PRESERVASI DAN ADAPTASI BANGSAL KAMAGANGAN, KERATON YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Jawa Timur secara umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

BAB II KAJIAN LITERATUR

Pelestarian Aspek Kesemestaan Dan Kesetempatan Dalam Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

ADAPTATION AND CONSERVATION OF THE SRI MANGANTI HALL AT YOGYAKARTA S KERATON PALACE COMPLEX

Pelestarian Makna Universal - Kelokalan dan Wujud Arsitektur Bangsal Sitihinggil di Kraton Yogyakarta

ABSTRAK. Kata Kunci : Ruang publik, Yaroana Masigi, Pelestarian

KONSERVASI ARSITEKTURAL BANGUNAN INDUK MASJID GEDHE KAUMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB III ELABORASI TEMA

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

Pelestarian Aspek Kesemestaan Dan Kesetempatan Dalam Arsitektur Bangsal Sitihinggil Di Kraton Yogyakarta

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

Rumah Jawa adalah arsitektur tradisional masyarakat Jawa yang berkembang sejak abad ke- 13 terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

Bab VI. KESIMPULAN dan SARAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

BAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam

Studi Elemen Interior Rumah Adat Sumbawa

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Restorasi Gedung Indonesia Menggugat Terhadap Peraturan Daerah Tentang Bangunan Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

PUSAT RESTORAN MASAKAN TRADISIONAL YOGYAKARTA DENGAN KONSEP TROPIS MODERN BAB I PENDAHULUAN

UTS SPA 5 RAGUAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

TINJAUAN DESAIN ARSITEKTUR HUMA GANTUNG BUNTOI

Fasilitas Ecomuseum Suku Dayak Kenyah Desa Pampang di Samarinda

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan adalah salah satu usaha dari pelestarian benda cagar budaya yang nampaknya

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

DAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumatera Utara memiliki beberapa Kesultanan pada masanya, yang

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini kota-kota di Indonesia telah banyak mengalami. perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Pembangunan massa dan

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

Transkripsi:

PRESERVASI DAN ADAPTASI BANGSAL KAMAGANGAN, KERATON YOGYAKARTA Yohane s Kurniawan Mahasiswa S1 Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Abstract The object of this research is Bangsal Kamagangan of Keraton Yogyakarta. The building is currently intact, however there seem need to consider things that can alter the physical condition of building. This research shows values, elements and periods of construction. Function, form, and meaning, afterward the cultural meaning is revealed and explained in order to clarify the conservation needed. The research is approached using Capon's theory on function-form-meaning. Burra Charter principles are used to determine the cultural meanings to be maintained through conservation act. Method used is qualitative-descriptive. Function-form-meaning of the object are described which also becomes the reference for cultural meaning, which are: architectural value, artistic value and technical value categorized as form, social value categorized as function, and meaning from those values. The cultural meaning consists of architectural value, artistic vaue, social value and technical value. Architectural value: the buiding elements with Java Architectural style. Artistic value: ornaments which display architecture style and Yogyakarta Palace local culture. Social value value: the relation of Bangsal Kamagangan with and for the people around. Technical value: traditional structure of Java building. The period 1921-1934 is determined as the period of conservation. The proper conservation act is adaptation which consider material technology and building age and also by preservation through routine maintenance. Keywords: bangsal, kamagangan, cultural meaning, preservation, adaptation Abstrak Obyek penelitian yaitu Bangsal Kamagangan di Keraton Yogyakarta, kondisinya saat ini dapat dikatakan baik namun perlu memperhatikan hal hal yang dapat mempengaruhi kondisi fisik bangunan. Studi ini mengungkap nilai-nilai, elemen dan periode pembangunan bangunan. Fungsi-bentuk-makna dibaca wujudnya pada objek, lalu diungkap makna kulturalnya pada elemen signifikan untuk memperjelas tindakan konservasi yang diperlukan. Pendekatan melalui Teori Capon untuk melihat susunan elemen arsitektur berupa fungsi-bentuk-makna. Teori pelestarian Piagam Burra Charter sebagai pendekatan Makna Kultural, yang dipertahankan melalui tindakan pelestarian. Metode yang digunakan ialah deskriptif kualitatif. Fungsi-bentuk-makna dideskripsikan pada obyek, sekaligus sebagai acuan Makna Kultural, yaitu: aspek bentuk berupa Nilai Arsitektur dan Nilai Teknikal dan aspek Fungsi berupa Nilai Sosial, dan aspek Makna tersirat pada Nilai-nilainya. Makna Kultural berupa Nilai Arsitektural, Nilai Artistik, Nilai Sosial dan Nilai Teknikal. Nilai Arsitektural: elemen pembentuk bangunan bergaya Arsitektur Jawa, Nilai Artistik: Ornamen-ornamen yang melambangkan langgam arsitektur serta ciri khas budaya di Keraton Yogyakarta, Nilai Sosial: hubungan Bangsal dengan dan bagi masyarakat sekitar. Nilai Teknikal: struktur tradisional bangunan Jawa. Periode tahun 1921-1934 ditentukan sebagai acuan konservasi bangunan. Tindakan pelestariannya ialah Adaptasi dengan memperhatikan kemajuan materal dan umur bangunan dan Preservasi berupa perawatan rutin. Kata-kata kunci: bangsal, magangan, makna kultural, preservasi, adaptasi MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41 SEMESTER GANJIL 2016-2017 1

