BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, Pertamina EP juga melaksanakan kegiatan usaha penunjang lain yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu

SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI (SKK MIGAS) PEDOMAN TATA KERJA. Nomor: PTK-038/SKKO0000/2015/S0.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISA HASIL. 1. Deskripsi barang yang kurang jelas atau tidak lengkap.

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, serta sistematika dalam hal penulisan penelitian.

2 kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi dalam rangka pengelolaan Minyak dan Gas Bumi di darat dan laut di Wilayah Aceh dapat dilakukan jika keseluruhan

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip

SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI (SKK MIGAS) PEDOMAN TATA KERJA. Nomor: PTK-039/SKKO0000/2015/S0 Revisi ke-01

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136

ERA BARU MIGAS INDONESIA:

% Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Total Pengeluaran. Tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Digital Well Analyzer Sebagai Inovasi Pengukuran Fluid Level Untuk Mendukung Program Optimasi Produksi

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka

ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS

eksplorasi sebesar US$ 3,84 miliar, administrasi US$ 1,6 miliar, pengembangan US$

STATUS SUMBER DAYA ALAM MIGAS DI INDONESIA CADANGAN, PRODUKSI DAN OUTLOOK JANGKA MENENGAH DAN JANGKA PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional Eksplorasi dan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian sebelumnya yang sudah pernah dilakukan, dalam hal membuat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 1 Hal

Outlook CAPAIAN TAHUN 2014 & RENCANA KERJA 2015

BAB I PENDAHULUAN. strategis untuk meningkatkan efektivitas organisasi dan untuk merealisasikan

Gambar 1.1 Presentase produksi minyak dunia (BP statistical review of global energy).

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

KINERJA SEKTOR HULU MIGAS YTD SEPTEMBER 2017 (Q3) Jakarta, 27 Oktober 2017

UU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa. Eksplorasi: Plan of Development (POD)

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Capaian Industri Migas Semester I Tahun 2016

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN PRODUKSI MINYAK BUMI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

BAB I PENDAHULUAN. setiap pelaku bisnis di berbagai sektor industri. Era globalisasi memungkinkan

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

Negara Hadapi Risiko Likuiditas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

ISSN JEEE Vol. 6 No. 2 Novrianti. Studi Kelayakan Pekerjaan Pemilihan Zona Produksi dan Squeeze off Cementing pada Sumur MY05

1. Contoh penghitungan besaran alokasi biaya tidak langsung Kantor Pusat dalam masa Eksplorasi:

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan penggunaannya dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada harga minyak mentah dunia pada tahun Pergerakan

SISTEM GAS LIFT SIKLUS TERTUTUP SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI MIGAS: STUDI KASUS LAPANGAN GNK

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik Field

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

OPTIMALISASSI PENERIMAAN PPh MIGAS

BAB I PENGANTAR. menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN KE-2, KE-5, KE-6, KE-30, KE-23, KE-40, KE-32, KE-38A, PHE-38B, PHE-54,

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendapatkan sumur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2 5 Desember Makalah Profesional IATMI

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

Oleh Jum'at, 22 September :21 - Update Terakhir Jum'at, 22 September :34

POTENSI MIGAS WILAYAH KERJA PROVINSI KEPRI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tugas yang kompleks dan pada akhirnya tidak dapat ditangani

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI METODE CASING DRILLING PADA TRAYEK CASING 13-3/8 DI SUMUR SP-23

Ini merupakan penandatanganan pemenang kontrak hasil tender Reguler Putaran I tahun 2005, ujar Dirjen Migas Luluk Sumiarso. Berdasarkan Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT Pertamina EP merupakan perusahaan yang menyelenggarakan kegiatan usaha di sektor hulu bidang minyak dan gas bumi, meliputi eksplorasi dan eksploitasi. Di samping itu, Pertamina EP juga melaksanakan kegiatan usaha penunjang lain yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung bidang kegiatan usaha utama. Saat ini tingkat produksi Pertamina EP adalah sekitar 127.635 barrel oil per day (BOPD) untuk minyak dan sekitar 1.054 million standard cubic feet per day (MMSCFD) untuk gas. Satuan Kerja Sementara Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKMIGAS sekarang berubah menjadi SKK Migas) sebagai institusi yang dibentuk oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, cukup optimis dapat mencapai target produksi minyak dan gas bumi yang ditetapkan dalam APBN pada tahun 2013 sebesar 2,26 juta barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day / BOEPD) yang terdiri dari produksi minyak sebesar 900 ribu barel minyak per hari dan produksi gas 1,36 juta barel setara minyak per hari dengan adanya sejumlah proyek dari seluruh kontraktor kontrak kerja sama sektor minyak dan gas yang ada. Proyek yang dimaksud yaitu beberapa proyek pengembangan, proyek Pilot EOR (Enhanced Oil Recovery) dan sejumlah proyek pemboran sumur pengembangan sebanyak 701 sumur dan workover (Kerja Ulang Pindah Lapisan atau 1

disingkat KUPL) sebanyak 417 sumur, sedangkan survei seismik 2D seluas 4,8 ribu km dan survei seismik 3D seluas 8,7 km 2. Serta melakukan Re-Aktivasi 130 sumur suspended, yang diharapkan dapat menambah produksi hingga 1.400 BOPD terutama dari Wilayah Kerja Pertamina. Proyek workover juga sering disebut sebagai proyek Kerja Ulang Pindah Lapisan (KUPL) merupakan proyek yang bertujuan untuk menjaga integritas sumur dengan melakukan berbagai operasi perbaikan pada produksi. Workover harus direncanakan sedemikian rupa karena akan dapat menyebabkan permasalahan terjadi selama pengoperasiannya serta memerlukan perhatian secepatnya. Hal ini menyebabkan program workover pada industri minyak dan gas dimasukkan ke dalam rencana anggaran investasi. Program workover terdiri dari deepening, plugging back, pulling and resetting liners, dan squeeze cementing. Kegiatan Eksploitasi Pertamina EP selama tahun 2012 meliputi kegiatan pemboran pengembangan sumur minyak dan gas; workover; operasi sumur meliputi reparasi, reopening, stimulasi, injeksi, penelitian, perawatan sumur, dan survei seismik eksploitasi. Rencana workover tahun 2012 dalam RKAP 2012 sebanyak 84 sumur pengembangan, terdiri atas: a) 46 sumur milik sendiri, meliputi 24 sumur minyak, 11 sumur gas dan 11 sumur injeksi. b) 38 sumur Mitra. Gambar 1.1 merupakan realisasi proyek KUPL pada tahun 2012 yang dilaksanakan di wilayah kerja PT Pertamina EP. 2

AREA KEGIATAN RKAP KUPL REALISASI KUPL AREA OF ACTIVITY WORKOVER PLAN WORKOVER REALIZATION Region Sumatera Sumatra Region 12 17 Region Jawa Java Region 11 22 Region KTI Eastern Indonesia Region 2 1 Unit Bisnis EP (UBEP) EP Business Unit (UBEP) 5 8 Proyek Pengembangan Development Project 16 31 Mitra Partner 38 61 Total Milik Sendiri Total Own Operation 46 79 Total PEP 84 140 Gambar 1.1. Realisasi Kegiatan KUPL Tahun 2012 Pada tahun 2012 diketahui realisasi pemboran dan workover dibandingkan dengan anggaran mencapai 68,77% yang jika dibandingkan realisasi pada tahun 2011 yaitu sekitar 364,31%. Pencapaian yang tidak sesuai dengan rencana proyek tidak dapat dikatakan baik. Realisasi yang sangat rendah mengindikasikan perencanaan yang tidak dilakukan dengan memadai, dan tujuan pelaksanaan proyek yang dapat menyimpang dari rencana semula. Sedangkan realisasi yang melebihi anggaran atau rencana kegiatan tentunya mengindikasikan bahwa pengendalian tidak dilakukan dengan baik dan benar. Akibat dari penyimpangan rencana-rencana kerja bagi kontraktor sendiri maupun bagi pemerintah cukup signifikan. Membengkaknya biaya pelaksanaan mengakibatkankan pengembalian biaya dari pemerintah kepada kontraktor dengan mekanisme cost recovery tidak dapat dilakukan secara utuh sehingga akan menjadi beban kepada kontraktor tersebut. Jika yang terjadi sebaliknya yaitu realisasi investasi rendah, maka proses pengajuan atau proposal investasi berikutnya akan terkoreksi juga mengikuti tren dari realisasi investasi pada tahun-tahun sebelumnya. 3

Bagi pemerintah sendiri realisasi kegiatan yang dilakukan oleh kontraktor cukup penting, artinya ketika waktu pelaksanaan proyek mengalami kemunduran maka hal ini akan mengakibatkan perubahan dari rencana atau anggaran penerimaan negara yang didapat dari lifting negara. Hal ini juga terjadi apabila ternyata tujuan dari proyek tidak tercapai atau proyek tidak menghasilkan, maka negara akan kehilangan potensi penerimaan negara. Bukan saja terjadi perubahaan waktu, tetapi malah hilang sama sekali. Gambar 1.2. Hubungan Proyek bagi Perusahaan dan Negara Untuk menjalankan setiap proyek workover tersebut agar efektif dan efisien, manajemen PT Pertamina EP perlu melakukan evaluasi risiko dari setiap masingmasing proyek. Jika terjadi suatu penyimpangan maka diperlukan analisa dan perbandingan evaluasi proyek tersebut sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan sekaligus mendapatkan solusi dari permasalahan yang terjadi. Dengan demikian perlu dilakukan pengukuran keberhasilan suatu proyek, dan perbaikan berkelanjutan. 4

Untuk mengevaluasi risiko dari manajemen proyek, penulis mencoba menganalisa proyek workover PDM 03, dengan perbandingan proyek yang sejenis yaitu PDM 05 dan PDM 07 sehingga dapat diketahui penyebab permasalahan yang terjadi dan mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut. Pengujian ini diharapkan berguna untuk mengatasi permasalahan pada proyek-proyek workover berikutnya dengan karakteristik sumur yang sama dengan PDM 03 dan juga dapat mencegah permasalahan serupa terjadi berulang sehingga perusahaan mendapatkan pengembalian pembelanjaan melalui cost recovery dan menghasilkan produk sesuai perencanaan, sehingga tujuan akhir penerimaan bagi kontraktor dan negara tercapai. B. Rumusan Masalah Proyek Workover PDM 03 memiliki Authority For Expenditure (AFE) no. 11-3004R2 dengan tenggat waktu pelaksanaan yaitu 41 hari dan jumlah anggaran US$2.584.066. Pada saat penyelesaian proyek tersebut dilakukan, diketahui bahwa realisasi proyek tersebut telah melebihi batas waktu dan anggaran yang telah ditetapkan pada beberapa aktivitas tertentu. Gambar 1.3 menunjukkan contoh laporan close out proyek. 5

Final Closed Out AFE AFE No. : 11-3004R2 Workover : PDM-03/ PDM-A2 PT Pertamina EP Proyek Pengembangan Pondok Makmur Development Deskripsi Program AFE Realisasi Selisih % Penjelasan Umum Total AFE, US $ 2.584.066 2.458.873 (5) Hari Workover 41 47 14 Pekerjaan Workover pada PDM-03 dilaksanakan sebanyak 2 kali. Pekerjaan w orkover pertama bertujuan menutup open hole basement dan memproduksikan lapisan reservoar pre-taf. Karena lapisan pre-taf tidak mengalirkan hydrocarbon maka dilakukan pekerjaan w orkover kedua dengan tujuan untuk menutup lapisan pre-taf dan memproduksikan lapisan basement (reff. MOM...). Pekerjaan Workover pada 16 Desember 2011, Killing sumur dengan pompakan CF SG 1.28 sebanyak 100 bbl. Release packer 7", kendala packer 7" tidak bisa release, usaha dengan WOP tidak berhasil, back off tidak berhasil, tubing cutter @ 2.654 m. Cabut ikan dengan overshot 2 kali tidak berhasil, w ashover 2.654-2.655 m, overshot 2 kali, tidak berhasil, masuk bobo home made, tidak berhasil, pancing dengan overshot #5, berhasil (12 hari). Scrapper 4-1/2" interval 2830-2850 m, kendala duduk @ 2696 m, atasi dengan mill bit (1/2 hari). Set BP 4-1/2" @ 2839 m, kendala miss fired, set ulang BP 7" berhasil. Scrapper 7" interval 2500-2691 m. Perforasi interval 2671-2676 m, set packer 7" @ 2651 m, kendala tunggu tubing bow l dan X-mastree (1 hari). Sw ab sumur belum mengalir. Rig release pada tanggal 09 Januari 2012, unload N2 (rigless), sumur tidak berproduksi. Total Kedalaman (Mtr) 2.900 2.900 - Lakukan pekerjaan w orkover lanjutan pada 13 Nopember 2012, killing sumur denga CF SF 1,35 sebanyak 10 bbl. Release packer 7", cabut tubing, kendala packer tertinggal (putus di safety joint). Usaha pancing packer 7" (top fish @ 2,652 m), berhasil (1,5 hari). Squeeze semen interval perforasi 2,671.5-2,676 m. Penggantian nut & studs tubing head (2,5 hari). Bor semen (bit 6") @ 2,565-2,690 m. Milling BP 4-1/2" dengan bit 3-3/4" @ 2,836,4-2,837.6 m, kendala string buntu. Scrap casing 7" sampai 2,690 m. Milling BP 4-1/2" kembali dengan bit 3-3/4" dari 2,837,6-2,890 m. Masuk tubing 3-1/2" dan set packer 7" @ 2,687 m. Kendala x-mastree bocor, penggantian x mastree ex. sumur PDM-05 (1 hari). Unload N2, produksikan sumur. Hasil oil & gas. Rig release pada tanggal 05 Desember 2012. Rig N 110 M/ TMMJ #1 Sumur saat ini dalam keadaan produksi sebesar : minyak 241 BOPD dan gas 5.35 MMSCFD. Gambar 1.3 Close Out Report PDM-03 Dengan menggunakan pembanding proyek workover yang berada pada struktur yang sama yaitu PDM 05 dan PDM 07 diharapkan dapat mendeteksi permasalahan yang terjadi pada PDM 03. Dengan menggunakan alat bantu ISO 10006:2003, dapatkah standar internasional manajemen mutu proyek membantu mengevalusi risiko proyek workover tersebut untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi dan sebagai perbaikan berkelanjutan? C. Pertanyaan Penelitian Menyelesaikan suatu proyek merupakan hal yang berbeda dengan mengakhiri proses manajemen proyek. Penyelesaian tidak menjamin mendatangkan manfaat bagi organisasi. Disamping agar suatu proyek dapat memberikan manfaat terbesar, diperlukan juga pengecekan perbaikan apa yang diperlukan sehingga memberikan manfaat yang lebih. Dengan demikian beberapa pertanyaan dalam mengevaluasi risiko manajemen proyek yaitu: a. Apakah tujuan proyek disebutkan dengan jelas? b. Siapa penanggungjawab atas pelaksanaan proyek? 6

c. Apakah perencanaan biaya, waktu, dan sumber daya telah disusun dengan jelas dan dapat dipenuhi? d. Bagaimana proses monitoring dan kontrol atas segala aspek pelaksanaan proyek? e. Apakah manajemen memiliki panduan pelaksanaan proyek untuk menjamin mutu proses? f. Apakah terdapat evaluasi proyek yang sedang berlangsung? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai risiko dari manajemen proyek workover PDM 03, dengan perbandingan proyek yang sejenis yaitu PDM 05 dan PDM 07. Pengujian ini diharapkan berguna untuk mengatasi permasalahan pada proyek-proyek workover berikutnya dengan karakteristik sumur yang sama dengan PDM 05 dan juga dapat mencegah permasalahan serupa terjadi berulang. Dengan menggunakan alat bantu ISO 10006:2003 pada proyek workover yang berada pada struktur yang sama yaitu PDM 03, PDM 05 dan PDM 07 diharapkan dapat mendeteksi permasalahan yang terjadi pada proyek workover dan membantu mengevalusi risiko pada proyek workover tersebut. 7

E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, peneliti, dan bagi perguruan tinggi di mana tempat penulis belajar. 1. Bagi Perusahaan, diharapkan dapat memberikan pengembangan atau perbaikan berkelanjutan bagi PT Pertamina EP, sehingga dapat mengatasi permasalahan pada proyek workover atau proyek sejenis lainnya. 2. Bagi Penulis, tentunya menambah wawasan, dan penelitian memberikan pengetahuan dan meningkatkan keahlian dalam mengevaluasi proyek-proyek perusahaan dan memperkuat diri hal aspek manajerial. 3. Bagi Perguruan Tinggi, diharapkan dapat menjadi literatur dan referensi akademis, dan dapat menginspirasi penelitian lainnya sehubungan dengan tema judul tesis untuk kepentingan mahasiswa lain dan dosen Universitas Gadjah Mada. F. Ruang Lingkup Penelitian Batasan pada pembahasan dari penelitian yaitu pada objek penelitian proyek workover PDM 03, PDM 05, dan PDM 07 yang merupakan proyek yang serupa satu dengan lainnya dan berada pada struktur yang sama. Pelaksanaan ketiga proyek tersebut diasumsikan menggunakan teknik keahlian yang sama dan kecukupan dana yang tersedia, sehingga faktor-faktor tersebut bukan merupakan penyebab adanya penyimpangan yang terjadi. 8

G. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini pembahasan akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Membahas tentang teori-teori yang digunakan studi penelitian yang telah dilakukan penulis dengan menggunakan ISO 10006:2003 Manajemen Mutu Proyek. Di dalam bab ini metode penelitian menggunakan studi kasus. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai desain dan objek penelitian yang akan diteliti dengan menggunakan alat pengujian, serta metode pengumpulan data dan analisa data untuk mengevaluasi risiko manajemen proyek. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pemaparan hasil pengambilan data dan pengolahannya serta pembahasan umum dan khusus dari hasil penelitian studi kasus. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir penulisan tesis ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil analisa yang dilakukan Penulis serta saran atau rekomendasi. 9