BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Gambar. Postur Batang Tubuh REBA Tabel. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

1 Pedahuluan. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.5 No.1 (2016) 4-10 ISSN X

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

Metode dan Pengukuran Kerja

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

Penentuan Tingkat Resiko Kerja Dengan Menggunakan Score Reba

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Arbeitswissenschaft di Jerman, Human Factors Engineering atau Personal

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

BAB V HASIL DAN ANALISA

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S.

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Jurnal Dinamis Vol. II, No. 6, Januari 2010 ISSN

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

Perbandingan Metode-Metode Evaluasi Postur Kerja

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

PERANCANGAN FASILITAS KERJA DALAM PEMBUATAN DANDANG DI UD. KARYA DARMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Metode Rapid Upper Limb Assesment

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

RANCANGAN ERGONOMIS FASILITAS KERJA DI STASIUN PENGEMASAN PADA PT. FLORINDO MAKMUR UNTUK MEREDUKSI MUSCULOSKELTAL DISORDERS (MSDs)

USULAN PERANCANGAN FASILITAS KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMNET (REBA) DI PT Z

Prosiding Teknik Industri ISSN:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

Redesain Alat Pemipihan Biji Melinjo Dengan Pendekatan Metode Antropometri Di UD. SARTIKA

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksanaan dari. pembangunan masyarakat Pancasila. Tujuan terpenting dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

KAJIAN POSTUR KERJA PADA PENGRAJIN TENUN SONGKET PANDAI SIKEK

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun 1965 oleh Bapak Sudirman sebagai pemilik usaha tersebut. Usaha yang dipimpin oleh Bapak Sudirman pertama kali memproduksi kuali, dodos dan linggis. Jenis linggis yang dibuat yaitu memiliki bentuk pipih pada satu sisi dan bentuk pengait disisi lainnya dengan ukuran 32 cm, 42 cm, dan 52 cm. Ukuran dan bahan untuk produk kuali dan dodos dibuat sesuai dengan pesanan konsumen. Sistem kerja dalam pembuatan kuali, dodos dan linggis masih manual dan sebagian menggunakan bantuan mesin. Setelah Bapak Sudirman telah tiada maka usaha ini diteruskan oleh anaknya yaitu Bapak Ameng. Perkembangan zaman membuat Bapak Ameng menambahkan produk pahat agar variasi produk yang dihasilkan semakin banyak. Usaha pandai besi ini dilakukan dengan mengelolah besi ulir bekas yang di peroleh dari bengkel-bengkel dan pengepul bahan baku besi dan baja bekas. Pemasaran dilakukan di sekitar Medan mulai dari rumah tangga, restoran, dan tukang. UD Satria memiliki 8 orang pekerja. Lokasi produksi sekaligus tempat penyimpanan produk jadi di Jalan Brigjen Katamso Gg. Satria No. 20, Medan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha Bahan baku pembuatan linggis adalah besi ulir yang diperoleh dari bengkel-bengkel dan pengepul bahan baku besi dan baja bekas. Bahan penolong yang digunakan yaitu arang, air dan minyak tanah dan bahan tambahan yang digunakan adalah cat. UD Satria memproduksi rata-rata 250 linggis dalam 1 hari. Sistem pemesanan dilakukan berdasarkan jumlah pesanan yang ditetapkan oleh pelanggan. 2.3. Organisasi dan Manajemen Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orangorang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi dapat pula didefenisikan sebagai struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. 2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas serta tanggung jawab kepada individu maupun bagian tertentu dari organisasi. Struktur organisasi UD Satria adalah line structure karena pimpinan umumnya adalah pemilik dari perusahaan itu sendiri. Semua keputusan baik yang bersifat strategis

maupun operasional akan diambil sendiri oleh pemilik. Strategi utama yang diterapkan pada tipe organisasi usaha semacam ini adalah bagaimana perusahaan dapat terus dijalankan dan tetap ada permintaan di pasar. Struktur organisasi UD Satria dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pemilik Pekerja stasiun pemotongan Pekerja stasiun pembentukan Pekerja stasiun pengecatan Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD Satria 2.3.2. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab Pembagian tugas dan tanggung jawab pada UD Satria dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Pemilik Pimpinan tertinggi dalam perusahaan ini adalah pemilik UD Satria yang memiliki keseluruhan modal selama proses produksi berlangsung. Pemilik bertanggung jawab untuk memberikan upah dan memperhatikan kesejahteraan operator yang bekerja Adapun tugas pemilik adalah sebagai berikut: a. Bertugas mengawasi jalannya proses produksi dan kinerja dari operator. b. Merencanakan, mengarahkan, menganalisa dan mengevaluasi serta menilai kegiatan-kegiatan yang berlangsung pada perusahaan.

