BAB 6 PENUTUP. value proposition, value creation, dan value capture. Berdasarkan. pemahaman yang telah diperoleh dari tiga unsur tersebut, maka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan hidup sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mandi, kesehatan karena menimbulkan penyakit seperti diare, muntaber, dan

BUMDes PENGELOLAAN AIR BERSIH LENDANG NANGKA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

ANGGARAN DASAR INDONESIAN RAILWAY PRESERVATION SOCIETY

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor

Oleh: Elfrida Situmorang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN KECAMATAN KEDUNGPRING DESA TLANAK

Bab I LAMBANG ASASI. Pasal 1. Lambang ASASI berupa perpaduan simbol toga dan buku dengan tulisan ASASI di tengahnya, dengan warna hitam putih.

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

Ditetapkan pada tanggal 2 Juni 2008

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada hakekatnya bertujuan membangun kemandirian,

BAB III PEMBAHASAN. telah penulis lakukan di Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG. TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

KETENTUAN DAN KETETAPAN PERANGKAT YAYASAN HAMADA. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat serta perusahaan-perusahaan yang semakin besar,

ANGGARAN DASAR BADAN USAHA MILIK DESA SUKAWENING KECAMATAN SUKAWENING KABUPATEN GARUT BAB I NAMA,WAKTU DAN KEDUDUKAN BAB II SIFAT DAN TUJUAN

BAB V KESIMPULAN. kekurangan. Di dua dusun Pagilaran dan Kemadang waktu seolah-olah sekedar berjalan di

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. Sebelum penelitian dilakukan, penulis mengumpulkan data dan

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI

PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN SPAM

Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

MENGELOLA DESA SECARA PARTISIPATIF REFLEKSI STUDI BANDING DESA MUARA WAHAU KE WILAYAH DIY. Oleh: Sri Purwani Konsultan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dalimunthe dengan

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

PEMANFAATAN SUMBER AIR BERSIH UNTUK MASYARAKAT DI DESA JERU KECAMATAN TUMPANG KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dan aspirasi masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KOMUNITAS

BAB VI PENGARUH COMMUNITY RELATIONS PROGRAM PLTMH PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN)

KEWIRAUSAHAAN KELUARGA. Oleh: Dr. Iis Prasetyo, MM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai

PENGUATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH. A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. piutang dagang perusahaan. Ada dua cara yang dilakukan untuk mengukur kefektifitasan

BAB VI KARAKTERISTIK DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT KELURAHAN SITUGEDE

BAB VI PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penutup. elemen desa, baik pemerintah desa, ataupun masyarakat dengan tujuan mampun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. penelitian pada penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut:

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja bisa diatur dengan fleksibel juga potensi penghasilan yang bisa lebih

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN, TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

AD/ART RW 012 MUKADIMAH

KATA PENGANTAR. P a g e 1

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH UNTUK PENGEMBANGAN DAKWAH PADA BADAN AMIL ZAKAT (BAZ) KECAMATAN PEDURUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari umat manusia. Karena manusia merupakan makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

ANGGARAN DASAR (AD) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DESA TEGALMULYO KECAMATAN KEMALANG KABUPATEN KLATEN PENDAHULUAN

BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT. kampung demak Jaya dan diikuti oleh ketua RT yakni Erik Setiawan (45 tahun) berkumpul di

Rencana Strategis Organisasi Penelitian Studi Internasional Malang (OPSIM)

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan amanah Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Banda Aceh

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN/PENDIRIAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM)

Transkripsi:

BAB 6 PENUTUP 6.1. Simpulan Pada penjelasan yang telah diuraikan pada pembahasan dua bab sebelumnya, telah diungkapkan tiga unsur model bisnis yang terdapat pada organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto, meliputi value proposition, value creation, dan value capture. Berdasarkan pemahaman yang telah diperoleh dari tiga unsur tersebut, maka disimpulkan bahwa organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto, Desa Banyusoco, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul ini memiliki Model Bisnis Volunter atau Volunterism-Based Model. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian karakter organisasi dengan Model Bisnis Volunter seperti yang diungkap dalam Kusumasari, dkk. (2015), yaitu: a. Proposisi Nilai (Value Preposition) Value preposition atau preposisi nilai menjelaskan latar belakang terbentuknya organisasi, keuntungan yang coba ditawarkan, serta cara penawaran produk organisasi tersebut. Berdasarkan latar belakang berdirinya, Volunterism-based Model berangkat dari kerelaan seseorang untuk melakukan sesuatu, berdasarkan panggilan atau dorongan hati. Kusumasari, dkk. (2015) menjelaskan dalam proposisi nilai setiap organisasi harus mampu menjelaskan isu sosial yang 112

