BENTUK-BENTUK GEOMETRIS PADA POLA KERAJINAN ANYAMAN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN BARITO KUALA

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI ETNOMATEMATIKA PADA MASJID AGUNG DI YOGYAKARTA

GEOMETRI DAN PELUANG DALAM PERMAINAN BAS-BASAN SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur,

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

- Segitiga dengan dua sisinya sama panjang dan terbentuk dari dua segitiga siku-siku yang kongruen disebut segitiga samakaki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar dan Indikator

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

Kompetensi Dasar. Indikator

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN

GEOMETRI TRANSFORMASI DALAM MOTIF BATIK KAWUNG YOGYAKARTA. Paskalia Pradanti Universitas Sanata Dharma

POLA ABSTRAK KRISTALOGRAFI DALAM ANYAMAN BAMBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

ETNOMATEMATIKA: APLIKASI BANGUN DATAR SEGIEMPAT PADA CANDI MUARO JAMBI

PEMBELAJARAN BANGUN DATAR (2)

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

PEMANFAATAN ETNOMATEMATIKA KERAJINAN TANGAN ANYAMAN MASYARAKAT MALUKU TENGGARA BARAT DALAM PEMBELAJARAN

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kerajinan merupakan suatu benda hasil karya seni manusia yang berkaitan

KEBUDAYAAN. Pengantar Antropologi. Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Masyarakat & Budaya

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengungkapan aspek-aspek ethnomatematics pada proses pembuatan anyaman

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

KISI-KISI PENILAIAN TENGAH SEMESTER 2 TAHUN AJARAN

BAB 1 BESARAN VEKTOR. A. Representasi Besaran Vektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN BANGUN RUANG (1)

EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA BATIK MADURA

SIMETRI BAHAN BELAJAR MANDIRI 3

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Maulana Achmadi, Lisna Pekerti, Rizky Musfiati, Siti Juwariyah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pemakai buku ini sangat kami harapkan untuk penyempurnaan bahan ajar ini. Cisarua, Maret 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. animisme dan dinamisme. Masyarakat tersebut masih mempercayai adanya rohroh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

TEKS DESKRIPSI BUDAYA INDONESIA

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

Matematika Semester IV

(A) Hanya K (B) Hanya L (C) Hanya M K L M (D) Hanya L dan M (E) Semua adalah persegi

Etnomatematika di Balik Kerajinan Anyaman Bali

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-beda. Bakat adalah

PROGRAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR KELAS III SEMESTER 2

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT Y E S I M A R I N C E, S. I P

BAB 4 PENUTUP. Universitas Indonesia

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

Tema 5 : Permainana Tradisional Subtema 1 : Olahraga Tradisional di Daerahku

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

MATAKULIAH BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT (MBB)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain sebagai

APARTEMEN. LU 74 m 2

ETNOMATEMATIKA (Ethnomathematics)

Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran

NIRMANA DUA DIMENSI. Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Perspektif mata burung : dilihat secara keseluruhan dari atas. Perspektif mata normal : dilihat secara keseluruhan dengan batas mata normal

Silabus Matematika Kelas VII Semester Genap 44

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang dimilikinya. Manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri, mereka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

Elemen Elemen Desain Grafis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

X. PRAKARYA : Kerajinan

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia

LAMPIRAN A. A. 1. Jadwal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

SOAL MATEMATIKA - SMP

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN

Budaya Budaya = pikiran; akal budi (KBBI, 2002:169) Berasal dari kata Buddayah(Sansekerta), yang merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi, artinya budi

BAB I PENDAHULUAN. budi Koentjaraningrat (dalam Soeloeman, 2007:21). Kebudayaan dapat

Transkripsi:

Muhammad Royani, Winda Agustina e-issn 2579-3977 BENTUK-BENTUK GEOMETRIS PADA POLA KERAJINAN ANYAMAN SEBAGAI KEARIFAN LOKAL DI KABUPATEN BARITO KUALA Muhammad Royani, Winda Agustina Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin hmroyani@stkipbjm.ac.id, winda.agustina@stkipbjm.ac.id Abstrak: Indonesia memiliki ragam budaya yang khas. Di antara wujud kebudayaan tersebut adalah adanya hasil fisik berupa aktivitas perbuatan dan semua karya manusia dalam masyarakat. Kabupaten Barito Kuala memiliki wujud kebudayaan yang khas, yaitu kerajinan anyaman. Masyarakat setempat memanfaatkan tanaman purun untuk dijadikan bahan pembuatan kerajinan anyaman dengan pertimbangan bahwa purun adalah tanaman yang mudah ditemukan di rawa karena tumbuh liar dan tekstur seratnya yang kuat. Dibutuhkan keterampilan untuk menghasilkan anyaman yang memiliki nilai nilai estetika dan nilai ekonomis tinggi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Data bersumber dari pengrajin anyaman purun di Kabupaten Barito Kuala. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif model Miles, yaitu interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas sehingga data menjadi jenuh. Hasil penelitian menunjukkan beberapa motif anyaman purun memiliki bentuk geometri bangun datar, yaitu mata punai dan tapak catur berbentuk persegi, motif saluang mudik berbentuk jajargenjang, motif ramak cangkih berbentuk persegi panjang, motif gigi haruan berbentuk segitiga, dan motif anyam badiri dan anyam barabah menggambarkan susunan garis-garis sejajar. Selain itu, anyaman purun memiliki nilai estetika yang berdampak pada munculnya nilai ekonomi sejalan dengan tingginya kebutuhan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan dari anyaman purun. Kata Kunci: bentuk geometri, anyaman, purun, kearifan lokal Indonesia adalah negara memiliki ragam budaya yang sangat khas. Budaya yang dibentuk oleh masyarakat berkaitan dengan nilai-nilai sosial yang dipegang oleh masyarakat itu sendiri. Di antara nilainilai tersebut antara lain nilai estetika, nilai moral, dan nilai religius. Manusia sebagai makhluk budaya menggunakan akal dan budinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan akal dan budi tersebut manusia mampu menciptakan sesuatu, mempunyai keinginan atau kemauan untuk melakukan sesuatu dengan penuh rasa (keindahan). Salah satu wujud kebudayaan adalah adanya hasil fisik berupa aktivitas perbuatan dan semua karya manusia dalam masyarakat, seperti benda-benda atau halhal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto (Suratman, 2013: 38). Kebudayaan berasal dari kata budaya, dalam bahasa Sanskerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Buddhi berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut Koentjoroningrat (1981), budaya adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekerti. Menurut Taylor (1989), budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diaturkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya. Definisi budaya juga diungkapkan oleh Harris (199 9), yaitu seluruh aspek kehidupan manusia dalam Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika 105

Bentuk-Bentuk Geometris pada Pola Kerajinan Anyaman sebagai Kearifan Lokal di Kabupaten Barito Kuala masyarakat yang diperoleh dengan cara belajar, termasuk pikiran dan tingkah laku. Jadi, dapat disimpulkan budaya adalah seluruh gagasan maupun karya manusia yang menjadi kebiasaan masyarakat setempat dan diajarkan kepada generasi berikutnya. Menurut pandangan antropologi tradisional budaya terbagi dua bagian, yaitu budaya material dan budaya non material. Budaya material berupa objek seperti pakaian, seni, makanan, dan bendabenda kepercayaan. Sedangkan budaya non material mencakup kepercayaan, pengetahuan, nilai, norma, dan sebagainya. Menurut Koentjaraningrat (1974) wujud kebudayaan ada tiga macam, yaitu (1) kebudayaan sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan, (2) kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat, dan (3) benda -benda sebagai karya manusia. Selanjutnya budaya yang menjadi kebiasaan suatu kelompok atau masyarakat disebut kearifan lokal. Menurut Rahyono (2009), kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, pengalaman yang dimiliki oleh suatu masyarakat belum tentu dialami oleh masyarakat lain. Hayati Soebadio berpendapat bahwa kearifan lokal merupakan suatu identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986). Selanjutnya, kearifan lokal mempunyai ciri-ciri yaitu: a. mampu bertahan terhadap budaya luar, b. memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, c. mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli, d. mempunyai kemampuan mengendalikan, dan e. mampu memberi arah pada perkembangan budaya. Di antara wujud kebudayaan masyarakat yang dimiliki Kabupaten Barito Kuala, salah satunya adalah kerajinan anyaman. Menganyam berarti mengatur bilah atau lembaran-lembaran secara tindih-menindih dan silangmenyilang (Dina dkk, 2015). Kerajinan anyaman dibuat dengan memanfaatkan bahan alami. Bahan anyaman yang sering digunakan adalah purun, yaitu tumbuhan liar sejenis rumput yang tumbuh di dekat air atau rawa. Purun mempunyai serat yang cukup kuat sehingga masyarakat Kabupaten Barito Kuala menjadikannya sebagai salah satu bahan kerajinan tangan yaitu anyaman. Pemilihan bahan untuk kerajinan anyaman perlu memperhatikan fungsi dan keindahan benda yang akan dibuat. Dua jenis purun yang biasa dimanfaatkan untuk membuat anyaman adalah purun danau dan purun tikus. Cara pembuatannya adalah purun yang cukup tinggi dipotong dan dikumpulkan. Batang purun perlu dibersihkan terlebih dahulu dengan cara menggosok-gosokkan dengan abu dapur untuk menghilangkan lapisan kandungan silica dari kulit purun dan dicuci bersih. Kemudian purun dijemur di bawah sinar matahari sampai menjadi kering. Setelah proses penjemuran, purun diikat kemudian dipipihkan dengan cara ditumbuk berulang kali dengan kayu ulin hingga batang STKIP PGRI Banjarmasin 106

Muhammad Royani, Winda Agustina e-issn 2579-3977 menjadi pipih. Agar lebih menarik, purun dipisah-pisahkan untuk diberi pewarna. Pada umumnya, warna yang digunakan para pengrajin purun adalah warna alami, merah, hijau, ungu, dan biru. Berbagai jenis produk yang dihasilkan antara lain tas, tikar, bakul, topi, kipas, dompet, dan barang-barang lainnya. Dibutuhkan keahlian untuk proses menganyam, pengrajin harus terampil membuat pola agar anyaman bernilai keindahan. Anyaman yang dihasilkan beraneka ragam, seperti keranjang ( kampil), topi, tikar, tas, bakul, dan kipas. Anyaman menjadi kearifan lokal masyarakat Kabupaten Barito Kuala. Kearifan lokal mempunyai ciri mampu bertahan terhadap budaya luar. Hingga saat ini, kerajinan anyaman masih tetap digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kalimantan Selatan. Anyaman purun mempunyai berbagai macam motif menarik yang menyerupai bentuk-bentuk geometri. Hubungan bentuk-bentuk geometri yang ada pada budaya sebagai suatu kearifan lokal merupakan salah satu etnomatematika. Istilah etnomatematika muncul pertama kali pada akhir tahun 1960-an, digunakan oleh seorang pendidik dan matematikawan Brazil yaitu Ubiratan D'Ambrosio. Menurut Ambrosio (1977) etnomatematika terdiri dari kombinasi kata ethno (budaya yang dibentuk oleh masyarakat), mathema (penjelasan, pemahaman, lingkungan akan budaya), dan tics (mode, gaya, teknik). Etnomatematika mencakup semua yang dapat diidentifikasi secara budaya seperti jargon, kode, simbol, mitos, bahkan termasuk cara penalaran tertentu dari suatu kelompok. Menurut Glorin (1980) dan Ascher (1991), etnomatematika merupakan studi tentang praktek matematika pada kelompok budaya tertentu di dalam proses menangani masalah lingkungan dan kegiatan. Kata depan "ethno" mengacu pada kelompok budaya, seperti masyarakat suku nasional, kelas profesional, dan sebagainya. Termasuk juga bahasa dan praktek kehidupan sehari-hari mereka. Jadi, dapat disimpulkan bahwa etnomatematika adalah integrasi matematika dan budaya dengan kearifan lokal kelompok setempat melalui suatu aktivitas. Selain bernilai estetika, hasil kerajinan anyaman purun tentunya juga bernilai ekonomis dan menjadi peluang usaha yang cukup besar. Nilai adalah ukuran derajat tinggi-rendahnya atau kadar yang dapat diperhatikan, diteliti atau dihayati dalam berbagai obyek yang bersifat fisik (kongkrit) maupun abstrak (Kartika dan Perwira 2004: 20). Nilai-nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Robert W. Richey sebagaimana dikutip oleh T. Sulistyono (1991: 15) membagi nilai menjadi tujuh macam, yaitu (1) nilai intelektual, (2) nilai personal dan fisik, (3) nilai kerja, (4) nilai penyesuaian, (5) nilai sosial, (6) nilai keindahan, dan (7) nilai rekreasi. Adapun menurut Notonegoro, nilai dibagi menjadi tiga macam, yaitu: a. Nilai material Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi jasmani/unsur fisik manusia. Sebagai contoh, batu gunung. Secara materi batu gunung mempunyai nilai tertentu. Hal ini disebabkan batu gunung dapat digunakan untuk Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika 107

Bentuk-Bentuk Geometris pada Pola Kerajinan Anyaman sebagai Kearifan Lokal di Kabupaten Barito Kuala membangun sebuah rumah tinggal. Nilai yang yang terkandung dalam batu gunung ini dinamakan nilai material. b. Nilai vital Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan aktivitas. Contoh jas hujan, mempunyai kegunaan untuk menaungi tubuh dari air hujan. Apabila jas hujan ini robek maka nilai kegunaan jas hujan menjadi berkurang. Nilai jas hujan oleh karena kegunaannya dinamakan nilai vital. c. Nilai kerohanian Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi batin (rohani) manusia. Nilai kerohanian manusia dibedakan menjadi empat macam, yaitu: 1) nilai kebenaran adalah nilai yang bersumber pada unsur akal manusia, 2) nilai keindahan adalah nilai yang bersumber pada perasaan manusia (nilai estetika), 3) nilai moral (kebaikan) adalah nilai yang bersumber pada unsur kehendak atau kemauan (karsa dan etika), dan 4) nilai religius adalah nilai ketuhanan yang tertinggi, yang sifatnya mutlak dan abadi. Produk anyaman purun sangat khas dan dapat digunakan dalam waktu yang lama, maka produk anyaman dapat menjadi oleh-oleh khas Kalimantan Selatan khususnya Kabupaten Barito Kuala. Namun di balik itu, perlu ditelusuri lebih lanjut apakah anyaman purun yang dihasilkan mempunyai nilai-nilai tertentu atau tidak. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk geometris pada pola kerajinan anyaman dan nilainilai yang terkandung sebagai kearifan lokal di Kabupaten Barito Kuala. Hasil sajian data penelitian berupa deskripsi bentuk-bentuk geometris pada pola kerajinan anyaman sebagai kearifan lokal di Kabupaten Barito Kuala. Berdasarkan tujuan tersebut, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan. Penelitian kualitatif dipilih untuk memberikan deskripsi naratif dengan penilaian setelah melalui triangulasi data. Sumber data dalam penelitian ini adalah pengrajin anyaman di Kabupaten Barito Kuala dan fokus penelitian pada bentuk-bentuk geometris, serta menelusuri nilai-nilai yang terkandung pada kerajinan anyaman purun yang dibuat. Kriteria informan yang ditentukan adalah pengrajin sudah menekuni kerajinan anyaman purun minimal 10 tahun. Sumber data beralamat di Jalan Atak Imberansyah RT 06 RW 02, Kelurahan Lepasan, Kecamatan Bakumpai, Kabupaten Barito Kuala. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 di kelurahan Lepasan, kecamatan Bakumpai, kabupaten Barito Kuala. Informasi diperoleh dari empat orang pengrajin anyaman purun, yaitu HM (65 tahun ), BK ( 47 tahun), RA ( 33 tahun), dan TF (30 tahun). Dari aktivitas pengumpulan data diperoleh informasi bahwa ada berbagai macam kerajinan anyaman yang dihasilkan dari tanaman purun danau. Di antaranya anyaman purun dijadikan tas, bakul, tikar, topi, taplak meja, peci, sandal, tempat tisu, dan STKIP PGRI Banjarmasin 108

Muhammad Royani, Winda Agustina e-issn 2579-3977 lainnya. Adapun macam-macam motif anyaman yang sering dibuat, di antaranya adalah sebagai berikut. a. Mata Punai Motif mata punai mempunyai ciri khas berbentuk kotak-kotak dan memiliki titik di tengah menyerupai mata. Semakin besar ukuran anyaman mata punai, semakin banyak pula lapisan bentuk di dalamnya. Punai adalah nama burung yang merupakan hewan dilindungi. b. Tapak Catur Motif tapak catur mempunyai ciri khas berbentuk susunan kotak dengan kombinasi dua atau tiga warna yang beraturan seperti papan catur. Beberapa permintaan konsumen menginginkan ukuran kotak yang berbeda sehingga menjadi kombinasi bentuk persegi dan persegi panjang. Motif mata punai dan tapak catur memiliki kesamaan, yaitu secara geometris membentuk bangun datar persegi, dimana ciri-cirinya adalah memiliki empat titik sudut, empat sisi yang sama panjang, dua diagonal sama panjang, empat simetri lipat, dan empat simetri putar. Perbedaannya adalah satu motif mata punai terpisah dengan mata punai lainnya dan pada tapak catur tersusun dalam satu lajur. Anyaman purun dengan motif mata punai dan tapak catur dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran untuk mempelajari tentang definisi dan sifat-sifat persegi. Selanjutnya motif mata punai dapat pula dimanfaatkan untuk mempelajari definisi, sifat-sifat, keliling, dan luas persegi. Gambar 1. Bentuk Geometris Mata Punai Gambar 2. Bentuk Geometris Tapak Catur c. Saluang Mudik Motif saluang mudik mempunyai ciri khas anyaman dengan patahan garisgaris yang searah, dengan ujung-ujung garis pada setiap lajur saling menyambung. Kombinasi warna dapat diterapkan pada setiap garis maupun setiap lajur atau barisnya. Motif saluang mudik secara geometris membentuk bangun jajargenjang, dimana ciri-cirinya adalah tidak memiliki simetri lipat, mempunyai satu simetri putar, sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang, dua sisi lainnya tidak saling tegak lurus, sepasang diagonal tidak sama panjang dan tidak tegak lurus, serta jumlah sudut yang saling berdekatan adalah 180. Motif saluang mudik dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran untuk mempelajari Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika 109

Bentuk-Bentuk Geometris pada Pola Kerajinan Anyaman sebagai Kearifan Lokal di Kabupaten Barito Kuala tentang definisi, sifat-sifat, keliling, dan luas jajargenjang. Gambar 3. Bentuk Geometris Saluang Mudik d. Ramak Cangkih Motif ramak cangkih mempunyai ciri khas anyaman-anyaman kecil seperti cengkeh yang disusun vertikal dan horisontal secara bergantian. Baris anyaman dapat dibuat mendatar maupun miring untuk menambah keindahan. Motif ramak cangkih secara geometris dapat dipandang sebagai susunan persegi panjang dengan mempunyai ciri-ciri serupa yaitu mempunyai dua pasang sisi berhadapan sejajar dan sama panjang, sisi-sisinya saling tegak lurus sehingga membentuk sudut 90, memiliki dua simetri lipat dan dua simetri putar, serta kedua diagonal sama panjang. Motif ramak cangkih dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran untuk mempelajari tentang definisi, sifatsifat, keliling, dan luas persegi panjang. Gambar 4. Bentuk Geometris Ramak Cangkih e. Gigi Haruan Motif gigi haruan mempunyai ciri khas berbentuk segitiga yang disusun berjejer dalam satu jalur seperti susunan gigi atas dan bawah ikan haruan atau ikan gabus. Motif gigi haruan secara geometris dapat dipandang sebagai susunan segitiga samakaki maupun samasisi dengan ciri-ciri dibatasi oleh tiga garis lurus (ketiganya sama panjang maupun dua di antaranya sama panjang) sehingga membentuk tiga buah sudut yang jumlahnya 180. Seluruh segitiga yang disusun adalah kongruen. Motif gigi haruan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran untuk mempelajari tentang definisi, sifat-sifat, keliling, dan luas segitiga. Gambar 5. Bentuk Geometris Gigi Haruan Keunikan dan keindahan anyaman purun mempunyai nilai estetika. Nilai estetika sebuah anyaman berkaitan erat dengan nilai ekonomisnya. Anyaman purun yang memiliki motif yang unik seperti susunan bangun datar beraturan sehingga membentuk pola tertentu yang dapat disesuaikan dengan keinginan. Desain motif yang beragam dan dapat disesuaikan dengan permintaan ( by request) menjadi daya tarik pembeli. Keindahan sebuah anyaman purun terletak pada perpaduan warna yang menghasilkan STKIP PGRI Banjarmasin 110

Muhammad Royani, Winda Agustina e-issn 2579-3977 berbagai motif anyaman seperti mata punai, tapak catur, saluang mudik, ramak cangkih, gigi haruan, anyam badiri dan anyam barabah. Bentuk anyaman menjadi unik ketika dapat membentuk huruf-huruf penyusun kata sesuai permintaan pembeli. Pengrajin membayangkan motif mata punai sebagai wujud mata burung punai yang merupakan hewan dilindungi karena sudah mulai langka. Motif tapak catur dibayangkan sebagai papan catur dengan bentuk kotak berselang-seling dua warna. Motif saluang mudik dibayangkan sebagai bentuk ikan saluang yang hilir mudik berlawanan arah. Motif ramak cangkih dibayangkan sebagai kumpulan biji cengkeh yang beraturan. Motif gigi haruan dibayangkan sebagai bentuk gigi ikan haruan (ikan gabus). Motif anyam badiri dan anyam barabah dibayangkan sebagai anyaman sejajar vertikal dan anyaman sejajar horisontal. Adapun motif khusus lainnya dibuat sesuai permintaan pembeli, misalkan nama pemiliknya, nama kota, atau nama instansi. Gambar 6. Hasil Anyaman Purun Selain itu, kebutuhan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan seperti topi, tikar, bakul, kipas, dan lainnya menjadi peluang bagi pengrajin. Anyaman purun dipasarkan baik lokal, nasional, bahkan internasional. Di antaranya dikirim ke Martapura, Banjarbaru, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Bali, Surabaya, dan Yogyakarta. Anyaman purun juga diimpor ke berbagai negara, seperti Taiwan dan Jepang. Berdasarkan pengumpulan data diperoleh informasi bahwa omset penjualan anyaman purun berkisar antara Rp25.000.000,00 sampai Rp30.000.000,00 dengan keuntungan bersih sekitar Rp5.000.000,00. Informasi ini mengindikasikan bahwa kerajinan anyaman bernilai ekonomis cukup tinggi. Simpulan dan Saran Simpulan Motif pada anyaman purun memiliki bentuk geometri, yaitu mata punai dan tapak catur berupa bangun datar persegi, motif saluang mudik berupa bangun jajargenjang, ramak cangkih berupa bangun persegi panjang, gigi haruan berupa bangun segitiga samakaki dan sama sisi, serta anyam badiri dan barabah berupa susunan garis-garis sejajar (vertikal dan horisontal). Anyaman purun memiliki nilai estetika (keindahan) yang berdampak pada munculnya nilai ekonomis. Nilai keindahan anyaman purun terletak pada kombinasi warna yang membentuk berbagai motif seperti mata punai, tapak catur, saluang mudik, ramak cangkih, gigi haruan, anyam badiri dan anyam barabah. Tingginya kebutuhan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan menjadikan anyaman purun bernilai ekonomis tinggi. Saran Adapun saran dalam penelitian ini adalah guru diharapkan dapat memanfaatkan kerajinan khas daerah Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika 111

Bentuk-Bentuk Geometris pada Pola Kerajinan Anyaman sebagai Kearifan Lokal di Kabupaten Barito Kuala setempat sebagai media pembelajaran matematika sehingga peserta didik lebih mengenal kearifan budaya lokalnya. Daftar Pustaka Ascher, M. 1991. Ethnomathematics: A Multicultural View of Mathematical Ideas. Pacific Grove: Brooks/Cole. Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa ( Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya. D Ambrosio U. 1997. Ethnomathematics and its Place in the History and Pedagogy of Mathematics. In A. Powell & M. Frankenstein (eds.),ethnomathematics, Challenging Eurocentrism in Mathematics Education. Albany: State University of New York Press. Dina, dkk. 2015. Materi Penyuluhan Pengabdian Kepada Masyarakat. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun H. H. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education (8 th Edition). New York: McGraw-Hill. Glorin, G. (1980): Connecting Mathematics Practices In and Out of Schools. Journal of Ethnomathematics Canada, 3(2). Harris, Marvin. 1999. Theories of Culture in Postmodern Times. New York: Altamira Press. Koentjaraningrat. 1974. Pengantar Antropologi. Jakarta: Aksara Baru. Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra. Suratman, Munir, & Salamah. 2013. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Malang: Intimedia. STKIP PGRI Banjarmasin 112