BAB V PEMBAHASAN. (2009), dimana kesalahan pengambilan spesimen pada fase pra-analitik dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira 70 ml darah setiap kilogram berat

BAB II. membran pembatas trombosit (Matulo dkk, 2015). sebagian dari sitoplasma megakariosit berbentuk cakram, tidak berinti,

BAB I PENDAHULUAN. Darah merupakan salah satu bagian dari tubuh yang sangat memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sisanya terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. laboratorium dituntut untuk memberikan hasil yang tepat, cepat dan akurat.

BAB I PENDAHULUAN. (agregasi) atau menempel pada benda asing (adhesi). Menghitung jumlah

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung elektrolit. (Muttaqin Arif, 2009) trombosit, dan komponen lainnya. (A.V. Hoffbrand dan J.F. Pettit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN DARAH IKAN II (SDP, AF DAN DL)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB V HASIL. berat badan gram. Kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu,

ABSTRAK. Kata kunci : kambing kacang, eritrosit, Denpasar Barat

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Plasma darah, merupakan bagian yang cair dan bagian korpuskuli yakni

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FISIOLOGI HEWAN I. April 2008 DARAH DAN SIRKULASI

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah utama kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting

OLEH JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

III. METODE PENELITIAN

Bila Darah Disentifus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cairan yang disebut plasma yang di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Premedikasi Premedikasi adalah penggunaan obat-obatan sebelum induksi anestesi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

JURNAL KESEHATAN RAJAWALI

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan kumpulan dari cairan, sel-sel dan partikel yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005).

BAB II TINJAUN PUSTAKA. 2013). Warna yang lebih merah cemerlang terdapat pada darah arteri yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

CURRICULUM VITAE. : Tiarani Nur Ahadillah NIM : Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 6 Juni 1993

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Perikanan di Pckanbaru Di daerah Pekanbaru, terutama di daerah yang berdekatan dengan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini didapatkan hubungan positif antara lama penundaan preparasi spesimen darah terhadap perubahan morfologi leukosit darah. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi yang telah dilakukan Wians (2009), dimana kesalahan pengambilan spesimen pada fase pra-analitik dari pemeriksaan darah tepi merupakan faktor penting dalam perubahan morfologi leukosit darah. Pemeriksaan darah tepi merupakan salah satu pemeriksaan yang paling mudah, praktis, dan cepat dalam menentukan diagnosis penyakit yang berkaitan dengan morfologi dan jumlah sel pada darah pasien (Longo, 2012). Namun, hasil dari pemeriksaan darah tepi sangat rentan terhadap faktor eksternal. Kelainan yang terjadi pada hasil pemeriksaan darah tepi dapat terjadi pada eritrosit, trombosit, dan leukosit (Corwin, 2010; Shagana, 2014). Menurut Gandasoebrata (2009) pada pemeriksaan apusan darah sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 2 jam setelah spesimen diambil. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Adewoyin dan Nwogoh (2014) bahwa pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan maksimal 2 jam setelah spesimen dikeluarkan dari tubuh. Apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 2 jam, maka spesimen yang telah diambil dapat mengalami degenerasi elemen darah, termasuk leukosit. Menurut Shagana (2014), kelainan leukosit terdiri dari hipergranulasi netrofil, leukositosis, leukopenia, vakuolisasi sitoplasma dan 39

40 lain lain. Pada penelitian ini, kelainan leukosit yang ditemukan adalah adanya vakuolisasi sitoplasma pada spesimen darah tepi yang telah ditunda pemeriksaannya sampai menit ke-120, menit ke-180, dan menit ke-240 dari pengambilan sampel. Apabila dikaitkan dengan lama penundaan preparasi spesimen darah, morfologi leukosit dapat dipengaruhi oleh sifat EDTA yang mengikat kalsium pada leukosit. Apabila penyimpanan darah dengan EDTA diperpanjang, maka menyebabkan penurunan kalsium pada leukosit. Hal ini disebabkan karena sifat EDTA sebagai agen pengikat kalsium (chelating agent). Menurunnya kalsium pada sel mempengaruhi penurunan adenosine triphosphate (ATP) yang juga dapat menyebabkan penurunan sintesis fosfolipid yang merupakan salah satu komposisi membran sel. Kehilangan fosfolipid dapat menyebabkan kerusakan membran. Apabila membran rusak, maka cairan ekstrasel akan masuk dan tertimbun di dalam sel. Hal ini menyebabkan timbulnya vakuol-vakuol jernih dalam sitoplasma yang disebut dengan vakuolisasi sitoplasma. Gambar 5.1. Vakuolisasi sitoplasma