1. Pendahuluan Bangunan Arsitektur Tradisional seperti Arsitektur Tradisional Jawa merupakan aset peninggalan sejarah yang sangat berharga dan selayaknya untuk dijaga dan dilestarikan. Bangunan tersebut memiliki nilai sejarah, seni dan kebudayaan dari jamannya yang sangat berharga. Setiap elemen bahkan dapat menyimpan nilai sejarah yang unik dan khusus. Salah satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat Keraton Yogyakarta yang memilki seni budaya lokal atau Nusantara juga mempunyai karakteristik sendiri. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah tertua kedua di Indonesia, yang dibentuk oleh pemerintah negara bagian Indonesia. Pada 13 Februari 1755 Sri Sultan Sultan Hamengkubuwono I mendirikan sebuah kompleks bangunan di Yogyakarta dengan nama Keraton. Keraton Yogyakarta berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istana yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Kemenarikan bangunan Keraton Yogyakarta bukan hanya terletak pada arsitektur Jawa, tetapi juga pada kandungan nilai-nilai kultural-edukatif yang visualisasinya nampak dalam simbolsimbol. Melalui bangunan Keraton nilai-nilai luhur yang telah tersaring dari berbagai rekaman sejarah dan budaya secara non-verbal dapat divisualisasi juga disosialisasikan agar menjadi sumber inspirasi yang tidak pernah kering bagi setiap generasi. Nilai kebudayaan yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta sudah sepatutnya dikenal oleh orang banyak, baik itu dalam lingkup Nasional maupun Internasional, sehingga akan menarik wisatawan mancanegara ataupun domestik untuk datang dan mengunjungi Keraton Yogyakarta. Hal ini tentunya akan menjadi magnet untuk bidang pariwisata di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Komplek Kesultanan Keraton Yogyakarta terdiri atas 2 jenis bangunan, bangunan yang terbuka di area tengah komplek disebut dengan Bangsal, sedangkan bangunan yang menggunakan dinding di area pinggiran disebut dengan Gedhong. Keraton terdiri atas puluhan objek yang merupakan cagar budaya, memiliki sejarah yang cukup panjang yang dapat kita kaji dan pelajari. Terdapat banyak bangsal, regol, plengkung, gedhong dan yang lainnya mempunyai fungsi masing-masing dari dulu sampai sekarang. Keraton Yogyakarta memberi andil besar dalam upaya pelestarian budaya Jawa dalam melakukan peran budaya juga peran sosial lewat interaksi dengan masyarakat. Keraton Yogyakarta merupakan objek wisata yang harus kita pelihara dan kita tingkatkan potensimya. Di antaranya dengan perbaikan dan pembenahan. Figur 1. Keraton Yogyakarta 2 Yohanes Kurniawan Preservasi Dan Adaptasi Bangsal Kamagangan, Keraton Yogyakarta

Salah satu Bangsal yang terdapat di Keraton Yogyakarta adalah Bangsal Kamagangan Dahulu Bangsal Kamagangan digunakan untuk penerimaan calon pegawai (abdi-dalem Magang), tempat berlatih dan ujian serta apel kesetiaan para abdi-dalem magang. Bangsal Kamagangan yang terletak di tengah halaman besar saat ini digunakan sebagai tempat upacara Bedhol Songsong, pertunjukan wayang kulit yang dilakukan pada saat selesainya seluruh upacara di Keraton. Figur 2. Bangsal Kamagangan Seiring dengan perkembangan jaman dan terjadi pembaharuan terhadap bangunan terbentuk kemungkinan berkurangnya nilai-nilai kesejarahan bangunan, hingga kehilangan makna yang dikandungnya. Oleh karena itu diperlukan sebuah penelitian terhadap struktur bangunan sejak berdiri. Dimulai dari hal ini, tindak konservasi dapat ditentukan agar makna bersejarah sebuah bangunan dapat dipertahankan dan secara nyaman digunakan beraktivitas Pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai pedoman apabila terjadi sebuah kerusakan tidak terduga di masa yang akan datang. Selain itu juga dapat membantu banyak dalam ilmu konservasi dan bidang studi arsitektur. Penelitian menggunakan metode kualitatif (Studi Literatur, Observasi aktif maupun pasif serta Dokumentasi mengenai objek studi) serta metode komparatif membandingkan data yang ditemukan dari studi literatur dengan data hasil lapangan dari dokumentasi. Kemudian secara deskriptif data data dinilai dan dianalisa, untuk mendapatkan pertimbangan tindakan konservasi yang dibutuhkan. Setelahnya ditemukan kesimpulan dan saran penelitian. Bangsal Kamagangan memiliki Nilai Arsitektural, Nilai Estetika, Nilai Sosial juga Nilai Teknikal sehingga perlu dilakukan tindakan Konservasi yang tepat agar Nilai dan kondisi fisiknya tetap terjaga. Karena itu perlu diketahui keistimewaan dan keunikan yang dimiliki oleh bangsal kamagangan sehingga tercipta kebutuhan untuk dilakukan tindakan konservasi. Kemudian elemen apa saja yang memiliki nilai penting pada bangsal kamagangan dan tindakan konservasi guna menjaga keutuhan dan nilai di bangsal kamagangan MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41 SEMESTER GANJIL 2016-2017 3

2. Teori Konservasi Konservasi merupakan sebuah tindakan untuk mempertahankan makna kultural sebuah objek cagar budaya. Pelaksanaannya dengan cara perawatan, disertai tindakan konservasi yang disesuaikan dengan keadaan seperti: preservasi, restorasi, rehabilitas, adaptasi, atau kombinasi beberapa perlakuan sekaligus (Orbasli, 1999). Piagam Burra (1999) mendefinisikan konservasi sebagai semua proses yang dilakukan untuk merawat sebuah lokasi dalam rangka mempertahankan makna kulturalnya. Termasuk di dalamnya tindakan pemeliharaan yang juga dapat disesuaikan dengan kondisi objeknya. Masalah ekonomi, arsitektural, dan sosial merupakan lingkup yang harus diperhatikan dalam konservasi. Sedangkan dalam lingkup waktu ialah masa lalu, masa kini dan masa depan dari objek cagar budaya. Tujuan dari konservasi adalah untuk mencegah kerusakan, mengadaptasikan dengan keadaan, dan meningkatkan nilai guna dan usia bangunan. Prevensi merupakan tindakan yang dilakukan untuk memperlambat proses kerusakan bangunan dengan melakukan pengendalian lingkungan agar lingkungan sekitar tidak menjadi perantara penurunan mutu bangunan. (Orbasli, 2008:47). Pengendalian lingkungan dilakukan untuk mencegah agen penyebab kerusakan menjadi aktif (Feilden, 1994:9). Preservasi bertujuan untuk mempertahankan bangunan pada bentuk dan kondisinya semula serta melakukan tindakan pemeliharaan dan perbaikan untuk mencegah atau memperlambat penurunan mutu bila diperlukan. (Orbasli, 2008:47). Kerusakan yang disebabkan oleh air, zat kimia, dan semua jenis hama serta mikro-organisme harus dihentikan untuk menjaga struktur bangunan. (Feilden, 1994:9). Konsolidasi merupakan tindakan konservasi dengan tujuan menguatkan elemen bangunan dengan melakukan penambahan fisik atau bahan pendukung lainnya untuk memastikan ketahanan dan keutuhan strukturnya. (Feilden, 1994:9) Restorasi merupakan pengembalian bangunan ke keadaan semula dengan menghilangkan tambahan dan mengembalikan bagian-bagian yang hilang serta konsep bangunan tanpa menggunakan bahan baru. Restorasi dilakukan sebagai bentuk penghargaan pada material asli, bukti arkeologikal, desain, serta dokumen asli. (Feilden, 1994:9). Restorasi juga dapat diartikan mengembalikan bangunan atau bagian dari bagunan kepada bentuk asalnya yang pernah muncul pada waktu tertentu pada masa dahulu. Intervensi kecil seperti mengganti detail yang hilang juga termasuk ke dalam tindakan restorasi. (Orbasli, 2008:50). Rehabilitasi merupakan tindakan pengembalian bangunan ke keadaan semula dengan perbaikan agar bangunan dapat digunakan lagi dan nilainilainya tetap bertahan. (Murtagh, 2005). Cara terbaik untuk menjaga bangunan dari penurunan mutu adalah dengan membuatnya selalu difungsikan. Fungsi aslinya secara umum adalah fungsi yang paling baik 4 Yohanes Kurniawan Preservasi Dan Adaptasi Bangsal Kamagangan, Keraton Yogyakarta