c. Bertugas mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap pekerja dan menjalin hubungan baik. 2. Pekerja stasiun pemotongan Pekerja stasiun pemotongan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pengukuran dan pemotongan besi ulir. Adapun tugas pekerja pada stasiun pemotongan adalah sebagai berikut: a. Memotong besi ulir sesuai dengan ukuran dengan menggunakan blender. b. Mengangkut besi ulir ke stasiun pembentukan. 3. Pekerja stasiun pembentukan Pekerja stasiun pembentukan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pembentukan besi ulir sampai menjadi linggis. Adapun tugas pekerja pada stasiun pembentukan adalah sebagai berikut: a. Menyalakan tungku pembakaran b. Membentuk besi ulir menjadi linggis c. Mengangkat produk ke stasiun pengecatan 4. Pekerja stasiun pengecatan Pekerja stasiun pengecatan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pengecatan linggis dengan cat dengan tujuan agar linggis yang dihasilkan lebih menarik tampilannya. Adapun tugas pekerja pada stasiun pengecatan adalah sebagai berikut: a. Mengecat linggis di wadah. b. Menjemur linggis yang sudah dicat agar cat yang ada dilinggis cepat kering.

c. Mengikat linggis dalam jumlah per lusin. 2.3.3. Pekerja dan Jam Kerja Perusahaan Jumlah pekerja yang dibutuhkan agar usaha ini berjalan dapat dilihat pada Tabel 2.1: Tabel 2.1. Daftar Pekerja No Uraian Jumlah Pekerja 1 Pemilik 1 orang 2 Pekerja Stasiun Pemotongan 1 orang 3 Pekerja Stasiun Pembentukan 2 orang 4 Pekerja Stasiun Pengecatan 1 orang Jumlah 5 orang Sumber : UD Satria Adapun jam kerja perusahaan adalah 7 jam kerja produktif yaitu mulai pukul 08.00 WIB 17.00 WIB dan satu jam istirahat pukul 12.00 13.00 WIB.

BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Di Amerika Serikat, ergonomi disebut sebagai human faktor engineering. Ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau dari aspek anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan (Nurmianto, 2008). Ergonomi terkait dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja. Dalam ergonomi diperlukan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya, saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Setiap pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan dengan ergonomis akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan meningkatnya penyakit akibat kerja, performansi kerja menurun yang berakibat kepada efisiensi dan penurunan daya kerja (Tarwaka dkk., 2004). Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (design) maupun rancang ulang (redesign). Hal ini dapat meliputi perangkat keras, seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (branches), platform kursi, pegangan alat kerja (work holders), sistem pengendali (controls), alat peraga (display), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain (Nurmianto, 2008).

3.2. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan salah satu alat ukur yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot. Melalui Standard Nordic Questionnaire dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti Gambar 3.1. maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard Nordic Questionnaire. Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja akibat pekerjaanya. Standard Nordic Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang dirasakan tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain. 1 Kuorinka, I., Jonsson, B., Kilbom, A., Vinterberg, H., Biering-Sorensen, F., Andersson, G., Jorgensen, K, Standardised Nordic Questionnaores (Applied Ergonomics, 1987).

Keterangan: 0. leher bagian atas 1. leher bagian bawah 2. bahu kiri 3. bahu kanan 4. lengan atas kiri 5. punggung 6. lengan atas kanan 7. pinggang 8. bokong 9. pantat 10. siku kiri 11. siku kanan 12. lengan bawah kiri 13. lengan bawah kanan 14. pergelangan tangan kiri 15. pergelangan tangan kanan 16. tangan kiri 17. tangan kanan 18. paha kiri 19. paha kanan 20. lutut kiri 21. lutut kanan 22. betis kiri 23. betis kanan 24. pergelangan kaki kiri 25. pergelangan kaki kanan 26. kaki kiri 27. kaki kanan 3.1. Peta Tubuh

3.3. REBA (Rapid Entire Body Assesment) 2 REBA dirancang oleh Lynn Mc Atemney dan Sue Hignett (2000) sebagai sebuah metode penilaian postur kerja untuk menilai faktor resiko gangguan tubuh secara keseluruhan. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai postur tubuh, kekuatan yang digunakan, jenis pergerakan atau aksi, pengulangan atau pegangan. Skor akhir REBA dihasilkan untuk memberikan sebuah indikasi tingkat risiko dan tingkat keutamaan dari sebuah tindakan yang harus diambil. Faktor postur tubuh yang dinilai dibagi atas dua kelompok utama atau grup yaitu grup A yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri batang tubuh A(trunk), leher (neck) dan kaki (legs). Sedangkan grup B terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist). Pada masing-masing grup, diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu pernyataan tambahan. Diberikan juga factor beban/kekuatan dan pegangan (coupling). REBA dapat digunakan ketika penilaian postur kerja diperlukan dan dalam sebuah pekerjaan: 1. Keseluruhan bagian badan digunakan. 2. Postur tubuh statis, dinamis, cepat berubah atau tidak stabil. 3. Melakukan sebuah pembebanan seperti mengangkat benda baik secara rutin ataupun sesekali. 2 Stanton, Naville, Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods, (New York: CRC Press LLC, 2005), h. 76-85.

4. Perubahan dari tempat kerja, peralatan, atau pelatihan pekerja sedang dilakukan dan diawasi sebelum atau sesudah perubahan. 1. Batang tubuh (trunk) Tabel 3.1. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1 0-20 0 (ke depan dan 2 +1 jika batang tubuh belakang) berputar/bengkok/bungkuk <-20 0 atau 20-60 0 3 >60 0 4 2. Leher (neck) Tabel 3.2. Skor Leher REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan 0-20 0 1 +1 jika leher berputar/bengkok >20 0 -ekstensi 2 3. Kaki (legs) Tabel 3.3. Skor Kaki REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal/seimbang (berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-60 0 +2 jika lutut >60 0 Bertumpu pada satu kaki lurus 2

4. Beban (load) Tabel 3.4. Skor Beban REBA Pergerakan Skor <5 kg 0 5-10 kg 1 >10 kg 2 Skor Pergerakan +1 jika kekuatan cepat 5. Lengan atas (upper arm) Tabel 3.5. Skor Lengan Atas REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan 20 0 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik >20 0 (ke belakang) atau 20-45 0 2 +1 jika lengan berputar/bengkok 45-90 0 3 >90 0 4-1 miring, menyangga berat lengan 6. Lengan bawah (lower arm) Tabel 3.6. Skor Lengan Bawah REBA Pergerakan Skor 60-100 0 1 <60 0 atau >100 0 2 7. Pergelangan tangan (wrist) Tabel 3.7. Skor Pergelangan Tangan REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan 0-15 0 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah >15 0 (ke atas dan bawah) 2

8. Coupling Tabel 3.8. Coupling Coupling Skor Keterangan Baik 0 Kekuatan pegangan baik Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling cocok dengan bagian tubuh Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun mungkin Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak ada Tidak dapat 3 pegangan atau kopling tidak sesuai dengan bagian diterima tubuh Skor yang didapat dari grup A (tidak termasuk beban) dimasukkan ke dalam Tabel 3.9. Tabel 3.9. Skor Grup A Trunk Neck Legs 1 2 3 4 5 1 1 2 2 3 4 2 2 3 4 5 6 1 3 3 4 5 6 7 4 4 5 6 7 8 1 1 3 4 5 6 2 2 4 5 6 7 2 3 3 5 6 7 8 4 4 6 7 8 9 1 3 4 5 6 7 2 3 5 6 7 8 3 3 5 6 7 8 9 4 6 7 8 9 9 Skor yang didapat dari grup B (tidak termasuk coupling) dimasukkan kedalam Tabel 3.10.

Tabel 3.10. Skor Grup B Lower Arm Wrist Upper Arm 1 2 3 4 5 6 1 1 1 3 4 5 7 1 2 1 2 4 5 7 8 3 2 3 5 5 8 8 1 1 2 4 5 7 3 2 2 2 3 5 5 8 9 3 3 4 5 7 8 9 Skor grup A ditambah dengan beban akan menjadi skor grup A yang akan digunakan pada Tabel 3.11. Skor grup B ditambah dengan coupling akan menjadi skor grup B yang akan digunakan pada Tabel 3.11. Tabel 3.11. Skor Akhir Skor Skor Grup A Grup B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12 4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12 5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12 6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12 7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12 8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12 9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12 10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12 12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Skor yang diperoleh dari Tabel 3.12. ditambah dengan skor aktivitas yang akan menjadi skor REBA. Tabel 3.12. Skor Aktivitas Aktivitas Skor Keterangan Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat pada postur atau tubuh tidak stabil Diperlukan tambahan data apakah menggunakan tubuh bagian kiri atau kanan. Untuk menentukan level tindakan maka diperlukan skor REBA. Tabel 3.13. Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan 1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan 2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan 4-7 Sedang 2 Perlu 8-10 Tinggi 3 Segera 11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga