BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dinantikan serta diinginkan oleh rakyat Indonesia. Harapan dan cita-cita yang

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai bagi tenaga kerja tersebut. Dalam hal ini akan mengindikasikan terjadinya ketimpangan apabila tenaga kerja yang banyak tidak diserap secara maksimal. Hal lain yang juga mempengaruhi adalah kualitas tenaga kerja yang merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap lapangan pekerjaan yang ada. Oleh karena itu, perlu sebuah perencanaan yang mendukung penyerapan tenaga kerja agar berjalan secara maksimal dan lebih produktif bagi keberlangsungan pembangunan (Suyono, 2008). Menurut Wijaya (1992: 297) yang menyatakan pembangunan dapat dikatakan berjalan maksimal apabila terjadinya peningkatan produktivitas penggunaan sumber daya yang ada. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh kenaikan pendapatan dan akumulasi kapital serta laju pertumbuhan penduduk. Kenaikan pendapatan riil atau produk perkapita mencerminkan kenaikan taraf hidup masyarakat disuatu negara dengan melihat besarnya tabungan dan akumulasi kapital serta laju pertumbuhan penduduk. Negara negara sedang berkembang belum mampu secara maksimal menggandakan investasi yang memadai untuk menaikan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan masyarakat serta untuk pendidikan dan latihan kerja. 1

Hal tersebut didukung oleh pendapat Sihombing (2009) yang menjelaskan bahwa tenaga kerja merupakan faktor penting dalam kegiatan perekonomian. Kualitas tenaga kerja yang rendah akan berdampak pada kualitas perekonomian atau produktivitas yang akan menjadi rendah. Produktivitas tenaga kerja dalam hal ini merupakan kemampuan tenaga kerja dalam menghasilkan output dalam satuan waktu tertentu. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu idikator ketenaga kerjaan yang dapat menghantar pertumbuhan ekonomi. Jumlah penduduk Kabupaten Ende dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2013, merupakan sebuah kondisi yang terus mengalami peningkatan, seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Ende, 2007 2013 Tahun Jumlah 2007 250.957 2008 254.604 2009 258.658 2010 260.605 2011 261.903 2012 269.629 2013 278.538 Sumber: BPS Kabupaten Ende, 2007 2013 Data Ende Dalam Angka Tahun 2007 2013 pada Tabel 1.1 menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Ende dari tahun 2007 sebesar 250.957 jiwa, dan mengalami peningkatan pada tahun 2008, menjadi 254.604 jiwa, atau meningkat 3.647 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk terus terjadi di tahun 2009 menjadi 2

258.658 jiwa atau meningkat 4.054 jiwa. Pada tahun 2010 dan tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Ende meningkat 260.605 jiwa dan 261.903 jiwa. Tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Ende sebesar 269.629 jiwa, meningkat di tahun 2013 sebesar 8.909 jiwa. Berdasarkan data tersebut, jumlah penduduk di Kabupaten Ende terus meningkat dari tahun 2007 2013 dapat dijadikan sebagai input dalam menyediakan tenaga kerja untuk setiap sektor dalam melaksanakan proses pembangunan di Kabupaten Ende. Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 2 yang menyebutkan bahwa: tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Dalam hal ini berkaitan dengan angkatan kerja yang terbagi menjadi penduduk yang bekerja dan yang menganggur. 3

Tabel 1.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Termasuk Angkatan Kerja di Kabupaten Ende, 2007 2013 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jenis Total Bekerja Pengangguran Kelamin Bekerja L 59.561 977 123.725 P 64.164 1974 L 62.246 1362 129.179 P 66.933 2824 L 62.118 2384 125.575 P 63.457 2647 L 60.645 2328 126.710 P 66.065 1006 L 62.178 2677 117.003 P 54.825 1781 L 58.326 2635 126.074 P 67.748 2619 L 56.741 3310 2013 116.371 P 59.630 1926 Sumber: Ende dalam Angka, 2007 2013. Total Pengangguran 2951 4186 5031 3334 4458 5242 5236 Tabel 1.2 menunjukkan jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan dari tahun 2007 menuju tahun 2008 sebesar 5.454 orang, namun menurun di tahun 2009 sebesar 3.604 orang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang disebabkan karena ada yang bekerja disektor informal atau yang berkerja tidak tetap. Pada tahun 2010 jumlah tenaga kenaga kerja meningkat sebesar 1.135 orang, namun pada tahun selanjutnya 2011 mengalami penurunan jumlah tenaga kerja menjadi 9.707 orang. Tahun 2012 jumlah tenaga kerja meningkat menjadi 9.044 orang dan di tahun 2013 menurun menjadi 9.703 orang. Selanjutnya digambarkan seperti pada Gambar 1.1 4

135,000 130,000 125,000 120,000 115,000 Total Pengangguran Total Bekerja 110,000 105,000 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 1.1 Total Angkatan Kerja Yang Bekerja dan Menganggur Kabupaten Ende, 2007 2013 (dalam ribuan) Dari Gambar 1.1 menjelaskan penyerapan tenaga kerja yang meningkat dari tahun 2007 menuju tahun 2008 kemudian menurun dan yang sangat signifikan terjadi dari tahun 2010 menuju tahun 2011. Pada Tahun 2011 jumlah tenaga kerja yang terserap sangat sedikit, pada tahun 2012 meningkat penyerapan tenaga kerja dan jumlah pengangguran. Tahun 2013 mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja dengan pengangguran yang tetap. Meningkatnya angka pengangguran yang terjadi, maka akan memengaruhi perbedaan pendapatan yang dengan adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi terutama kepemilikan barang modal (capital stock). Kelompok masyarakat yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula. Kondisi distribusi pendapatan yang jelas tidak akan merata (disparitas). Teori neoklasik berpendapat bahwa melalui proses penyesuaian otomatis, yaitu melalui proses penetasan hasil 5

pembangunan ke bawah (trickle down) dan akan menyebar hingga menciptakan keseimbangan baru. Namun hal ini belum mampu terjadi secara maksimal, maka dapat dilaksanakan dengan sistem perpajakan dan subsidi (Kuncoro, 2004: 116 ). Berikut kondisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam hal ini sebagai indikator kondisi perekonomian penduduk di suatu wilayah/daerah menurut lapangan usahanya atas dasar harga konstan di Kabupaten Ende dari tahun 2007 2013 di 9 sektor perekonomian, sebagai berikut. Tabel 1.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ende menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (dalam jutaan rupiah) Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pertanian 245340,2 252998,9 261890,2 271500,2 281385,2 294174,5 306922,1 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Minum Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa 12100,79 9743,36 10102,55 10481,16 10877,88 11293,7 11662,5 11781,22 12293,7 12737,41 1310,22 13501,09 14034,9 14649,3 3154,8 3233,96 3453,19 3715,5 4055,28 4072,4 4249,8 60521,24 46971,99 48525,37 49005,96 50906,52 52432,4 53280,6 163327,5 172338,8 182124,9 192528 203638,1 215608,5 231803,4 50989,55 54636,13 58010,5 61972,39 66520,18 69810,6 73420,1 29093,78 30699,65 32550,29 34636,9 37504,56 39329,2 41483,7 Jasa jasa 129416,9 138096,6 147642,4 158260,4 168837,9 179230,6 189452,6 Total PDRB 705725,9 721013,2 757036,7 795213,7 837226,7 879987,2 926924,3 Sumber: Ende dalam Angka, 2007 2013 Melihat kondisi PDRB Kabupaten Ende, terjadi peningkatan dari tahun 2007 menuju tahun 2013. Hal ini memberikan gambaran bahwa proses pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ende mengalami peningkatan setiap tahun. 6

Kondisi realisasi penerimaan dan pengeluaran daerah otonomi di Kabupaten Ende pada Tahun 2007 sampai Tahun 2013 akan dijadikan sebagai pembanding untuk memberikan gambaran pemanfaatan sektor keuangan di Kabupaten Ende dalam kaitannya dengan proses distribusi pendapatan. Tabel 1.4 Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Daerah Otonomi Kabupaten Ende, 2007 2013 (dalam ribuan rupiah) Tahun Realisasi Penerimaan Realisasi Pengeluaran 2007 376.677.791 340.723.011 2008 419.439.360 462.275.354 2009 451.121.795 456.816.898 2010 491.876.153 459.077.666 2011 588.808.544 531.705.265 2012 699.417.495 614.515.170 2013 765.658.205 649.418.832 Sumber: Ende dalam Angka, 2007 2013. Pada Tabel 1.4 menunjukan gambaran besarnya penerimaan dan pengeluaran di mana pada bagian penerimaan terdiri dari: penerimaan daerah, dana perimbangan, dan penerimaan lainya. Pada sisi peneluaran terdiri atas belanja tidak langsung dan belanja langsung. 7

1,600,000,000 1,400,000,000 1,200,000,000 1,000,000,000 800,000,000 600,000,000 400,000,000 200,000,000 Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Daerah Otonomi Kab. Ende, 2007-2014 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 1.2 Perkembangan Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Daerah Otonomi Kabupaten Ende, 2007 2013 (dalam juta rupiah) Berdasarkan Gambar 1.2 dapat dijelaskan bahwa peningkatan penerimaan di Kabupaten Ende dalam rentan waktu 7 tahun terus mengalami peningkatan rata rata sebesar 5-10 % setiap tahunnya. Berbanding terbalik dengan tingkat pengeluaran yang terus berfluktuasi dari tahun 2007 mengalami peningkatan menuju tahun 2008 melebihi besarnya pemasukan. Pada Tahun 2009 besarnya pengeluaran relatif berimbang dengan tingkat pemasukan. Selanjutnya untuk tahun 2010 dan 2011 besarnya pengeluaran proporsional dengan jumlah pemasukan. Tahun 2012 penerimaan dan pengeluaran berimbang, serta di tahun 2013 mengalami peningkatan. Berdasarkan beberapa data tersebut, dapat menggambarkan kondisi jumlah penduduk yang terus meningkat signifikan namun belum maksimalnya penerimaan tenaga kerja dan jumlah pengangguran yang cukup besar. Pada 8

kondisi lain besaran penerimaan yang relatif proporsional terhadap pengeluaran pemerintah daerah serta skala prioritas pada sektor pemerintahan dan pertanian menjadikan adanya ketimpangan antarsektor. Berdasarkan beberapa alasan ketimpangan ini menjadi dasar untuk mengetahui seberapa besar tingkat produktifitas tenaga kerja terhadap upaya pemerataan distribusi pendapatan di Kabupaten Ende dari tahun 2007 sampai tahun 2013. 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapa tingkat produktivitas tenaga kerja Kabupaten Ende dari tahun 2007 2013? 2. Bagaimanakah tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan Kabupaten Ende dari tahun 2007 2013? 3. Bagaimanakah produktivitas tenaga kerja mempengaruhi tingkat distribusi pendapatan di Kabupaten Ende dari Tahun 2007-2013? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian 1. Untuk menganalisis besarnya produktivitas tenaga kerja Kabupaten Ende dari Tahun 2007 2013. 2. Untuk menganalisis tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan di Kabupaten Ende dari tahun 2007 2013. 9

3. Untuk menganalisis pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap proses distribusi pendapatan di Kabupaten Ende dari Tahun 2007 2013. 1.3.2 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Ende untuk menilai produktivitas tenaga kerjadalam mempengaruhi tingkat distribusi pendapatan di Kabupaten Ende. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Kabupaten Ende untuk mengambil langkah kebijakan dan strategi dalam mengembangkan efisiensi tenaga kerja terhadap distribusi pendapatan. 3. Sebagai literatur dan acuan bagi penelitian selanjutnya. 1.4 Keaslian Penelitian Pada penelitian ini, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai acuan yang berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja dan pengaruhnya terhadap distribusi pendapatan. Penelitian yang dilakukan oleh Mattos dan Franca (2009) mengenai tenaga kerja publik dan redistribusi pendapatan studi kasus di Brazil di mana peneletian ini menguji hubungan antara pemerataan pendapatan dan ketenaga kerjaan publik kotamadya di Brazil. Pada penelitian ini terdapat dua hal yang menjadi fokus perhatian yakni: Pertama, menggunakan kebutuhan dengan pendekatan kebijakan fiskal yang mengindikasikan tanggung jawab pada suatu instrumen untuk variasi ketenaga kerjaan publik ke kotamadya lainnya. Kedua, hasil penelitian menyatakan bahwa konsentrasi pendapatan peningkatan 10

ketenaga kerjaan publik lokal sebagai ganti dalam mengembangkan pemerataan pembagian pendapatan. Hasil ini memasuki perspektif model dalam bentuk kebijakan ketenagakerjaan publik dapat digunakan sebagai alat untuk mendistribusikan pendapatan seperti di Amerika Serikat. Hal ini merupakan suatu hasil arus struktur ketenaga kerjaan publik dan bukan suatu kebijakan publik secara eksplisit. Ito (2008) dalam penelitian tentang penghapusan hambatan kelembagaan untuk migrasi dan dampaknya terhadap lapangan kerja, produksi dan distribusi pendapatan di Cina. Menilai bahwa meskipun ada cukup kesepakatan umum di kalangan akademisi bahwa tenaga kerja di Cina pada pasar ditandai dengan dualisme. Hal ini tidak sesederhana yang dijelaskan oleh desa-perkotaan dengan dua sektor model. Banyak faktor yang diduga terlibat dalam pembuatan pasar tenaga kerja menjadi rumit, termasuk faktor komposit yang membatasi gerakan buruh, koeksistensi antara daerah migrasi dan non pertanian, kesempatan kerja disediakan oleh sektor perkotaan lokal dan industri pedesaan dan segmentasi pasar tenaga kerja. Sesuai dengan teori standar, pasar yang kompetitif akan memfasilitasi realokasi tenaga kerja sedemikian rupa sehingga produk bernilai marjinal, tenaga kerja dapat dipersempit antara wilayah dan sektor. Namun pada kenyataannya ada berbagai faktor-faktor yang menghambat gerakan ini, seperti kendala institusional, perbedaan prestasi pendidikan, dan biaya transportasi terkait dengan migrasi ke kota-kota pesisir yang jauh. Spithoven (2005) dalam penelitiannya tentang distribution of income and the structure of economy and society, memberikan gambaran tingkat produktivitas 11

yang lebih tinggi merupakan hasil dari perbedaan pendapatan kecil maupun besar. Pada suatu waktu perbedaan pendapatan yang lebih kecil merupakan perangkat adanya peningkatkan produktivitas dan pada keadaan lain juga masih terdapat perbedaan pendapatan yang lebih besar. Semua tergantung pada perkembangan teknologi produksi yang terlibat. Intinya adalah bahwa kelompok pendapatan yang berbeda memiliki pola konsumsi yang berbeda pula serta prioritas yang berbeda dalam permintaan untuk produk. Terdapat konsumen yang cenderung untuk memenuhi kebutuhan untuk makanan dan perumahan, serta untuk tingkat yang memuaskan berupa pakaian dan kebutuhan rumah tangga, dan jasa pelayanan. Akibatnya, bukan hanya rata-rata per kapita pertumbuhan pendapatan, tetapi juga distribusi antara berbagai strata penerima pendapatan yang memainkan peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Hogan (1997) dalam wages, incomes policies and employment. Hasil penelitiannya berkaitan dengan kesepakatan dalam upaya untuk menghindari kegagalan kebijakan di tahun 1970, ketika inflasi menyebabkan peningkatan pengangguran dan pertumbuhan moderat pada pendapatan riil. Tujuannya adalah untuk membangun kerangka kerja, dalam upaya peningkatan strategi ekonomi di mana penentuan upah dikaitkan dengan prospek kerja, dan stimulus untuk pertumbuhan riil output dan investasi. Dewi (2010: 219-225) meneliti mengenai dampak distribusi pendapatan pada pengembangan perkebunan komunitas cacao di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Penelitiannya mengkaji bagaimana sebuah kebijakan secara objektif untuk pengembangan agribisnis cacao di Provinsi Sulawesi Tengah yang 12

diarahkan pada peningkatan produksi, pendapatan petani dan kesempatan kerja. Bahkan, ada banyak kasus seperti kelangkaan dan tingginya harga input, dan modal terbatas petani telah menjadi kendala dalam upaya ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh proyek P2WK (Pengembangan Perkebunan Rakyat Wilayah Khusus) atas penghasilan dari pertanian cacao dan distribusi pendapatan yang dihormati. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proyek pengembangan perkebunan rakyat wilayah khusus telah mempengaruhi pada peningkatan pendapatan lebih baik dalam menggunakan lahan, pupuk, pestisida, dan penggunaan tenaga kerja non rumah tangga, tetapi kemudian diikuti oleh distribusi yang tidak proporsional dari pendapatan. Pada penelitian ini analisis yang digunakan dengan pendekatan fungsi pendapatan per unit keluaran sesuai persamaanyang merupakan modifikasi dari fungsi Cobb-Douglas dalam bentuk logaritma, selanjutnya pengukuran dilakukan dengan menggunakan koefisien Gini dan kurva Lorentz. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini dibagi menjadi empat bab dengan sistematika penulisan adalah sebagai berikut. Bab I Pengantar, berisi tentang latar belakang masalah, keaslian penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Alat Analisis, menguraikan tentang tinjauan pustaka, landasan teori serta alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam bab ini, diuraikan mengenai berbagai tinjauan pustaka dan landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Bab III Analisis Data, menguraikan mengenai cara penelitian, hasil analisis data dan pembahasan. Dalam bab ini, diuraikan pula 13

mengenai definisi operasional, cara perolehan data, data yang diperlukan, dan juga mengenai hasil-hasil penelitian dan pembahasan. Bab IV Kesimpulan dan Saran, merupakan bab penutup yang berisikan uraian singkat mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasannya. Pada bab ini juga dilakukan penyampaian saran dari hasil kesimpulan yang merupakan rekomendasi yang diberikan oleh peneliti terhadap hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan. 14