BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun 1965 oleh Bapak Sudirman sebagai pemilik usaha tersebut. Usaha yang dipimpin oleh Bapak Sudirman pertama kali memproduksi kuali, dodos dan linggis. Jenis linggis yang dibuat yaitu memiliki bentuk pipih pada satu sisi dan bentuk pengait disisi lainnya dengan ukuran 32 cm, 42 cm, dan 52 cm. Ukuran dan bahan untuk produk kuali dan dodos dibuat sesuai dengan pesanan konsumen. Sistem kerja dalam pembuatan kuali, dodos dan linggis masih manual dan sebagian menggunakan bantuan mesin. Setelah Bapak Sudirman telah tiada maka usaha ini diteruskan oleh anaknya yaitu Bapak Ameng. Perkembangan zaman membuat Bapak Ameng menambahkan produk pahat agar variasi produk yang dihasilkan semakin banyak. Usaha pandai besi ini dilakukan dengan mengelolah besi ulir bekas yang di peroleh dari bengkel-bengkel dan pengepul bahan baku besi dan baja bekas. Pemasaran dilakukan di sekitar Medan mulai dari rumah tangga, restoran, dan tukang. UD Satria memiliki 8 orang pekerja. Lokasi produksi sekaligus tempat penyimpanan produk jadi di Jalan Brigjen Katamso Gg. Satria No. 20, Medan.
2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha Bahan baku pembuatan linggis adalah besi ulir yang diperoleh dari bengkel-bengkel dan pengepul bahan baku besi dan baja bekas. Bahan penolong yang digunakan yaitu arang, air dan minyak tanah dan bahan tambahan yang digunakan adalah cat. UD Satria memproduksi rata-rata 250 linggis dalam 1 hari. Sistem pemesanan dilakukan berdasarkan jumlah pesanan yang ditetapkan oleh pelanggan. 2.3. Organisasi dan Manajemen Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orangorang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi dapat pula didefenisikan sebagai struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. 2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian tertentu dari organisasi. Struktur organisasi UD Satria adalah line structure karena pimpinan umumnya adalah pemilik dari perusahaan itu sendiri. Semua keputusan baik yang bersifat strategis
maupun operasional akan diambil sendiri oleh pemilik. Strategi utama yang diterapkan pada tipe organisasi usaha semacam ini adalah bagaimana perusahaan dapat terus dijalankan dan tetap ada permintaan di pasar. Struktur organisasi UD Satria dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pemilik Pekerja stasiun pemotongan Pekerja stasiun pembentukan Pekerja stasiun pengecatan Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD Satria 2.3.2. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian tugas dan tanggung jawab pada UD Satria dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Pemilik Pimpinan tertinggi dalam perusahaan ini adalah pemilik UD Satria yang memiliki keseluruhan modal selama proses produksi berlangsung. Pemilik bertanggung jawab untuk memberikan upah dan memperhatikan kesejahteraan operator yang bekerja Adapun tugas pemilik adalah sebagai berikut: a. Bertugas mengawasi jalannya proses produksi dan kinerja dari operator. b. Merencanakan, mengarahkan, menganalisa dan mengevaluasi serta menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.
c. Bertugas mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap pekerja dan menjalin hubungan baik. 2. Pekerja stasiun pemotongan Pekerja stasiun pemotongan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pengukuran dan pemotongan besi ulir. Adapun tugas pekerja pada stasiun pemotongan adalah sebagai berikut: a. Memotong besi ulir sesuai dengan ukuran dengan menggunakan blender. b. Mengangkut besi ulir ke stasiun pembentukan. 3. Pekerja stasiun pembentukan Pekerja stasiun pembentukan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pembentukan besi ulir sampai menjadi linggis. Adapun tugas pekerja pada stasiun pembentukan adalah sebagai berikut: a. Menyalakan tungku pembakaran b. Membentuk besi ulir menjadi linggis c. Mengangkat produk ke stasiun pengecatan 4. Pekerja stasiun pengecatan Pekerja stasiun pengecatan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pengecatan linggis dengan cat dengan tujuan agar linggis yang dihasilkan lebih menarik tampilannya. Adapun tugas pekerja pada stasiun pengecatan adalah sebagai berikut: a. Mengecat linggis di wadah. b. Menjemur linggis yang sudah dicat agar cat yang ada dilinggis cepat kering.
c. Mengikat linggis dalam jumlah per lusin. 2.3.3. Pekerja dan Jam Kerja Perusahaan Jumlah pekerja yang dibutuhkan agar usaha ini berjalan dapat dilihat pada Tabel 2.1: Tabel 2.1. Daftar Pekerja No Uraian Jumlah Pekerja 1 Pemilik 1 orang 2 Pekerja Stasiun Pemotongan 1 orang 3 Pekerja Stasiun Pembentukan 2 orang 4 Pekerja Stasiun Pengecatan 1 orang Jumlah 5 orang Sumber : UD Satria Adapun jam kerja perusahaan adalah 7 jam kerja produktif yaitu mulai pukul 08.00 WIB 17.00 WIB dan satu jam istirahat pukul 12.00 13.00 WIB.
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Di Amerika Serikat, ergonomi disebut sebagai human faktor engineering. Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan (Nurmianto, 2008). Ergonomi terkait dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja. Dalam ergonomi diperlukan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya, saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Setiap pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan dengan ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan meningkatnya penyakit akibat kerja, performansi kerja menurun yang berakibat kepada efisiensi dan penurunan daya kerja (Tarwaka dkk., 2004). Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (design) maupun rancang ulang (redesign). Hal ini dapat meliputi perangkat keras, seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (branches), platform kursi, pegangan alat kerja (work holders), sistem pengendali (controls), alat peraga (display), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain (Nurmianto, 2008).
3.2. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot. Melalui Standard Nordic Questionnaire dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti Gambar 3.1. maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard Nordic Questionnaire. Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja akibat pekerjaanya. Standard Nordic Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang dirasakan tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain. 1 Kuorinka, I., Jonsson, B., Kilbom, A., Vinterberg, H., Biering-Sorensen, F., Andersson, G., Jorgensen, K, Standardised Nordic Questionnaores (Applied Ergonomics, 1987).
Keterangan: 0. leher bagian atas 1. leher bagian bawah 2. bahu kiri 3. bahu kanan 4. lengan atas kiri 5. punggung 6. lengan atas kanan 7. pinggang 8. bokong 9. pantat 10. siku kiri 11. siku kanan 12. lengan bawah kiri 13. lengan bawah kanan 14. pergelangan tangan kiri 15. pergelangan tangan kanan 16. tangan kiri 17. tangan kanan 18. paha kiri 19. paha kanan 20. lutut kiri 21. lutut kanan 22. betis kiri 23. betis kanan 24. pergelangan kaki kiri 25. pergelangan kaki kanan 26. kaki kiri 27. kaki kanan 3.1. Peta Tubuh
3.3. REBA (Rapid Entire Body Assesment) 2 REBA dirancang oleh Lynn Mc Atemney dan Sue Hignett (2000) sebagai sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh secara keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan atau pegangan. Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan sebuah indikasi tingkat risiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang harus diambil. Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau grup yaitu grup A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri batang tubuh A(trunk), leher (neck) dan kaki (legs). Sedangkan grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga factor beban/kekuatan dan pegangan (coupling). REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dan dalam sebuah pekerjaan: 1. Keseluruhan bagian badan digunakan. 2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah atau tidak stabil. 3. Melakukan sebuah pembebanan seperti mengangkat benda baik secara rutin ataupun sesekali. 2 Stanton, Naville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods, (New York: CRC Press LLC, 2005), h. 76-85.
4. Perubahan dari tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sedang dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan. 1. Batang tubuh (trunk) Tabel 3.1. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1 0-20 0 (ke depan dan 2 +1 jika batang tubuh belakang) berputar/bengkok/bungkuk <-20 0 atau 20-60 0 3 >60 0 4 2. Leher (neck) Tabel 3.2. Skor Leher REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan 0-20 0 1 +1 jika leher berputar/bengkok >20 0 -ekstensi 2 3. Kaki (legs) Tabel 3.3. Skor Kaki REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-60 0 +2 jika lutut >60 0 Bertumpu pada satu kaki lurus 2
4. Beban (load) Tabel 3.4. Skor Beban REBA Pergerakan Skor <5 kg 0 5-10 kg 1 >10 kg 2 Skor Pergerakan +1 jika kekuatan cepat 5. Lengan atas (upper arm) Tabel 3.5. Skor Lengan Atas REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan 20 0 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik >20 0 (ke belakang) atau 20-45 0 2 +1 jika lengan berputar/bengkok 45-90 0 3 >90 0 4-1 miring, menyangga berat lengan 6. Lengan bawah (lower arm) Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah REBA Pergerakan Skor 60-100 0 1 <60 0 atau >100 0 2 7. Pergelangan tangan (wrist) Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan 0-15 0 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah >15 0 (ke atas dan bawah) 2
8. Coupling Tabel 3.8. Coupling Coupling Skor Keterangan Baik 0 Kekuatan pegangan baik Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada Tidak dapat 3 pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian diterima tubuh Skor yang didapat dari grup A (tidak termasuk beban) dimasukkan ke dalam Tabel 3.9. Tabel 3.9. Skor Grup A Trunk Neck Legs 1 2 3 4 5 1 1 2 2 3 4 2 2 3 4 5 6 1 3 3 4 5 6 7 4 4 5 6 7 8 1 1 3 4 5 6 2 2 4 5 6 7 2 3 3 5 6 7 8 4 4 6 7 8 9 1 3 4 5 6 7 2 3 5 6 7 8 3 3 5 6 7 8 9 4 6 7 8 9 9 Skor yang didapat dari grup B (tidak termasuk coupling) dimasukkan kedalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Skor Grup B Lower Arm Wrist Upper Arm 1 2 3 4 5 6 1 1 1 3 4 5 7 1 2 1 2 4 5 7 8 3 2 3 5 5 8 8 1 1 2 4 5 7 3 2 2 2 3 5 5 8 9 3 3 4 5 7 8 9 Skor grup A ditambah dengan beban akan menjadi skor grup A yang akan digunakan pada Tabel 3.11. Skor grup B ditambah dengan coupling akan menjadi skor grup B yang akan digunakan pada Tabel 3.11. Tabel 3.11. Skor Akhir Skor Skor Grup A Grup B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12 5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12 6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12 7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12 9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12 10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Skor yang diperoleh dari Tabel 3.12. ditambah dengan skor aktivitas yang akan menjadi skor REBA. Tabel 3.12. Skor Aktivitas Aktivitas Skor Keterangan Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur atau tubuh tidak stabil Diperlukan tambahan data apakah menggunakan tubuh bagian kiri atau kanan. Untuk menentukan level tindakan maka diperlukan skor REBA. Tabel 3.13. Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan 1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan 2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan 4-7 Sedang 2 Perlu 8-10 Tinggi 3 Segera 11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga