan ke bioreaktor B dengan aliran berlanjut, pergantian nutrisi dilakukan pada setiap 2 hari selama 6 hari pembentukan biofilm; (2) Bioreaktor B berisi batu vulkanik dan bakteri yang sudah ditumbuhkan di erlenmeyer sebanyak 500 ml. Bakteri hanya diberikan satu kali selama satu perlakuan; (3) Wadah C, D, dan E masing-masing berisi: arang aktif, tanaman typha, tanaman eceng gondok; (4) Setiap perlakuan diambil sampel limbah cair yaitu hari pertama pada reaktor A sebelum pengolahan, pada outlet bioreaktor B dilakukan pengambilan sampel pada hari ketujuh, dan pada reaktor C, D, dan E dilakukan pengambilan sampel pada hari kesepuluh, masing-masing sebanyak 10 ml. Pengambilan sampel dengan 3 ulangan. Variabel yang diteliti adalah: (1) kadar merkuri dalam wadah A yang berisi limbah cair dan nutrisi sebelum diberi perlakuan; (2) kadar merkuri dalam bioreaktor B yang berisi bakteri dan batuan vulkanik; (3) kadar merkuri dalam wadah C yang berisi arang aktif; (4) kadar merkuri dalam wadah D yang berisi tanaman typha; (5) kadar merkuri dalam wadah E yang berisi tanaman eceng gondok; (6) jumlah
38 kerapatan biomassa mikrob (OD) yang dimasukkan ke dalam bioreaktor B; (7) efisiensi penurunan kadar merkuri dalam masing-masing bioreactor B, wadah C, wadah D, dan wadah E dalam prosentase. A Nutrisi Limbah Merkuri B BPM B. Vulkanik Arang Aktif C Tanaman Typha sp. D Eceng gondok E Gambar 5. Rancangan pengolahan limbah merkuri dengan bioreaktor biofilm bpm 3.3.5. Pengolahan Limbah Merkuri dengan Reaktor Lahan Basah Buatan Rancangan ini menggunakan 4 buah wadah dengan ukuran panjang 20 cm, lebar 20 cm dan tinggi 15 cm. Limbah cair merkuri yang digunakan adalah limbah cair yang dibuat sintesis dengan menggunakan 10 ppm HgCl 2. Tanaman typha dan eceng gondok yang digunakan telah disiapkan tujuh hari sebelum pengoperasian bioreaktor, dengan memberikan perlakuan yang sama. Media tanam pada reaktor yang terdiri atas batuan kerikil, pasir, dan tanah gembur disterilkan dalam autoklaf, termasuk arang aktif untuk mencegah kontaminasi. Pengoperasian lahan basah buatan dilakukan dengan tahapan: (1) reaktor A yang berisi limbah sintesis 10 ppm HgCl 2 dialirkan ke reaktor B yang berisi arang aktif, reaktor C yang berisi tanaman Typha, dan reaktor D yang berisi tanaman Eceng gondok; (2) pengambilan sampel pada reaktor A dilakukan pada hari pertama
39 sebelum perlakuan; sedangkan pada outlet B, C, dan D dilakukan pengambilan sampel pada hari ketiga, masing-masing sebanyak 10 ml dengan 3 ulangan. Variabel yang diteliti adalah: (1) kadar merkuri dalam wadah A; (2) kadar merkuri dalam wadah B yang berisi arang aktif; (3) kadar merkuri dalam wadah C yang berisi tanaman typha; (4) kadar merkuri dalam wadah D yang berisi tanaman eceng gondok; dan (5) efisiensi penurunan kadar merkuri dalam masing-masing unit A, B, C, dan D dalam prosentase seperti rancangan sistem bioreaktor (lihat sub-sub bab 3.3.4). Limbah Merkuri A Arang aktif B Tanaman Typha sp. Eceng gondok C D Gambar 6. Rancangan pengolahan limbah merkuri dengan reaktor lahan basah buatan 3.4. Metode Analisa Data yang diperoleh direkapitulasi dan ditabulasi serta disajikan dalam bentuk tabel. Untuk melihat adanya perbedaan perlakuan dilakukan dengan analisa sidik ragam. Analisa statistik yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, dan perbedaan kemaknaan dilakukan dengan uji beda nyata. Perhitungan efisiensi hasil pengolahan ditentukan dengan mengukur parameter tersebut sebelum dan sesudah proses. Untuk mengetahui efisiensi penurunan kadar merkuri digunakan rumus: Eff = C1-C2 X 100 % C1 Dimana: C1 = Konsentrasi awal (mg/l) C2 = Konsentrasi akhir (mg/l) Eff = Effisiensi
40 Analisa data menggunakan metode deskriptif dengan tabel dan narasi yang menggambarkan kondisi seluruh perlakuan selama penelitian. 3.5. Penyimpanan Biakan Bakteri Pereduksi Merkuri Penyimpanan biakan dimaksudkan untuk preservasi jangka panjang koleksi isolat murni bakteri pereduksi merkuri. Untuk tujuan tersebut, maka isolat murni bakteri pereduksi merkuri disimpan dengan menggunakan dua cara, yaitu (1) penyimpanan dalam tanah/kompos steril, (2) penyimpanan dalam gliserol, dan (3) penyimpanan dalam agar miring. Ketiga cara tersebut disimpan pada suhu 8 o C-10 o C. Cara penyimpanan dalam tanah/kompos steril adalah: (1) tanah/kompos kering dimasukkan ke dalam botol hingga penuh, kemudian diautoklaf pada suhu 121 o C selama 1 jam, (2) Selanjutnya botol dioven kering pada suhu 105 o C selama 1 jam, (3) suspensi kultur bakteri diambil dengan pipet steril sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam botol. Sedangkan pada cara penyimpanan dalam biakan gliserol adalah: (1) 1 ml gliserol steril dimasukkan ke dalam ampul dan ditambahkan 1 ml suspensi kultur bakteri, kemudian dikocok sampai merata dengan vortex. Dan segera disimpan dalam suhu 8 o C-10 o C.