41 Pada gambar 5.1 terlihat bahwa terjadi vakuolisasi sitoplasma pada neutrofil. Pada pengamatan terlihat sel yang paling banyak mengalami vakuolisasi adalah neutrofil, hal tersebut sangat lazim terjadi, karena apabila dilihat dari komposisi leukosit, 70% leukosit terdiri dari neutrofil dan 30% lainnya merupakan limfosit, monosit, basofil dan eusinofil. Selain vakuolisasi, terdapat beberapa jenis kerusakan morfologi leukosit, yaitu irreguler margin dan pecahnya membran sel dari leukosit. Pecahnya memban sel pada leukosit kemungkinan dapat disebabkan penekanan yang terlalu keras pada proses pembuatan apusan darah tepi. Irreguler margin dan pecahnya membran sel dapat dilihat pada gambar 5.2 dan gambar 5.3. Gambar 5.2. Irreguler margin Gambar 5.3. Leukosit pecah

42 Abnormalitas morfologi leukosit, terutama vakuolisasi sitoplasma sering terjadi pada sampel darah yang mengalami infeksi berat yang disebabkan bakteri dan parasit. Timbulnya vakuolisasi dapat disebabkan oleh bakteri atau parasit yang difagositosis oleh leukosit, sisa sisa dari protein bakteri atau parasit yang difagositosis oleh leukosit dapat menimbulkan vakuolisasi. Selain itu, munculnya vakuolisasi dapat disebabkan oleh patogen yang mengeluarkan toksin (Henics dan Wheatley, 2007). Nilai rujukan untuk jumlah leukosit berjumlah 4.400 11.300/µL. Ketika leukosit melebihi batas atas nilai rujukan ini, seorang individu akan dianggap mengalami leukositosis. Leukositosis adalah kondisi dimana nilai leukosit terletak diatas 11.300/µL, tetapi nilai yang terletak diantara 11.300-15.000/µL dapat dianggap normal karena keadaan ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti berkeringat, lelah, capai, status mental yang kurang baik atau stress, atau berat badan yang sedang menurun (Lyrad dan Ruppert, 2015). Salah satu spesimen yang digunakan untuk sampel dalam penelitian ini berasal dari individu berusia 7-22 hari. Hal ini tidak memengaruhi hasil penelitian karena morfologi pada individu berusia 7-22 hari sudah dapat dianggap sama seperti individu dewasa. Perbedaan sel darah putih pada individu dewasa dan individu berusia 7-22 hari terletak pada jumlah sel darah putih, dimana pada neonatus nilai normal sel darah putih adalah 9.000-30.000/µL (Kemenkes RI, 2011).

43 Ada beberapa hal yang dapat memengaruhi hasil dari penelitian ini, salah satunya adalah pembuatan spesimen apusan darah yang kurang teliti. Jika pembuatan spesimen apusan darah tepi tidak teliti dan rapi, maka akan menyebabkan perubahan morfologi darah pada apusan darah tepi. Perubahan morfologi ini akan mengacaukan diagnosis banding jika ingin menentukan diagnosis penyakit pada pasien (Mello et al., 2014). Hal lainnya yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini adalah pemakaian EDTA yang berlebihan. Pemakaian EDTA termasuk dalam salah satu prosedur penyimpaan spesimen darah, yang secara tidak langsung merupakan salah satu tahap dari pembuatan apusan darah tepi. Pemakaian EDTA sebagai antikoagulan yang berlebihan dapat mempengaruhi morfologi leukosit dalam spesimen darah yang akan diperiksa (Sukorini et al., 2007).