digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan dan minuman. Sedangkan menurut Bappenas (2011), pangan pokok adalah pangan sumber karbohidrat yang sering dikonsumsi atau dikonsumsi secara teratur sebagai makanan utama, selingan, sebagai sarapan atau sebagai makanan pembuka atau penutup. Konsumsi pangan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu, sehingga wajib bagi setiap individu untuk memenuhinya. Kualitas dan kuantitas konsumsi pangan oleh setiap individu akan mempengaruhi status ketahanan pangan individu tersebut. Ketersediaan pangan dalam rumah tangga merupakan salah satu indikator keberhasilan ketahanan pangan dalam rumah tangga itu sendiri. Menurut Sina et all (2009), terwujudnya ketahanan pangan sampai pada tingkat rumah tangga berarti mampu memperoleh pangan yang cukup jumlah, mutu, dan beranekaragam untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Ketahanan pangan menurut Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Menurut Simatupang (2007), kecukupan pangan secara nasional tidak dapat menjamin bahwa semua orang (keluarga) memperoleh makanan yang dibutuhkannya. Masih banyaknya kasus-kasus gizi buruk di Indonesia yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa masih adanya kesenjangan antara akses pangan dengan ketersediaan pangan. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memiliki kontribusi terbesar terhadap konsumsi kalori (55%) dan konsumsi protein (44%). commit Secara to historis user Pulau Jawa merupakan sentra 1
digilib.uns.ac.id 2 produksi padi nasional. Selama tahun 1985-2005 sekitar 55-62% produksi padi nasional dihasilkan di Pulau Jawa (Irawan dan Sutrisna, 2011). Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten penghasil padi sawah di Karesidenan Surakarta. Produksi padi di suatu wilayah terkait dengan masalah ketersediaan beras sebagai makanan pokok di wilayah tersebut. Luas panen, produksi dan rata-rata produksi padi sawah di Karesidenan Surakarta tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah dalam Bentuk Gabah Kering Panen (GKP) menurut Kabupaten di Eks- Karesidenan Surakarta Tahun 2010 Kabupaten Luas Panen (ha) Produksi (ton) Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Surakarta 41.175 54.597 45.083 49.661 48.783 91.625 275 Sumber : Jawa Tengah dalam Angka 2011 221.507 302.893 261.358 298.535 293.527 526.809 1.370 Rata-rata Produksi (ton/ha) 5,38 5,55 5,80 6,01 6,02 5,75 4,98 Menurut Tabel 1, Kabupaten Boyolali mampu memproduksi padi sawah dalam bentuk gabah kering panen (GKP) sebanyak 221.507 ton dan menempati urutan keenam setelah Kabupaten Sragen, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo. Produksi padi sawah di Kabupaten Boyolali tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Boyolali memiliki kemampuan untuk menyediakan beras sebagai pangan pokok bagi penduduknya. Kabupaten Boyolali terdiri dari 19 kecamatan. Sebanyak 18 kecamatan merupakan penghasil padi sawah. Kecamatan Nogosari merupakan salah satu kecamatan yang memiliki lahan sawah terluas dan produksi padi sawah tertinggi di Kabupaten Boyolali. Luas panen dan produksi padi sawah di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 2.
digilib.uns.ac.id 3 Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah di Kabupaten Boyolali Tahun 2010 Kecamatan Luas Panen (ha) Produksi (ton) Selo Ampel Cepogo Musuk Boyolali Mojosongo Teras Sawit Banyudono Sambi Ngemplak Nogosari Simo Karanggede Klego Andong Kemusu Wonosegoro Juwangi 14 1.148 13-605 1.545 2.619 1.197 2.657 4.010 2.691 5.081 3.933 3.463 2.521 4.335 1.223 3.454 666 Sumber : Boyolali dalam Angka 2011 61 6.332 61-3.635 9.004 16.439 7.541 18.211 25.704 15.931 34.652 24.825 21.644 14.758 25.368 6.746 20.386 3.163 Produktivitas (ton/ha) 4,36 5,52 4,69-6,01 5,83 6,28 6,30 6,85 6,41 5,92 6,82 6,31 6,25 5,85 5,85 5,52 5,90 4,75 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa Nogosari merupakan kecamatan penghasil padi sawah tertinggi dan memiliki luas lahan sawah terluas pada tahun 2010. Kecamatan Nogosari memiliki lahan sawah seluas 5.081 ha dan produksi padi sebanyak 34.652 ton. Berdasarkan Boyolali dalam Angka 2011, jumlah rumah tangga di Kecamatan Nogosari sebanyak 17.473 rumah tangga. Dari data tersebut dapat dibuat rata-rata bahwa setiap rumah tangga di Kecamatan Nogosari mampu memperoleh gabah sebanyak 1.983,17 kg/tahun. Besarnya jumlah produksi padi sawah pada setiap rumah tangga merupakan faktor positif yang menambah jumlah ketersediaan pangan. Besarnya jumlah produksi padi sawah tersebut menggambarkan ketersediaan pangan pada setiap rumah tangga di Kecamatan Nogosari. Pada kenyataannya, produksi padi yang besar di Kecamatan Nogosari belum menjamin ketersediaan pangan pokok secara umum di tingkat rumah tangga petani di kecamatan commit tersebut. to user Hal ini bisa terjadi karena adanya
digilib.uns.ac.id 4 kesenjangan antara ketersediaan pangan pokok wilayah dengan akses pangan keluarga, yang selanjutnya akan berdampak pada ketahanan pangan rumah tangga. Ketahanan pangan rumah tangga dapat dipengaruhi oleh ketersediaan pangan pokok tingkat rumah tangga, pemahaman yang kurang mendalam tentang pangan dan gizi, serta rendahnya pendapatan rumah tangga sehingga menyebabkan minimnya konsumsi pangan yang bergizi. Dalam jangka panjang, konsumsi pangan yang bergizi mampu mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia Besar kecilnya pendapatan akan mempengaruhi jenis pangan yang dikonsumsi. Pangan yang dikonsumsi dipengaruhi pola konsumsi pangan dalam rumah tangga. Pola konsumsi pangan rumah tangga ditentukan oleh harga, kebiasaan, pendapatan dan selera. Pola konsumsi pangan rumah tangga didekati dengan jenis dan frekuensi makan yang dapat mencerminkan kebiasaan makan dalam rumah tangga tersebut. Berdasarkan uraian di atas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai analisis ketersediaan pangan pokok (beras) dan pola konsumsi pangan rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. B. Perumusan Masalah Kecamatan Nogosari merupakan wilayah yang menarik untuk diteliti karena daerah tersebut memiliki lahan sawah terluas dan produksi padi sawah tertinggi di Kabupaten Boyolali. Lahan sawah digunakan oleh petani untuk membudidayakan padi sawah. Daerah yang mempunyai lahan sawah yang luas biasanya memiliki produksi padi yang tinggi. Produksi padi yang tinggi di suatu wilayah, identik dengan ketersediaan pangan yang cukup dan tahan pangan. Meskipun dalam skala regional dikategorikan tahan pangan, belum tentu dalam skala rumah tangga (individu) dikategorikan tahan pangan. Hal ini terjadi karena setiap rumah tangga memiliki ketersediaan pangan dan akses pangan yang berbeda. Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut :
digilib.uns.ac.id 5 1. Bagaimana tingkat ketersediaan pangan pokok (beras) rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana pola konsumsi pangan rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 3. Bagaimana tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 4. Bagaimana kondisi ketahanan pangan rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali? 5. Apakah pendapatan anggota rumah tangga berpengaruh terhadap konsumsi energi dan konsumsi protein anggota rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupeten Boyolali? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian Analisis Ketersediaan Pangan Pokok dan Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Padi Sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali ini mempunyai tujuan antara lain : 1. Mengetahui tingkat ketersediaan pangan pokok (beras) pada rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 2. Mengetahui pola konsumsi pangan pada rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 3. Mengetahui tingkat konsumsi energi dan protein pada rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 4. Mengetahui kondisi ketahanan pangan pada rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali. 5. Mengetahui pengaruh pendapatan anggota rumah tangga terhadap konsumsi energi dan konsumsi protein anggota rumah tangga petani padi sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali.
digilib.uns.ac.id 6 D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian Analisis Ketersediaan Pangan Pokok dan Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Petani Padi Sawah di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali ini antara lain : 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan, serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah daerah Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun kebijakan pangan dan ketahanan pangan. 3. Bagi masyarakat di Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang penyediaan pangan dan pola konsumsi pangan, sehingga masyarakat dapat mengetahui kecukupan pangan dan gizi khususnya energi dan protein sehingga dapat menyejahterakan masyarakat. 4. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai sumber atau referensi berkaitan dengan penelitian terkait.