diharapkan untuk diselesaikan oleh organisasi dan menentukan sasaran penggunanya dengan cermat. PAMDes Ngudi Ajining Tirto dirintis karena rasa keprihatinan Damanhuri akan sulitnya mengakses air bersih di Banyusoco, kemudian bersama dua orang rekannya, Widodo dan Haryono merelakan BPKB-nya digadaikan untuk membeli peralatan guna membangun sistem pengelolaan air di dusun mereka. Keuntungan yang coba ditawarkan para perintis kepada sasarannya, yakni warga Ketangi kala itu adalah kemudahan akses terhadap air bersih, baik dalam hal jarak maupun biaya. Artinya warga Dusun Ketangi tak perlu lagi berjalan ke Sungai Oyo atau mata air Tuk Sewu untuk mengambil air, tak perlu pula membeli air dari derigen dan tangki dengan harga mahal, melainkan dapat langsung mendapatkan air dari bak penampungan terdekat, bahkan langsung dari kran rumah warga. Cara penawaran yang dilakukan adalah dengan memberikan bukti terlebih dahulu bahwa sistem pengelolaan air bersih dapat mengalirkan air dengan lancar dengan membangun prototype-nya berupa tiga bak penampungan di Dusun Ketangi yang dapat diakses langsung oleh masyarakat sekitar secara cuma-cuma pada lima hari pertama. Hal itu dilakukan untuk membentuk kepercayaan warga bahwa sebuah sistem pengelolaan air yang baru saja dibangun di Dusun Ketangi memberi manfaat positif bagi kehidupan. Seperti halnya organisasi kewirausahaan sosial yang memiliki Model Bisnis Volunter lainnya yang bergerak untuk 113

menciptakan kesetaraan kaum marginal, PAMDes Ngudi Ajining Tirto yang secara resmi berdiri pada tahun 2008 ini pun memiliki misi sosial untuk menghapus ketimpangan air bersih yang dialami warga Dusun Ketangi terhadap daerah-daerah lain di Indonesia dan mencapai kesetaraan dalam hal akses terhadap air bersih. b. Penciptaan Nilai (Value Creation) Kusumasari, dkk. (2015) dalam bukunya yang berjudul Memahami Model Bisnis Organisasi Sosial (Social Entrepreneurship) di Indonesia mengungkapkan setelah organisasi mampu mendefinisikan tujuannya dengan jelas, maka dalam menciptakan nilai, organisasi perlu merumuskan aktivitas yang jelas dan beragam untuk mendukung visi dan misi organisasi. Penciptaan nilai atau value creation mencakup lima hal yaitu aktivitas organisasi untuk mencapai nilai organisasi, cara kerja organisasi, keberlanjutan organisasi, kerja sama organisasi, dan pembiayaan suatu organisasi. Dalam organisasi kewirausahaan dengan Volunterism-based Model nilai yang ingin dicapai organisasi adalah nilai sosial dengan pendorong nilai utama yaitu pelayanan sosial. Aktivitas dan cara kerja organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto sesuai dengan karakteristik model tersebut, yaitu melakukan pelayanan sosial terhadap akses air bersih masyarakat, mulai dari mengalirkan air, kontrol terhadap mesin secara rutin, hingga menangani kerusakan yang ada. Nilai sosial juga dikedepankan oleh PAMDes ini dengan 114

memberikan potongan harga khusus bagi warga kurang mampu, tempat umum, dan tempat ibadah. Value creation mencakup how the company makes money, atau strategi pembiayaan. Pembiayaan organisasi dengan Volunterismbased Model bersumber dari donatur, swadaya, masyarakat, serta penjualan produknya. PAMDes Ngudi Ajining Tirto mengandalkan penjualan produk dan jasanya berupa iuran masyarakat pelanggan PAMDes yang ditarik setiap satu bulan sekali. Uang tersebut kemudian dialokasikan untuk kepentingan operasional PAMDes dan upah bagi pekerja. PAMDes Ngudi Ajining Tirto Desa Banyusoco menjalin kerja sama dengan masyarakat sekitar dalam hal tenaga untuk pemasangan sistem air. Selain itu juga dengan pemerintah, khususnya Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Paguyuban Air Minum Masyarakat Yogyakarta (Pammaskarta) baik level Kabupaten Gunungkidul maupun Provinsi DIY dalam hal pemberdayaan masyarakat di daerah-daerah di luar Banyusoco yang masih belum memiliki akses yang baik terhadap air bersih. Kerja sama yang dilakukan semata-mata dalam hal pemberdayaan masyarakat dan bukan bantuan finansial. Hal ini sesuai dengan karakter organisasi kewirausahaan sosial dengan Model Bisnis Volunter yang juga bergerak di bidang pendampingan masyarakat disamping pelayanan sosial. 115

