BAB V ANALISA HASIL. 1. Deskripsi barang yang kurang jelas atau tidak lengkap.

Transkripsi

1 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hambatan Proses Master List Pada proses pengajual proposal Master List ini, baik ketika di proses di SKK Migas, Ditjen Migas, dan DJBC, terdapat beberapa permasalahan yang timbul: 1. Deskripsi barang yang kurang jelas atau tidak lengkap. Hal ini sering menyebabkan pihak pemerintah terkait mengembalikan proposal Master List untuk meminta penjelasan lebih lengkap dari barang yang deskripsinya kurang jelas tersebut. Seperti pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Deskripsi barang tidak lengkap Dari table 5.1 bisa kita lihat bawah ukuran dan jumlah satuan Casing tidak ada, maka harus dilengkapi seperti pada table

2 Tabel 5.2 Deskripsi barang lengkap 2. Barang yang akan diimpor dikategorikan sebagai barang APDN (Apresiasi Produk Dalam Negeri) Tujuan utama dibuatnya Master List adalah agar KKKS tidak membeli barang dari luar demi mendukung program pemerintah untuk menggunakan produk dalam negeri. Namun sering terjadi barang yang akan di impor ternyata sudah bisa di produksi di dalam negeri sehingga pihak terkait akan menolak pengajuan proposal dan menyurati KKKS yang memberi tahu perusahaan yang bisa membuat barang tersebut, namun kadang kala ada spesifikasi khusus dari barang tersebut yang di butuhkan KKKS yang belum di produksi didalam negeri, maka KKKS akan memberikan justifikasi agar proses pengajuan proposal bisa dilanjutkan. 3. Barang yang akan diimpor dikategorikan barang non-bop (Barang Operasi Perminyakan) 33

3 Untuk hal ini KKKS akan merujuk pada Peraturan Menteri ESDM no. 37 tahun 2006, namun bunyi pasal ini masih tidak spesifik, sehingga masih ada perdebatan mengenai kebutuhan impor barang operasi. 5.2 Dampak Penjadwalan Ulang Eksploitasi Berikut adalah dampak yang timbul akibat hambatan proses Master List: 1. Target Oil Lifting dari pemerintah tidak tercapai. Pada 2012, pemerintah menargetkan agar seluruh KKKS mampu lifting minyak sebanyak bph (barrel per hari), namun nyatanya hingga akhir tahun, realisasi lifting minyak hanya 826 bph. Pemerintah mengakui kendala birokrasi menjadi salah satu masalah yang di hadapi KKKS. Hal ini merupakan PR besar untuk pemerintah demi memenuhi target oil lifting yang mereka tentukan sendiri. 2. Perusahaan Rugi karena: a. Biaya Stand-By Rig. Hal ini berarti biaya sewa rig akan terus dibayar walaupun belum atau bahkan tidak terpakai. Rig yang digunakan proyek X ini adalah rig on-shore dimana biaya sewanya lebih murah daripada rig off shore, namunpun demikian, PT. CPI tetap mengalami kerugian besar karena rig yang akan di gunakan berjumlah ratusan unit. b. Biaya Man Power. 34

4 Gaji pegawai dan kontraktor harus tetap dibayar walaupun perusahaan merugi. Biaya man power yang paling besar adalah gaji seorang ahli yang di kontrak selama masa proyek ini berjalan. c. Biaya demurrage Adalah pengenaan biaya/ charge tambahan dari maskapai pelayaran/ agent terhadap penambahan waktu dari pemakaian/ pengembalian/ penahanan container yang digunakan oleh pihak penyewa. d. Biaya Sewa Gudang Biaya ini akan dikenakan karena barang yang sudah masuk pelabuhan akan di masukkan ke gudang yang di sewa oleh perusahaan selama barang belum bisa diambil. 3. Jangka waktu kontrak dengan pemerintah tidak dapat digunakan secara maksimal. PT. CPI akan mencapai batas waktu kontrak dengan pemerintah pada 8 Agustus Keterbatasan waktu ini jelas merupakan kerugian bagi perusahaan karena seharusnya sudah bisa membangun ribuan pumping unit untuk lifting oil sampai masa kontrak berakhir. 4. Bisa terjadi blow out atau oil spill, yakni semburan liar akibat sumur minyak yang sedang stand by belum dilengkapi BOP (Blow Out Preventer). 35

5 Hal inilah yang paling ditakutkan oleh seluruh KKKS, karena akan merusak seluruh ekosistem disekitarnya. Untuk membersihkan area yang terkena tumpahan minyak juga sangat sulit dan mahal. 36