PUBLIKASI KARYA ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program Studi Geografi Dan Memperoleh Gelar Sarjana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PUBLIKASI KARYA ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program Studi Geografi Dan Memperoleh Gelar Sarjana"

Transkripsi

1 ANALISIS DISPARITAS PERKEMBANGAN WILAYAH ANTAR FUNGSI PUSAT PELAYANAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2002 DAN 2011 PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program Studi Geografi Dan Memperoleh Gelar Sarjana Diajukan Oleh : NOVIE ANGGRAENI E FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

2

3 ANALISIS DISPARITAS PERKEMBANGAN WILAYAH ANTAR FUNGSI PUSAT PELAYANAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2002 DAN 2011 Analysis of Disparities Development of the Region Between the Service Center Fungction of Spatial Plans in the District Boyolali Province Central Java in 2002 and 2011 Novie Anggraeni 1, Muhammad Musiyam 2, Retno Woro Kaeksi 2 1 Mahasisiwa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2 Staf Pengajar Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta nuna.novie@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dengan judul analisis disparitas perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan dalam rencana tata ruang wilayah di Kabupaten Boyolali, provinsi Jawa tengah tahun 2002 dan Tujuan dalam penelitian ini adalah : (1) mengetahui tingkat perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali, (2) mengetahui tingkat disparitas perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali, dan (3) mengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap perkembangan wilayah. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik analisis data sekunder menggunakan Skoring, Indeks Williamson dan analisis Regresi berganda. Skoring dilakukan terhadap indikator-indikator perkembangan wilayah untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah. Penghitungan dengan Indeks Williamson dilakukan terhadap PDRB Perkapita untuk menentukan tingkat disparitas perkembangan wilayah. Dan analisis Regresi berganda dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah : (1) tingkat perkembangan wilayah di kabupaten Boyolali ditentukan dengan perkembangan naik, tetap, dan turun. Perkembangan wilayah naik meliputi Kecamatan Ampel, Karanggede, Sambi, dan Wonosegoro. Untuk Perkembangan Wilayah yang tetap meliputi kecamatan Boyolali, Mojosongo, Banyudono, Teras, Simo, Ngemplak, Selo, Cepogo, Musuk, Sawit, Nogosari, Klego, Andong, dan Kemusu. Tingkat perkembangan yang turun hanya Kecamatan Juwangi. Sedangkan untuk perkembangan wilayah berdasarkan fungsi pusat pelayanan tergolong dalam perkembangan tetap. (2) Disparitas perkembangan wilayah di kabupaten Boyolali termasuk dalam klasifikasi tinggi, karena pada tahun 2002 besar nilai IW dari 0,94 meningkat menjadi 1,52 pada tahun Disparitas berdasarkan Fungsi Pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali yang tertinggi berada pada PPL (Pusat Pelayanan Lokal) dengan nilai IW pada tahun 2002 dari 0,587 dan meningkat menjadi 1,273 pada tahun Sedangkan berdasarkan Kecamatan yang memiliki nilai IW tertinggi adalah Kecamatan Teras dan Sawit. (3) hasil analisis dengan regresi berganda diperoleh bahwa pada tahun 2002 variabel yang paling berpengaruh adalah variabel Fasilitas Kesehatan dengan nilai coefficient beta yang terbesar yaitu 0,483 dan pada tahun 2011 adalah variabel PDRB Perkapita dengan coefficient beta yang terbesar yaitu 0,438. Kata kunci : Fungsi Pusat pelayanan, Perkembangan wilayah, Disparitas, Indeks Williamson, Regresi

4 Abstract This research with entitled analysis with The purpose in this research are: (1) Know the level of development of the region beetween the service center function in Boyolali, (2) Know the level of disparities development of the region between the service center function in Boyolali, and (3) Know the most dominant factor influence the development of the region. The method used is descriptive quantitative method, with secondary data analysis techniques using scoring, Williamson index and multiple regression analysis. Scoring is done on regional growth indicators to determine the level of development of the region. Calculation of the index against GDP per capita Williamson conducted to determine the disparity in regional growth. And multiple regression analysis performed to determine which variables are most influential to the development of the region. Result obtained from this research are: (1) the level of development in the region is determined by the development of the district Boyolali up, Fixed, down. The development of the up includes the sub-district Ampel, Karanggede, Sambi, and Wonosegoro. For regional development fixed include sub-district Boyolali, Mojosongo, Banyudono, Teras, Simo, Ngemplak, Selo, Cepogo, Musuk, Sawit, Nogosari, Klego, Andong, dan Kemusu. The level of development of the down ony the sub-district juwangi. As for the development of the region by the service center function classified as fixed. (2) Disparities development of the region in district Boyolali included in the classification high, becouse IW value in 2002 is 0,94 increased to 1,52 in Disparities by function service center in Boyolali which was highest in PPL (Local Service Center) with IW value of 0,587 in 2002 and increased to 1,273 in While based on the sub-district which has the highest value of IW is the Sawit and Teras sub-district. (3) The result of the multiple regression analysis found that in 2002 the most influential variable is the variable of health facilities with a beta coefficient value of 0,483 and in 2011 GDP per capita is a variable with a beta coefficient of 0,438. Keywords : service center function, development of the region, disparities, Williamson index, regression PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif bagi pencapaian aspirasi setiap warga. (Rustiadi,2011). Tujuan pokok dari pembangunan itu adalah pembangunan wilayah-wilayah yang ada didalamnya terutama dalam keserasian perkembangan atau laju pertumbuhan antar wilayah. Faktor-faktor pendorong perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan erat dengan ketersediaan sarana dan prasarana wilayah khususnya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang berperan dalam memajukan serta pemerataan pembangunan wilayah. Tidak meratanya persebaran fasilitas publik tersebut akan menimbulkan disparitas antar wilayah sehingga suatu wilayah dapat dikatakan tertinggal atau wilayah miskin. Pusat pengembangan suatu wilayah umumnya juga berfungsi sebagai pusat pelayanan harus mempunyai sarana yang mampu memberikan pelayanan sebagai wilayah di belakangnya. Analisis mengenai disparitas tingkat perkembangan wilayah penting untuk mengetahui perkembangan pelayanan, terutama dalam menjamin ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas pelayanan sehingga perlu usaha untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi yang perlu di pertimbangkan dalam pengembangan wilayah. Kesenjangan atau tidak meratanya perkembangan wilayah di kabupaten Boyolali ditandai dengan terserap dan

5 terkonsentrasinya penduduk di pusat kabupaten, diketahui dari tingkat kepadatan penduduk Tahun 2011 tertinggi berada di Kecamatan Boyolali yaitu jiwa/km 2 dimana Kecamatan Boyolali yang juga menjadi pusat Kota. Sedangkan untuk Kecamatan Sawit 1912 jiwa/km 2,Kecamatan Ngemplak 1863 jiwa/km 2, Kecamatan Banyudono jiwa/km 2 dan Kecamatan Teras 1544 jiwa/km 2. Selain Kecamatan-Kecamatan tersebut kepadatan penduduk berkisar antara jiwa/ km 2. Kesenjangan kedua tampak dari PDRB perkapita masing-masing kecamatan di Kabupaten Boyolali pada tabel 1.3. Dimana nilai PDRB perkapita yang tertinggi adalah Kecamatan Banyudono sebesar Rp ,04, selanjutnya Kecamatan Teras Rp ,15, Kecamatan Boyolali Rp ,59, Kecamatan Simo Rp ,14, Kecamatan Sawit Rp ,22 sedangkan Kecamatan yang lainnya berkisar Rp ,42- Rp ,77. Kesenjangan yang ke tiga yaitu tidak meratanya persebaran fasilitasfasilitas pendidikan, kesehatan, serta fasilitas perekonomian. Persebaran dari fasilitas-fasilitas tersebut lebih terkonsentrasi di pusat kabupaten yaitu kecamatan Boyolali serta kecamatan yang berdekatan dengan pusat kabupaten. Hal tersebut mendorong penduduk untuk lebih memilih ke pusat Kabupaten untuk melakukan kegiatannya. Berdasarkan uraian latar belakang maka peneliti menentukan rumusan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana perkambangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana disparitas perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali? 3. Faktor apa yang dominan mempengaruhi perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali? Sejalan dengan rumusan masalah, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali. 2. Mengetahui disparitas perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali. 3. Mengetahui faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis data sekunder yaitu mengolah datadata yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) tahun 2002 dan Alur Penelitian Analisis disparitas perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali tahun 2002 dan 2011 memerlukan data sekunder untuk selanjutnya di analisis. Indikator-indikator perkembangan wilayah yang meliputi indikator fasilitas publik, indikator produksi, dan indikator aksesibilitas merupakan dasar untuk mengetahui perkembangan wilayah. Perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali dapat diketahui dengan menggunakan teknik skoring dari indikator-indikator tersebut. Untuk mengetahui disparitas perkembangan wilayah dapat diketahui dengan menggunakan data PDRB Perkapita dengan menggunakan Indeks Williamson. Sedangkan untuk mengetahui faktor yang paling mempengaruhi perkembangan

6 wilayah menggunakan regresi linier berganda. Berikut diagram alir dalam penelitian pada gambar 1. Gambar 1. Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Secaraa rinci masing-masing data yang diperlukan adalah: a. Peta yang digunakan meliputi: Peta administrasi Kabupaten Boyolali b. Data yang digunakan meliputi: 1) Data Kependudukan 2) Data fasilitas pendidikan 3) Data fasilitas kesehatan 4) Data fasilitas perekonomian 5) Data PDRB Perkapita 6) Data jumlah perusahaan 7) Data daya serap tenaga kerja di sektor industri 8) Data jumlah sambungan telepon 9) Data jarak tiap Kecamatan ke pusat (Boyolali) Analisis Data Tahap ini menggunakan analisis sebagai berikut: 1. penilaian tingkat perkembangan wilayah Dalam mengukur tingkat perkembangan wilayah dapat digunakan dengan menggunakan beberapa indikator. Indikator tersebut disajikan dalam tabel 1. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui perkembangan wilayah adalah dengan menggunakan teknik skoring sebelum melakukan skoring langkah yang paling penting yang harus dilakukan adalah memberikan asumsi terhadap indikatorindikator yang telah dipilih. Bahwa untuk melihat distribusi perkembangan wilayah dengan melihat perbedaan total skor keseluruhan indikator-indikator yang ada. Adapun untuk menentukan prioritas penanganan berdasarkan skor total terendah dan dilihat pada indikator terendahnya. Penelitian ini menentukan tiga klas dimana untuk menentukan interval kelas digunakan rumus sturgess sebagai berikut: interval = Nilai Maks Nilai Min Kelas Dimana : Maks : Nilai tertinggi Min : Nilai terendah Kelas : Jumlah kelas yang diinginkan

7 Tabel 1. Indikator perkembangan wilayah dan asumsinya Indikator Variabel Asumsi - Jumlah fasilitas pendidikan - Semakin banyak fasilitas pendidikan Fasilitas - Jumlah fasilitas kesehatan maka perkembangan wilayah semakin Publik - Jumlah fasilitas perekonomian tinggi - Semakin banyak fasilitas kesehatan maka taraf hidup masyarakat semakin baik sehingga perkembangan wilayah semakin tinggi. - Semakin banyak fasilitas ekonomi maka arus perputaran uang dan barang semakin baik serta Kontribusi produksi industri Aksesibilitas - Daya serap tenaga kerja di sektor industri - Jumlah perusahaan di sektor industri - PDRB Perkapita - Jarak santar kecamatan ke pusat (Boyolali) - Sambungan telepon Sumber : Penulis, 2014 Teknik skoring tingkat perkembangan wilayah 1. Indikator Fasilitas Publik Tabel 2 Klasifikasi Tingkat Ketersediaan Fasilitas Pendidikan Klasifikasi TK S B N Rendah Sedang Tinggi Klasifikasi SD S B N Rendah Sedang Tinggi Klaasifikasi SMP S B N Rendah Sedang Tinggi Klasifikasi SMA S B N Rendah Sedang Tinggi Sumber: Penulis, 2014 perkembangan wilayah semakin baik. - Semakin tinggi daya serap tenagakerja di bidang industri maka perkembangan wilayah semakin tinggi - Semakin tinggi jumlah perusahaan di sektor industri maka perkembangan wilayah semakin tinggi. - Semakin tinggi PDRB perkapita maka semakin baik tingkat perkembangan wilayah - Semakin dekat dengan pusat (Boyolali) maka perkembangan wilayah semakin tinggi - Semakin banyak sambungan telepon yang di pasang maka tingkat perkembangan wilayah semakin tinggi Tabel 3 Klasifikasi Tingkat Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Klasifikasi RS S B N Rendah Sedang Tinggi Klasifikasi S B N puskesmas Rendah Sedang Tinggi Klasifikasi S B N puskesmas pembantu Rendah Sedang Tinggi Klasifikasi tempat S B N praktek dokter Rendah Sedang Tinggi Sumber: Penulis, 2014

8 Tabel 4 Klasifikasi Tingkat Ketersediaan Fasilitas Perekonomian Klasifikasi Pasar S B N Rendah Sedang Tinggi Klasifikasi Toko S B N Rendah Sedang Tinggi Sumber: Penulis, Indikator Produksi Tabel 5 Klasifikasi Jumlah Daya Serap Tenaga Kerja di sektor industri Klasifikasi tenaga kerja S B N Rendah Sedang Tinggi Sumber: Penulis, 2014 Tabel 6 Klasifikasi Jumlah Perusahaan di sektor industri Klasifikasi Jumlah S B N perusahaan Rendah Sedang Tinggi Sumber: Penulis, 2014 Tabel 7 Klasifikasi Tingkat PDRB Perkapita Klasifikasi PDRB S B N Perkapita Rendah Sedang Tinggi Sumber: Penulis, indikator Aksesibilitas Tabel 8 Klasifikasi Jarak tiap Kecamtan ke pusat (Boyolali) Klasifikasi Jarak S B N Rendah Sedang Tinggi Sumber: Penulis, 2014 Tabel 9 Klasifikasi Saluran Sambungan Telepon Klasifikasi sambungan S B N telepon Rendah Sedang Tinggi Sumber: Penulis, Peniaian tingkat disparitas Dalam penilaian tingkat disparitas Kabupaten Boyolali yaitu dengan menggunakan Indeks Williamson (Rustiadi,2008) yaitu sebagai berikut: Iw = (Yi Y) 2 fi/n Dimana : Iw = Indeks Kesenjangan wilayah (Iw) Fi = jumlah penduduk di kecamatan wilayah ke-i n = jumlah penduduk Kabupaten Yi = PDRB per kapita kecamatan wilayah ke-i Y = rata- rata PDRB perkapita Kabupaten Dengan ketentuan sebagai berikut: IW < 0,4 = artinya tingkat ketimpangan rendah 0,4<IW<0,5= artinya tingkat ketimpangan sedang IW > 0,5 = artinya tingkat ketimpangan tinggi 3. Penilaian variabel yang paling berpengaruh Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah. Peneliti menggunakan analisis statistik yaitu uji regresi berganda dengan menggunakan spss 17. Uji regresi berganda Y

9 adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (Yamin,2011) Berikut persamaan regresi berganda: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X b n X n Keterangan : Y = Variabel Dependen (Nilai yang diprediksikan) X 1 dan X 1 = Variabel Independen A = Konstanta (nilai Y apabila X1,X2... X n = 0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tingkat Perkembangan Wilayah di Kabupaten Boyolali Perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali dihitung dengan menggunakan indikator perkembangan wilayah yaitu: indikator fasilitas publik, indikator produksi, dan indikator aksesibilitas. Seperti telah di jelaskan pada tabel 1, bahwa setiap indikator memiliki variabelvariabel yang kemudian di skoring. Hasil skoring tersebut dijadikan nilai komposit. Berdasarkan indikator 1, indikator 2, dan indikator 3 pada tahun 2002 dan 2011 di Kabupaten Boyolali, maka dapat digunakan sebagai perhitungan untuk menentukan tingkat perkembangan wilayah. Tingkat perkembangan wilayah ditentukan dengan menggabungkan data potensi indikator Fasilitas publik, produksi, dan aksesibilitas tahun 2002 dan Dari nilai potensi tersebut ditentukan tingkat perkembangan. Tingkat perkembangan di tahun 2002 dan tahun 2011, selanjutnya di tetntukan perubahan perkembangan dengan ketentuan perkembangan wilayah berupa klasifikasi tetap, naik, dan turun. Berikut penyajian data perkembangan wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2002 dan 2011 pada tabel 10. Tabel 10 Tingkat Perkembangan Wilayah antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun 2002 dan 2011 Nilai Nilai Pusat Tingkat Kecamatan Klasifikasi Ket. Klasifikasi Ket. Pelayanan Perkembangan Tahun 2002 Tahun 2011 PKW Boyolali 74 Tinggi 69 Tinggi Tetap PKL Ampel 47 Rendah 49 Sedang Naik PKLp Mojosongo 42 Rendah 45 Rendah Tetap Banyudono 54 Sedang 54 Sedang Tetap Simo 50 Sedang 54 Sedang Tetap Karanggede 41 Rendah 52 Sedang Naik PPK Teras 41 Rendah 48 Rendah Tetap Sambi 41 Rendah 54 Sedang Naik Ngemplak 38 Rendah 40 Rendah Tetap PPL Selo 42 Rendah 48 Rendah Tetap Cepogo 36 Rendah 44 Rendah Tetap Musuk 39 Rendah 46 Rendah Tetap Sawit 49 Sedang 56 Sedang Tetap Nogosari 35 Rendah 40 Rendah Tetap Klego 35 Rendah 46 Rendah Tetap

10 Pusat Pelayanan Kecamatan Nilai Klasifikasi Tahun 2002 Ket. Nilai Klasifikasi Tahun 2011 Ket. Tingkat Perkembangan Andong 45 Rendah 47 Rendah Tetap Kemusu 42 Rendah 47 Rendah Tetap Wonosegoro 39 Rendah 52 Sedang Naik Juwangi 42 Sedang 43 Rendah Turun Sumber : Analisis Data oleh Penulis Tahun 2014 Tabel 10 diketahui bahwa klasifikasi tingkat perkembangan wilayah berdasarkan Tinggi, sedang, rendah di Kabupaten Boyolali terdapat perkembangan wilayah yang naik yaitu Kecamatan Ampel, Karanggede, Sambi, dan Wonosegoro. Selanjutnya untuk Perkembangan wilayah yang menurun hanyalah Kecamatan Juwangi. Untuk Kecamatan dengan perkembangan wilayah yang tetap adalah Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Banyudono, Simo, Teras, Ngemplak, Selo, Cepogo, Musuk, Sawit, Nogosari, Klego, Andong, dan Kemusu. Secara spasial perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali lebih terpusat dibagian selatan atau Kecamatankecamatan yang berdekatan dengan pusat pemerintahan yaitu Boyolali. Sedangkan untuk wilayah belakang yang meliputi Kecamatan-kecamatan dibagian utara lebih susah berkembangan karena pembangunan fasilitas publik yang kurang dan aksesibilitas wilayah yang cukup buruk karena jaraknya yang jauh dari Pusat Pemerintahan. Hal serupa juga terjadi pada wilayah Lereng gunung Merapi dan Merbabu, Kecamatan di wilayah tersebut susah untuk dibangun Aksesibilitas. Perkembangan wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan di Kabupaten Boyolali tahun 2002 dan 2011 dapat dipetakan seperti pada gambar 2 berikut: Gambar 2 dan 3 peta tingkat perkembangan wilayah tahun 2002 dan 2011 Berikut perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali dari tahun 2002 hingga 2011 sebagai berikut: Tingkat Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan di Kabupaten Boyolali tahun 2002 dan 2011, yaitu pada tabel 11 berikut: Tabel 11 Tingkat Perkembangan Wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan di Kab. Boyolali N o Pusat Pelayanan Skor tahun 2002 Skor tahun 2011 Tingkat Perkembangan 1 PKW 3 3 Tetap 2 PKL 1 1 Tetap 3 PKLp 1 1 Tetap 4 PPK 1 1 Tetap 5 PPL 1 1 Tetap Sumber: Analisis data oleh penulis, 2014 Tabel 11 menunjukkan bahwa perkembangan wilayah berdasarkan fungsi

11 pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali tidak begitu terlihat perkembangannya. pertambahan dan penurunan nilai disetiap indikator perkembangan wilayah. Baik yang mengalami penurunan atau peningkatan untuk semua fungsi pusat pelayanan memiliki tingkat perkembangan 2. Disparitas Perkembangan Wilayah di Kabupaten Boyolali Disparitas wilayah ditunjukkan dengan Tetap. Namun walaupun termasuk dalam klasifikasi yang tetap terdapat perubahan perbedaan tingkat pendapatan perkapita antara satu wilayah relatif terhadap wilayah nilai pada masing-masing fungsi pusat lain. Disparitas juga berarti masalah pelayanan yaitu pada PKW pada tahun pembangunan antar wilayah yang tidak 2002 sebesar 74 turun menjadi 69 pada merata. Dari tidak meratanya tahun 2011, PKL pada tahun 2002 sebesar 47 naik menjadi 49 pada tahun 2011, PKLp pada tahun 2002 sebesar 187 naik menjadi 205 pada tahun 2011, PPK pada tahun 2002 pengembangan antar wilayah tersebut maka akan memunculkan masalah yang cukup komplek dalam pengembangan wilayah. Dalam penilaian tingkat disparitas suatu sebesar 120 naik menjadi 142 pada tahun wilayah sering menggunakan Indeks 2011, dan PPL pada tahun 2002 sebesar Williamson. Berikut hasil perhitungan 404 naik menjadi 469 pada tahun Perubahan nilai pada setiap fungsi pusat pelayanan di setiap tahunnya berdasarkan dengan indeks williamson antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali tahun 2002 dan Disajikan dalam tabel berikut: Tabel 12 Indeks Willamson antar Fungsi Pusat Pelayanan Kabupaten Boyolali tahun 2001 dan 2011 No kecamatan Tahun 2002 Tahun 2011 IW keterangan IW Keterangan PKW Boyolali 0,299 Rendah 0,318 Rendah PKL Ampel 0,304 Rendah 0,269 Rendah Mojosongo PKLp Banyudono Simo Karanggede 0,557 Tinggi 0,562 Tinggi Teras PPK Sambi Ngemplak 1,891 Tinggi 0,449 Sedang PPL Selo Cepogo Musuk Sawit Nogosari Klego Andong Kemusu Wonosegoro Juwangi Sumber : Analisis Data oleh Penulis Tahun 2014 Tabel 12 dapat diketahui bahwa Indeks Williamson antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali, menunjukkan bahwa IW di PKW pada tahun 2002 sebesar 0,229 sedangan untuk tahun 2011 nilai IW sebesar 0,318 Sehingga terdapat 0,586 Tinggi 1,273 Tinggi peningkatan disparitas untuk Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Walaupun terdapat peningkatan indeks namun klasifikasi. masih termasuk rendah. IW di Pusat Kegiatan Lokal (PKL) pada tahun 2002 sebesar 0,304 dan menurun

12 pada tahun 2011 menjadi 0,269. Sehingga dari indeks tersebut diketahui bahwa disparitas perkembangan wilayah di PKL mengalami penurunan. IW di Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) di Kabupaten boyolali pada tahun 2002 sebesar 0,557 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 0,562. Sehingga diketahui bahwa disparitas perkembangan wilayah di PKLp mengalami kenaikan dan termasuk dalam klasifikasi disparitas yang tinggi. IW di PPK (pusat Pelayanan Kawasan) di Kabupaten Boyolali pada tahun 2002 termasuk dalam klasifikasi sangat tinggi yaitu dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 0,449 atau termasuk dalam klasifikasi Sedang. Selanjutnya IW di Pusat Pelayanan Lokal di Kabupaten Boyolali pada tahun 2002 sebesar 0,585 yang termasuk dalap klasifikasi tinggi, sedangkan untuk tahun 2011 indeks mengalami peningkatan yang tinggi menjadi 1,272. Sehingga mencerminkan bahwa disparitas perkembangan wilayah di PPL sangat tinggi. Disparitas perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali pada tahun 2002 cenderung lebih tinggi terutama pada PKLp, PPK, dan PKL. Namun pada tahun 2011 disparitas wilayah menjadi PKLp dan PKL. Dari hasil tersebut berarti disparitas perkembangan wilayah antar Fungsi Pusat Pelayanan di Kabupaten Masih termasuk klasifikasi tinggi. Secara spasial Disparitas perkembangan wilayah antar fungsi pusat pelayanan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2002 dan 2011, disajikan dalam peta berikut: Gambar 3 dan 4 Peta disparitas wilayah di kabupaten Boyolali tahun 2002 dan 2011 Tabel 12 telah disajikan Indeks Williamson antar fungsi pusat pelayanan. Sedangkan berikut Tabel 13 akan disajian data Indeks Williamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali yaitu sebagai berikut:

13 Tabel 13 Indeks Willamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun 2002 dan 2011 Pusat Pelayanan Kecamatan IW Keterangan IW Keterangan PKW Boyolali 0,30 Rendah 0,32 Rendah PKL Ampel 0,30 Rendah 0,27 Rendah PKLp PPK Mojosongo 0,22 Rendah 0,21 Rendah Banyudono 0,42 Sedang 0,41 Sedang Simo 0,23 Rendah 0,24 Rendah Karanggede 0,18 Rendah 0,22 Rendah Teras 1,88 Tinggi 0,35 Rendah Sambi 0,19 Rendah 0,20 Rendah Ngemplak 0,15 Rendah 0,19 Rendah PPL Selo 0,02 Rendah 0,00 Rendah Cepogo 0,24 Rendah 0,24 Rendah Musuk 0,29 Rendah 0,22 Rendah Sawit 0,18 Rendah 1,14 Tinggi Nogosari 0,20 Rendah 0,22 Rendah Klego 0,19 Rendah 0,18 Rendah Andong 0,19 Rendah 0,19 Rendah Kemusu 0,14 Rendah 0,15 Rendah Wonosegoro 0,17 Rendah 0,19 Rendah Juwangi 0,13 Rendah 0,14 Rendah Sumber : Analisis Data oleh Penulis Tahun 2014 Tabel 13 dapat diketahui bahwa Indeks Williamson antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali, menunjukkan bahwa klasifikasi disparitas perkembangan wilayah yang tinggi pada tahun 2002 adalah Kecamatan Teras dengan nilai IW 1,88, untuk klasifikasi sedang yaitu Kecamatan Banyudono, sedangkan untuk kecamatan yang lain termasuk dalam tingkat disparitas wilayah yang rendah karena nilai IW < 0,4. Tahun 2011 Disparitas Perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali yang tertinggi berada di Kecamatan Sawit dengan nilai IW 1,14, sama seperti pada tahun 2002 disparitas perkembangan wilayah sedang yaitu kecamatan Banyudono, dan untuk Kecamatan yang lainnya dengan tingkat disparitas perkembangan wilayah rendah. Secara spasial disparitas perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali antar Kecamatan sebagai berikut tahun 2002 dan 2011 pada gambar 4 dan 5

14 perkembangan wilayah ditunjukkan oleh standardized coefficient Beta. Semakin besar nilai coefficient Beta maka pengaruhnnya semakin besar. Berdasarkan uji statistik tersebut diperoleh persamaan Regresi sebagai berikut: Y = (-1,051) + 0,025X 1 + 0,184X 2 + (- 0,013X 3 ) + 0,158X 4 + 0,160X 5 + 0,069X 6 + 0,076X 7 + 0,337X 8 Berdasarkan data pada tabel 13 pengklasifikasian Disparitas Perkembanga wilayah antar Kecamatan di Kabupaten Boyolali tahun 2002 termasuk klasifikasi tinggi karena masih terdapat kecamatan dengan IW yang sangat tinggi dan IW yang rendah sehingga terdapat kesenjangan yang tinggi. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2011 disparitas perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali termasuk klasifikasi tinggi, karena kesenjangan masih tinggi yang ditunjukkan dengan nilai Indeks Williamson. 3. Faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah Dalam sub bab ini akan membahas mengenai variabel apa yang berpengaruh terhadap perkembangan wilayah dan variabel yang paling berpengaruh dari variabel-variabel tersebut. Berdasarkan uji Statistik dengan menggunakan analisis Regresi untuk tahun Besarnya pengaruh langsung variabel-variabel tersebut terhadap Dimana : X 1 : Fasilitas Pendidikan X 2 : Fasilitas Kesehatan X 3 : Fasilitas Ekonomi X 4 : Jumlah Tenaga Kerja X 5 : Jumlah Perusahaan X 6 : Konstribusi PDRB perkapita X 7 : Jarak Ke Pusat Pemerintahan X 8 : Jumlah Sambungan Telepon Y : Skoring Perkembangan Wilayah Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa nilai variabel yang paling berpengaruh adalah variabel fasilitas kesehatan dengan nilai unstandardized coefficient beta 0,184 dan dengan nilai coefficient Beta 0,483. Sedangkan untuk tahun 2011 Hasil uji Regresi Linier Berganda untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali Tahun Diperoleh persamaan Regresi sebagai berikut: Y = (-1,777) + 0,116X 1 + (-0,073X 2 ) + 0,404X 3 + (-0,009X 4 ) + 0,412X 5 + 0,452X 6 + (-0,075X 7 + (0,418X 8 ) Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa nilai variabel yang paling berpengaruh adalah variabel fasilitas kesehatan dengan nilai unstandardized coefficient beta 0,452 dan dengan nilai coefficient Beta 0,438. Berikut ini dilakukan pengujian pada masing-masing indikator setelah diatas

15 dilakukan pengujian berdasarkan variabel. Berikut hasil dari pengujian Analisis Regresi Linier berganda untuk mengetahui indikator apa yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah. Besarnya pengaruh langsung variabelvariabel tersebut terhadap perkembangan wilayah ditunjukkan oleh standardized coefficient Beta, dimana untuk besar pengaruh Indikator 1 yaitu Fasilitas Publik menunjukkan nilai 0,536, untuk indikator 2 yaitu Indikator Produksi menunjukkan nilai 0,403, untuk indikator 3 yaitu Indikator Aksesibilitas menunjukkan nilai 0,162. Sehingga besar pengaruh yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah adalah indikator fasilitas publik dengan nilai 0,536. Berdasarkan uji statistik tersebut diperoleh persamaan Regresi sebagai berikut: Y = (-1,222) + 0,89X 1 + 0,15X 2 + 0,104X 3 Dimana : X 1 : Fasilitas Pendidikan X 2 : Fasilitas Kesehatan : Fasilitas Ekonomi X 3 Hasil uji Regresi Linier Berganda untuk mengetahui indikator yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali Tahun Besarnya pengaruh langsung variabelvariabel tersebut terhadap perkembangan wilayah ditunjukkan oleh standardized coefficient Beta, dimana untuk besar pengaruh Indikator 1 yaitu Fasilitas Publik menunjukkan nilai 0,514, untuk indikator 2 yaitu Indikator Produksi menunjukkan nilai 0,396, untuk indikator 3 yaitu Indikator Aksesibilitas menunjukkan nilai 0,353. Sehingga besar nilai indikator yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah adalah indikator fasilitas publik dengan nilai 0,514. Berdasarkan uji statistik tersebut diperoleh persamaan Regresi sebagai berikut: Y = (-4,239) + 0,198X 1 + 0,233X 2 + 0,237X 3 Dimana : X 1 : Fasilitas Pendidikan X 2 : Fasilitas Kesehatan : Fasilitas Ekonomi X 3 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat perkembangan wilayah berdasarkan kecamatan di Kabupaten Boyolali dari tahun 2002 dan 2011 terbagi menjadi 3 klasifikasi yaitu perkembangan wilayah naik, tetap, dan turun. Untuk perkembangan wilayah yang naik meliputi Kecamatan Ampel, Karanggede, Sambi, dan Wonosegoro. Untuk perkembangan wilayah yang tetap meliputi Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Banyudono, Teras, Simo, Ngemplak, Selo, Cepogo, Musuk, Sawit, Nogosari, Klego, Andong, dan Kemusu. Sedangkan untuk perkembangan wilayah yang turun hanya Kecamatan Juwangi. Sedangkan perkembangan wilayah berdasarkan Fungsi Pusat Pelayanan, perkembangan wilayah tidak meningkat ataupun tidak mengalami penurunan, sehingga dengan kata lain perkembangan wilayah tetap untuk semua fungsi pusat pelayanan yaitu PKW, PKL, PKLp, PPK, dan PPL.

16 2. Hasil penghitungan dengan indeks williamson untuk mengetahui Ketimpangan perkembangan wilayah di kabupaten Boyolali secara keseluruhan termasuk dalam klasifikasi tinggi dengan nilai IW 0,94 pada tahun 2002 dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 1,52. Ketimpangan perkembangan wilayah berdasarkan fungsi pusat pelayanan sebagai berikut : a. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), pada tahun 2002 dengan IW dari 0,299, meningkat pada tahun 2011 dengan nilai IW 0,318. b. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pada tahun 2002 dengan IW dari 0,304, mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,269. c. Pusat Kegiatan Lokal (PKLp), pada tahun 2002 dengan nilai IW dari 0,557, meningkat pada tahun 2011 menjadi 0,562. d. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), pada tahun 2002 dengan nilai IW dari 1,891, turun menjadi 0,449 pada tahun e. Pusat Pelayanan Lokal (PPL), pada tahun 2002 dengan IW darri 0,586, meningkat pada tahun 2011 menjadi 1,273. Sehingga ketimpangan perkembangan wilayah tertinggi ada di Pusat Pelayanan Lokal dengan IW 1,273 > 0,5 yang berarti disparitas wilayah sangat tinggi. Sedangkan Disparitas perkembangan wilayah berdasarkan Kecamatan yang tertinggi adalah Kecamatan Teras pada tahun 2002 dan Sawit pada tahun 2011, untuk yang termasuk klasifikasi sedang pada tahun 2002 dan 2011 adalah kecamatan Banyudono, sedangkan kecamatan yang lain termasuk klasifikasi rendah pada tahun 2002 dan Hasil dari pengujian data dengan menggunakan Regresi Linier Berganda secara keseluruhan membuktikan bahwa variabel yang paling mempengaruhi perkembangan wilayah di Kabupaten Boyolali adalah variabel Fasilitas Kesehatan pada tahun 2002 dengan nilai coefficient Beta sebesar 0,483. Sedangkan pada tahun 2011 variabel yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah adalah variabel PDRB Perkapita yaitu dengan coefficient Beta sebesar 0,438. Dengan teknik pengujian yang sama namun dengan mengetahui indikator yang paling berpengaruh terhadap perkembangan wilayah adalah indikator fasilitas publik baik pada tahun 2002 dan Saran 1. Pemerintah supaya memperhatikan dan mempertimbangkan mengenai pemerataan perkembangan wilayah. Dengan melakukan pemerataan akan fasilitas-fasilitas publik. Terutama Kecamatan-kecamatan yang nilai perkembangan wilayahnya menurun. Dengan pemerataan fasilitas di setiap kecamatan maka dapat meningkatkan perkembangan wilayah. 2. Pemerintah agar memperhatikan tingkat disparitas di Kabupaten Boyolali yang tinggi, karena nilai IW yang tinggi mengindikasikan bahwa kesenjangan PDRB Perkapita penduduk kabupaten Boyolali yang tidak merata. Pemerintah dapat berkontribusi untuk menaikkan lapangan pekerjaan, meningkatkan tingkat penyerapan tenaga kerja.

17 DAFTAR PUSTAKA Adi Prabowo, Nugroho Analisis perkembangan Wilayah SWP I Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Afif Setiawan, M. Analisis Ketimpangan Pembagunan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Tahun lisis-ketimpangan-pembangunan.html# Diakses:08 Oktober 2013 Anonim Boyolali dalam angka Boyolali: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali Anonim Boyolali dalam angka Boyolali: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali Anonim Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Boyolali: Bappeda Kabupaten Boyolali Anonim Produksi Domestik Regional Bruto Boyolali: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali Anonim Produksi Domestik Regional Bruto Boyolali: Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali Anonim Buku Petunjuk Penyusunan Skripsi. Surakarta: Fakultas Geografi Hartono, Budiantoro Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.jurnal. Semarang: Universitas Diponegoro. Mantra, Ida Bagoes Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Murtopo, Tri Kajian Tingkat Perkembangan Wilayah untuk Penentuan Prioritas Pengembangan di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Muta ali, Lutfi Kapita Selekta Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbitan Fakultas Geografi (BPFG) UGM. Muta ali, Lutfi Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) UGM. Nadiroh, Fuktiatun Ketimpangan Pembangunan Antar Wilayah. etimpangan-pembangunan-antarwilayah.html. Diakses: 08 Oktober Priyana, Yuli Pengantar Metodologi dan Klimatologi. Diktat Kuliah. Surakarta:Fakultas Geografi. Riduwan Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta Rustiadi,, Saefulhakim S, Panuju DR Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sabari Yunus, Hadi Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sjafrizal Ekonomi Wilayah dan Perkotaan. Depok: RajaGrafindo Persada Wiyatri Kajian Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Di Kabupaten Sukoharjo Periode Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Yamin, S. Rachmach, L. A. Dan Kurniawan, H Regresi dan Korelasi dalam Genggaman Anda. Jakarta: Salemba Empat.

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi. Disusun Oleh: Novie Anggraeni NIM: E

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi. Disusun Oleh: Novie Anggraeni NIM: E ANALISIS DISPARITAS PERKEMBANGAN WILAYAH ANTAR FUNGSI PUSAT PELAYANAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH DI KABUPATEN BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2002 DAN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif bagi pencapaian

Lebih terperinci

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA III ANALISIS PELAYANAN

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA III ANALISIS PELAYANAN LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA III ANALISIS PELAYANAN Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.Sc Disusun Oleh : Bhian Rangga JR K 5410012 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Analisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali

Analisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 2 June 2016 51-58 Analisis

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Boyolali termasuk dalam kategori kabupaten yang sedang berkembang.

Lebih terperinci

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA VI ANALISIS EKONOMI II. Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA VI ANALISIS EKONOMI II. Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M. LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA VI ANALISIS EKONOMI II Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.Sc Disusun Oleh : Bhian Rangga JR K 5410012 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANALISIS PUSAT PERTUMBUHANPADA SETIAP FUNGSI PUSAT PELAYANAN DI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS PUSAT PERTUMBUHANPADA SETIAP FUNGSI PUSAT PELAYANAN DI KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS PUSAT PERTUMBUHANPADA SETIAP FUNGSI PUSAT PELAYANAN DI KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan MencapaiDerajatSarjana S-1 Program studigeografi DiajukanOleh

Lebih terperinci

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 ANALISIS DISPARITAS REGIONAL DAN SEKTOR BASIS DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007-2011 Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA IV ANALISIS PERKEMBANGAN DAN DAYA DUKUNG WILAYAH

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA IV ANALISIS PERKEMBANGAN DAN DAYA DUKUNG WILAYAH LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA IV ANALISIS PERKEMBANGAN DAN DAYA DUKUNG WILAYAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.Sc Disusun Oleh : Bhian Rangga

Lebih terperinci

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016 JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 0 NO Sekretariat Daerah Asisten Pemerintahan Asisten Ekonomi, Pembangunan

Lebih terperinci

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016 JUMLAH PEGAWA NEGER SPL/CALON PEGAWA NEGER SPL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERNTAH KABUPATEN BOYOLAL AUGUST 0 NO Sekretariat Daerah 0 Asisten Pemerintahan 0 8 Asisten Ekonomi, Pembangunan dan 0 Kesejahteraan

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010 DAN 2014

KAJIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010 DAN 2014 KAJIAN PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010 DAN 2014 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

ANALISIS SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI DI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI DI KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI DI KABUPATEN BOYOLALI Program Studi Geografi NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Srjana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO ANTARA TAHUN 2008 DAN 2013

PERKEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO ANTARA TAHUN 2008 DAN 2013 1 PERKEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SUKOHARJO ANTARA TAHUN 2008 DAN 2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat Sarjana S- 1 Fakultas Geografi Diajukan Oleh : Andi

Lebih terperinci

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Boyolali 3.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110 22'

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI No. 1/08/3309/Th.I, 11 Agustus 2016 PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA KAB. BOYOLALI (ANGKA TETAP TAHUN 2015) Angka Tetap (ATAP) produksi padi Kabupaten Boyolali Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah tersebut yang paling besar adalah masalah

Lebih terperinci

DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH

DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH 424 DISPARITAS PEMBANGUNAN ANTAR DAERAH Fiji Sugama Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas, Km. 12,5 Panam Pekanbaru,

Lebih terperinci

Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

Jurnal GeoEco ISSN: Vol. 1, No. 1 (Januari 2015) Hal PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PERUBAHAN DAYA DUKUNG LAHAN KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2003-2012 Ratih Puspita Dewi 1, Chatarina Muryani 2, Sarwono 3 anyun_me98@yahoo.com ABSTRACT This Research aims to determine: 1) Population growth,

Lebih terperinci

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT. Latifa Hanum 1) ABSTRACTS

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT. Latifa Hanum 1) ABSTRACTS JURNAL PENELITIAN LUMBUNG, Vol. 15, No. 2, Juli 2016 KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT Latifa Hanum 1) ABSTRACTS Based on UU No.38/2003,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian 47 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode deskriptif analisis merupakan metode yang memusatkan diri pada suatu pemecahan masalah yang terjadi pada masa sekarang berupa masalah-masalah

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUAHAN PENDUDUK DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2009 DAN 2013

ANALISIS PERTUMBUAHAN PENDUDUK DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2009 DAN 2013 ANALISIS PERTUMBUAHAN PENDUDUK DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2009 DAN 2013 NASKAH PUBLIKASIH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KETERSEDIAAN FASILITAS SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009 DAN 2013

ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KETERSEDIAAN FASILITAS SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009 DAN 2013 ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP KETERSEDIAAN FASILITAS SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009 DAN 2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN PERKEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN BOYOLALI

KEMISKINAN DAN PERKEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN BOYOLALI KEMISKINAN DAN PERKEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN BOYOLALI Wahyuni Apri Astuti dan Muhammad Musiyam Staf Pengajar Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU THE CONTRIBUTION OF THE FISHERIES SUB-SECTOR REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2015 ISBN Purwokerto, 13 Juni 2015

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2015 ISBN Purwokerto, 13 Juni 2015 PEMANFAATAN DATA SPASIAL UNTUK MENGKAJI KORELASI PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KETERSEDIAAN SARANA PRASARANA SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008 DAN 2012 Umrotun 1, Ratna Kartikawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ilmu Geografi dalam hal pendekatannya menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, dan pendekatan kompleks wilayah. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI TIAP KECAMATAN DI KABUPATEN BOYOLALI Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah epidemi (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune. Deficiency Syndrome) HIV/AIDS dan penyebarannya yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. masalah epidemi (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune. Deficiency Syndrome) HIV/AIDS dan penyebarannya yang sangat cepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dapat dikategorikan sebagai salah satu pembahasan utama dalam agenda Internasional, khususnya dalam membahas masalah epidemi (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN TINGKAT PARTISIPASI PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI DENGAN FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING

PENGELOMPOKAN TINGKAT PARTISIPASI PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI DENGAN FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING digilib.uns.ac.id PENGELOMPOKAN TINGKAT PARTISIPASI PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI DENGAN FUZZY SUBTRACTIVE CLUSTERING oleh YENNY YULIANTINI M0107067 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time series) antara tahun 2009 hingga tahun 2013. Data tersebut terdiri dari:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Fisik Wilayah dengan Pendapatan Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Fisik Wilayah dengan Pendapatan Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Fisik Wilayah dengan Pendapatan Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN FISIK WILAYAH DENGAN PENDAPATAN PETANI TANAMAN PANGAN DI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 900 j9)c; TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 900 j9)c; TAHUN 2014 TENTANG KEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 900 j9)c; TAHUN 2014 TENTANG PENUNJUKAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI BOYOLALI, Menimbang..

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011 HALAMAN JUDUL NASKAH PUBLIKASI DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan MencapaiGelarSarjana S1 Program

Lebih terperinci

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI

EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI EVALUASI SOSIAL EKONOMI UNTUK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIMO KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 1 Fakultas Geografi Oleh : HERVID

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan data dipersiapkan dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan dan ciri perjuangan nasional dengan mengkaji dan memperhitungkan implikasinya dalam berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI ACEH DENGAN PENDEKATAN INDEKS KETIMPANGAN WILLIAMSON PERIODE TAHUN 2008-2011 INCOME DISPARITY ANALYSIS AMONG DISTRICTS IN ACEH PROVINCE USING INDEX

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis ketimpangan wilayah menggunakan Indeks Williamson, diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis ketimpangan wilayah menggunakan Indeks Williamson, diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis transformasi struktural (struktur ekonomi) dengan menggunakan metode pengelompokan sektor berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah

BAB 1 PENDAHULUAN. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. repository.unisba.ac.id. 3.1 Metode Pendekatan Studi

BAB III METODOLOGI. repository.unisba.ac.id. 3.1 Metode Pendekatan Studi BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pendekatan Studi Metode pendekatan dalam penyusunan tugas akhir Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi Pembangunan Jembatan Suramadu Terhadap Kondisi Masyarakat Kabupaten Sumenep

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN INSENTIF REGULER KOMPETITIF

LAPORAN PENELITIAN INSENTIF REGULER KOMPETITIF LAPORAN PENELITIAN INSENTIF REGULER KOMPETITIF ANALISIS FAKTOR FISIK SOSIAL-EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN DENGAN POLA PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH Oleh : Drs. Agus Dwi Martono,

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU

KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU KAJIAN DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP KESENJANGAN EKONOMI ANTAR DAERAH PESISIR DI PROVINSI BENGKULU The Impact Of Regional Divisions To Economic Disparity Among Coastal Regions In Bengkulu Province

Lebih terperinci

B U P A T I B O Y O L A L I P R O V I N S I J A W A T E N G A H

B U P A T I B O Y O L A L I P R O V I N S I J A W A T E N G A H B U P A T I B O Y O L A L I P R O V I N S I J A W A T E N G A H PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator tingkat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan suatu daerah dalam suatu periode tertentu, Perhitungan PDRB Kota Medan dan

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Oleh: FREDY ADI SAPUTRO B

ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Oleh: FREDY ADI SAPUTRO B ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN ANTAR DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 PUBLIKASI ILMIAH Disusun Oleh: FREDY ADI SAPUTRO B 300 050 028 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI DINAS KESEHATAN Jalan Pandanaran Nomor 156,Boyolali 57311, Propinsi Jawa Tengah Telp. (0276) 321009, Faks.( 0276 ) 325847, e-mail : dinkes@boyolali.go.id PENGUMUMAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 31 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data). 3.2 Metode Analisis Data 3.2.1 Analisis Weighted

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk Domestik

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN PENGANGGURAN TERDIDIK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

HUBUNGAN ANTARA KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN PENGANGGURAN TERDIDIK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN HUBUNGAN ANTARA KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI DENGAN PENGANGGURAN TERDIDIK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2005-2010 Benedicta Anin Puspa Listyawati anin_benedicta@yahoo.com Sukamdi kamdi_cpps@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN ESELON PADA INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada penilaian kualtias pertumbuhan ekonomi kawasan Subosukowonosraten. Data diambil secara tahunan pada setiap

Lebih terperinci

PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN

PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN PENGARUH PDRB, INFLASI DAN UMR TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR TAHUN 1994 2013 Mualif Ainur Rohman, Mamak Moh. Balafif, Susi Tri Wahyuni Prodi Ekonomi Pembangunan Ekonomi Universitas Bhayangkara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari 14 (empat belas) kabupaten/kota (Gambar 3.1) dengan menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu metode yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah-masalah yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Disparitas perekonomian antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Disparitas ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan

Lebih terperinci

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI PENGARUH PERKEMBANGAN INDUSTRI SKALA SEDANG DAN BESAR YANG TERAGLOMERASI TERHADAP PERMUKIMAN DI MOJOSONGO-TERAS, KABUPATEN BOYOLALI Riky Dony Ardian, Ana Hardiana, Rufia Andisetyana Putri Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian dengan menitikberatkan permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai obyek penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ANALISIS EKONOMI I ACARA V. Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ANALISIS EKONOMI I ACARA V. Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M. LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ANALISIS EKONOMI I ACARA V Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.Sc Disusun Oleh : Bhian Rangga JR K 5410012 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional,

BAB III METODE PENELITIAN. struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas tentang laju pertumbuhan ekonomi, struktur dan pertumbuhan ekonomi, tingkat ketimpangan pendapatan regional, serta hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur utama untuk kelangsungan hidup manusia. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan air, keberadaan air semakin lama dirasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita diperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS PUSAT PERTUMBUHANPADA SETIAP FUNGSI PUSAT PELAYANAN DI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS PUSAT PERTUMBUHANPADA SETIAP FUNGSI PUSAT PELAYANAN DI KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS PUSAT PERTUMBUHANPADA SETIAP FUNGSI PUSAT PELAYANAN DI KABUPATEN BOYOLALI Usulan Penelitian Untuk skripsi S-1 Program studi Geografi Diajukan Oleh : Adi Yusuf Iskandar NIM E100100066 Kepada FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun PENGANTAR Latar Belakang Upaya peningkatan produksi susu segar dalam negeri telah dilakukan guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun ke tahun. Perkembangan usaha sapi perah

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI WILAYAH SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN DAN PELAYANAN DI KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS POTENSI WILAYAH SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN DAN PELAYANAN DI KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS POTENSI WILAYAH SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN DAN PELAYANAN DI KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: AKHMAD HERMAWAN SAPUTRA NIM E 100 1000 05 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN NGAWI ERA SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH (TAHUN ) TESIS

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN NGAWI ERA SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH (TAHUN ) TESIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN NGAWI ERA SEBELUM DAN SESUDAH OTONOMI DAERAH (TAHUN 1997 2011) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH TAHUN (Dengan Model Panel Data)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH TAHUN (Dengan Model Panel Data) PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH TAHUN2010-2014 (Dengan Model Panel Data) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister

Lebih terperinci

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) Geo Image 4 (1) (2015) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage ANALISIS KESESUAIAN PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN ARAHAN FUNGSI KAWASAN DI KABUPATEN BOYOLALI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL SPATIAL AUTOREGRESSIVE (SAR) SKRIPSI Disusun Oleh: RAHMAH MERDEKAWATY 24010212140062 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Disparitas Pembangunan antar Wilayah Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar

Disparitas Pembangunan antar Wilayah Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Disparitas Pembangunan antar Wilayah Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar Reza Fauzi Bakri, Mukti Ali, Venny Veronica Natalia Program Studi Pengembangan Wilay ah Kota, F akultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator untuk menentukan atau menilai apakah suatu negara pembangunannya berhasil atau tidak. Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH - 1 - BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang

Lebih terperinci

Disusun Oleh: NURUL FAJRINA B

Disusun Oleh: NURUL FAJRINA B ANALISIS RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2012-2015) Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha sadar dan berencana untuk meningkatkan mutu hidup. Pelaksanaannya akan selalu menggunakan dan mengelola sumberdaya baik sumberdaya alam dan

Lebih terperinci

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-290 PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Eta Rahayu dan Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi statistik yang akurat dan tepat waktu. Informasi tersebut selain menunjukkan perkembangan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA Dian Hadian 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi kang_dian78@yahoo.com Unang 2) Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Jombang Tahun

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Jombang Tahun 1 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Di Kabupaten Jombang Tahun 2004-2013 (The Analysis Factors That Influenced Unemployment In Jombang District In Periode 2004-2013) Setyo Tri

Lebih terperinci

PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI

PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI PENGARUH INDIKATOR KOMPOSIT INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SULAWESI SELATAN SKRIPSI YUNITA MAHRANY A 111 08 293 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Mukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H. Setiyawan Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK

Mukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H. Setiyawan Laboratorium Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ABSTRAK ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN PETERNAKAN DI JAWA TENGAH (The Analysis of Factors to Influence Agriculture Development in Central Java) Mukson, E. Prasetyo, B. M. Setiawan dan H.

Lebih terperinci

INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON)

INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON) BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PONTIANAK No : 02/02/6171/Th VI, 12 Pebruari 2008 INDEKS KESENJANGAN EKONOMI ANTAR KECAMATAN DI KOTA PONTIANAK (INDEKS WILLIAMSON) Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kota Pontianak

Lebih terperinci

ANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO

ANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO ANALISA KERUANGAN PADA KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN PURWOREJO Faizah Hikmawati 1, Priyono 2, Jumadi 3 1 Alumni Fakultas Geografi UMS, 2,3 Dosen Fakultas Geografi UMS Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH TAHUN (Dengan Model Panel Data)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH TAHUN (Dengan Model Panel Data) digilib.uns.ac.id PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH TAHUN2010-2014 (Dengan Model Panel Data) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH ANALISIS PENGARUH DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TENGAH Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( )

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH ( ) PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (1988-2012) SKRIPSI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesenjangan Antar Daerah Menurul Cornelis Lay dalam Lia (1995), keterbelakangan dan kesenjangan daerah ini dapat dibagi atas empat pemikiran utama yaitu keseimbangan regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Cakupan wilayah penelitian adalah seluruh Kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan. Meliputi 20 wilayah Kabupaten dan 3 kotamadya. Penelitian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan terhadap Disparitas antar Kabupate/kota di Provinsi Sulawesi Selatan : 1. Pada periode pengamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 32 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil lokasi di seluruh kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang,

Lebih terperinci

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi

Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi. Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi Pengaruh Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Jambi Oleh: *) Irmanelly **)Dosen Tetap STIE Muhaammadiyah Jambi Abstrak Salah satu indikator yang umum digunakan untuk mengukur Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. akuifer berproduksi sedang, yaitu akuifer tidak menembus, tipis dan keterusan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. akuifer berproduksi sedang, yaitu akuifer tidak menembus, tipis dan keterusan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Ditinjau dari kedalaman air tanah, wilayah Boyolali termasuk dalam kategori akuifer berproduksi sedang, yaitu akuifer tidak menembus, tipis dan

Lebih terperinci

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN REGIONAL DI PROVINSI ACEH Abstract This study aimed to analyze the level of income disparity in the district / city in the province of Aceh. The study used secondary data

Lebih terperinci