Keberlanjutan PAMDes Ngudi Ajining Tirto, seperti halnya Volunterism-based Model lainnya yakni bergantung pada kesukarelaan dan komitmen kuat dari para pengurus untuk mengelola organisasi. Selain itu, untuk menjaga ketersediaan produknya yang berupa air bersih, PAMDes ini juga memperhatikan kelestarian alam sekitarknya sehingga cadangan air tetap ada. c. Tangkapan Nilai (Value Capture) Value capture atau tangkapan nilai menekankan pada cara organisasi mendapatkan keuntungan, pengukuran kinerja organisasi, definisi sukses bagi organisasi dan hambatan yang dialami organisasi. Pada organisasi volunter, berbagai aktivitas yang dilakukan bertujuan menyelesaikan masalah sosial, sehingga keuntungan finansial sama sekali tidak menjadi tujuan. Setiap orang yang berkreativitas di dalam organisasi berbasis volunterism menyadari bahwa kontribusi yang mereka berikan pada organisasi bersifat sukarela dan cenderung tidak memperoleh gaji. PAMDes Ngudi Ajining Tirto mendapatkan keuntungan dari pendapatan iuran warga pelanggan setiap bulannya rata-rata sebesar Rp7.500.000,-. Dana sebesar itu dimanfaatkan untuk operasional PAMDes, cadangan kas, dan upah bagi pengurus. Meskipun pengurus mendapatkan upah ada yang setiap bulan dan setiap setahun sekali, namun keuntungan finansial terbesar dialokasikan untuk kepentingan organisasi (Kusumasai, dkk., 2015) yaitu untuk pembiayaan operasional dan cadangan kas, sehingga 116

apabila ada mesin rusak tidak perlu ada tarikan lagi yang dibebankan kepada pelanggan. Organisasi berbasis volunter menganggap terselesaikannya masalah sosial sebagai salah satu indikator terpenting dalam mengukur kinerja. Sementara definisi sukses bagi organisasi dengan model volunter adalah kemandirian kelompok sasaran, tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, PAMDes Ngudi Ajining Tirto telah berhasil mencapai tujuannya dalam menyelesaikan masalah sosial berupa kesulitan mengakses air bersih tak hanya di Dusun Ketangi, namun juga di tiga dusun lain di Banyusoco, bahkan di satu dusun tetangga desa. PAMDes ini telah memberikan kemudahan akses air sehingga warga dapat lebih hemat tenaga, jarak, waktu, dan biaya. PAMDes ini juga dapat dikatakan sukses karena telah mandiri tidak bergantung pada organisasi manapun, bahkan telah membantu daerah-daerah lain untuk keluar dari masalah kesulitan mengakses air bersih. Meski demikian, organisasi kewirausahaan sosial yang telah sepuluh tahun melayani masyarakat ini tak lepas dari hambatanhambatan. Kusumasari, dkk (2015) mengungkapkan dalam tangkapan nilai, untuk menjadi organisasi yang sukses, maka organisasi perlu memikirkan langkah-langkah yang harus dilakukan apabila menghadapi hambatan. Seperti layaknya organisasi penganut Model Bisnis Volunter lainnya yang mengalami keterbatasan anggaran dan resitensi masyarakat, pada awal dirintisnya PAMDes ini juga 117

kekurangan dana sehingga harus menggadaikan BPKB dan berhutang kepada toko besi juga sempat diragukan kemampuannya oleh masyarakat, namun akhirnya berhasil keluar dari krisis dan diterima sebagian besar masyarakat Banyusoco. Sebagai organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto telah mendefinisikan masalah dan upaya mengatasinya, merumuskan aktivitas dan cara kerja, serta mengatasi segala hambatan yang ada dengan menjalankan karakter-karakter Volunterism-Based Model seperti uraian di atas dan telah berhasil menjalankan model bisnis tersebut. Meskipun demikian ada beberapa hal yang masih menjadi permasalahan dalam jalannya organisasi yaitu daya listrik yang belum maksimal dan adanya wacana mengubah sitem organisasi menjadi BUMDes. Namun, sebagai sebuah organisasi yang dikelola masyarakat dan bergerak ada lingkup desa, PAMDes Ngudi Ajining Tirto telah berperan dalam mewujudkan salah satu dari MDGs serta membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pemerataan akses air bersih, khususnya pemerintah Kabuapaten Gunungkidul dan daerah-daerah lain yang dibantunya. Suatu prestasi yang diraih suatu organisasi dengan Model Bisnis Volunter yang dilaksanakan dengan sepenuh hati oleh para pengurusnya. Prestasi yang telah dilakukan PAMDes Ngudi Ajining Tirto diharapkan dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia yang masih sulit mengakses air bersih untuk membuat pengelolaan air berbasis masyarakat secara sukarela demi terwujudnya pemerataan akses air bersih. 118

6.2. Saran Organisasi kewirausahaan sosial PAMDes Ngudi Ajining Tirto di Desa Banyusoco, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul pada dasarnya telah menjalankan Model Bisnis Volunter dengan baik, namun terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar kelancarannya tetap terjaga, yaitu: a. Masalah listrik yang selama ini menjadi kendala pada sistem pengelolaan air bersih di Desa Banyusoco, yang bahkan berdampak pada terhentinya aliran air di Dusun Kepek I dan Dusun Kepek II selama satu tahun terakhir tidak dapat dibiarkan terus-menerus. Pengurus PAMDes Ngudi Ajining Tirto harus berusaha mencarikan solusi agar listrik tak lagi menjadi kendala utama di era sekarang. Kerjasama dengan PLN dan bahkan pihak ilmuwan di perguruan tinggi dapat dilakukan untuk mendapatkan pemecahan masalah atas kendala listrik yang selama ini menghambat aliran air di Desa Banyusoco. Jika masalah listrik ini dapat diatasi, diharapkan pengelolaan PAMDes dapat lebih maksimal menjangkau warga Banyusoco. b. Terkait adanya wacana Pemerintah Desa Banyusoco yang hendak menjadikan PAMDes Ngudi Ajining Tirto sebagai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) juga perlu dipertimbangkan melalui musyawarah 119

antara pengurus PAMDes, pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan warga sebagai pelanggan PAMDes. Dengan bergabung menjadi BUMDes diharapkan kerjasama dengan pihak-pihak di luar PAMDes dapat lebih mudah dilakasanakan karena alur birokrasinya jelas. Dengan berbentuk BUMDes diharapkan kontrol para pelanggan terhadap aktivitas organisasi dapat lebih terjaga. c. BUMDes pengelolaan air yang bersinergi dengan baik dengan pemerintah desa dan masyarakat ke depannya disarankan untuk menmanfaatkan segala potensi sumber mata air yang ada di Banyusoco dan tidak hanya menggunakan sumber air di tepi Sungai Oyo, sehingga cakupan layanan air dapat menjangkau masyarakat Desa Banyusoco secara keseluruhan. d. Keberlanjutan organisasi ini dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) juga perlu diperhatikan. PAMDes ini memang mengedepankan komitmen pengurus untuk mengelola organisasinya sehingga tidak ada pergantian pengurus selama sepuluh tahun berdiri. Masyarakat sebagai pelanggan juga menyerahkan kepengurusan kepada pengurus yang ada sehingga kurang terlibat dalam pengelolaan PAMDes Ngudi Ajining Tirto, padahal sangat diperlukan regenerasi untuk menjaga eksistensi PAMDes apabila kelak para pengurus yang sekarang menjabat tak bisa lagi mengemban amanah. Oleh karena itu, sangat disarankan adanya pelibatan beberapa pemuda dalam kepengurusan PAMDes yang dilatih untuk mengatasi masalah teknis maupun 120

nonteknis, sehingga di kemudian hari PAMDes ini dapat terusmenerus berlanjut demi kepentingan anak cucu di Desa Banyusoco. Sebab, keberlanjutan dan kekayaan secara Sumber Daya Alam berupa air bersih dari mata air Tuk Sewu tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada SDM yang mengelolanya. Menjadi BUMDes tak harus berarti pengurus berganti, pengurus dapat pula merupakan pengurus saat ini, namun perlu dilakukan penyadaran kepada masyarakat bahwa pengurus tidak selamanya dapat mengelola air, sehingga regenerasi sangat diperlukan yang dapat diperoleh kesepakatan melalui musyawarah dengan berbagai pihak. e. Untuk menjaga keberlanjutan SDM pengelola PAMDes, kemungkinan perubahan model bisnis pada PAMDes Ngudi Ajining Tirto dari Volunterism-based Model ke Model Bisnis Murni yang memperbolehkan pengurus mendapatkan profit yang lebih layak juga perlu dipertimbangkan. Karena mengubah menjadi Model Bisnis Murni juga dapat berdampak pula kepada kenaikan tariff iuran yang dibebankan kepada pelanggan. Namun, hal ini dapat pula menjadi salah satu opsi untuk menarik orang agar mau menjadi pengurus jika tidak ada lagi warga yang sukarela mengelola air bersih di Banyusoco seperti yang dilakukan Damnhuri dan timnya saat ini. f. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang telah berlaku di Banyusoco memiliki beberapa gap antara apa yang tertulis dengan kenyataan di lapangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan 121

perubahan pada AD/ART untuk menyesuaikan perkembangan yang ada agar AD/ART ini benar-benar menjadi pedoman bagi berjalannya PAMDes Ngudi Ajining Tirto dan tak semata-mata menjadi pajangan yang dimiliki organisasi. 122