untuk digunakan karena meminimalisasi terjadinya perubahan. (Feilden, 1994:10). Adaptasi dilakukan untuk melanjutkaan kebergunaan bangunan bersejarah, misalnya dengan mengubah fungsinya sesuai dengan perkembangan zaman. Kebanyakan bangunan bersejarah akan mengubah fungsinya seiring dengan berjalannya waktu yang tentu akan sedikit mengubah tatanan ruang dalam dan susunan bangunan. Namun kesesuaian fungsi baru dengan susunan bangunan serta kesatuannya dengan lingkungan harus dipertimbangkan dengan sangat baik agar bangunan tidak kehilangan maknanya. (Orbasli, 2008:46). Rekonstruksi merupakan tindakan menciptakan kembali sebuah replika atau tiruan dari bangunan pada tapak aslinya sesuai dengan bukti yang sahih. (Feilden, 1994:12). Rekonstruksi sering dilakukan untuk menggantikan bangunan atau bagian dari bangunan setelah terjadinya kebakaran, kerusakan akibat perang, gempa bumi, atau bencana lainnya. Memindahkan bangunan ke tapak yang baru juga termasuk ke dalam bentuk rekonstruksi. Hal ini dapat terjadi bila bangunan bersejarah mendapat ancaman dan perlu dijaga sehingga harus dipindahkan ke tempat lain. Selain alasan tersebut, maka bangunan bersejarah dapat kehilangan nilai kultural yang penting dan resiko terpengaruhnya nilai bangunan bersejarah terhadap area lingkungan yang baru. (Orbasli, 2008:48). 3. Teori Fungsi, Bentuk dan Makna, Capon Menurut Capon, arsitektur merupakan sebuah kesatuan hubungan strukturalis antara fungsi, bentuk, dan makna. Dan menurut Salura, awalnya arsitektur merupakan pemenuhan manusia akan sebuah aktivitas (fungsi). Aktivitas tersebut perlu diakomodasi oleh sebuah wadah atau medium (bentuk), dimana bentukt tersebut menciptakan sebuah arti (makna) Maka fungsi, bentuk, dan makna merupakan elemen pembentuk arsitektur (Alwin, 2012) Fungsi. Dalam arsitektur, fungsi merupakan tujuan dari pembentukan medium dalam rangka untuk memenuhi sebuah aktivitas. Fungsi arsitektur selalu terkait dengan konteksnya, yang dikelompokkan sebagai (kutipan dari Salura dan Capon (Alwin, 2012)).: 1. Konteks manusia: pengguna bangunan, hasil karya (aturan, pedoman, tradisi, bentuk/warna kesukaan), kelompok sosial yang berpengaruh (dan budayanya). 2. Konteks alam: tempat dari bangunan (karakter fisik, spirit) dan lingkungan alamnya (yang mewadahi tempat dan memberi pengaruh). 3. Konteks bangunan : bentukan bangunan dan tapak di sekelilingnya yang berkaitan. Misalkan kotenks melalui pola gaya arsitektur, bentuk atap, ornamentasi atau material. Relasi fungsi dengan bentuk dan makna adalah: MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41 SEMESTER GANJIL 2016-2017 5

Relasi Fungsi dengan Bentuk: Simbolisasi sebuah bentuk mencerminkan aktivitas yang diwadahi oleh bangunan, baik aktivitas utama maupun aktivitas sirkulasi. Relasi Fungsi dengan Makna: Tampak menggambarkan kegiatan di dalamnya, baik melalui elemen atau simbolik fungsinya. Bentuk. Dalam arsitektur, bentuk merupakan sebuah wadah dari aktivitas, yang mempunyai struktur konstruksi (Salura,2010:50). Bentuk dapat dilihat melalui. (Capon,1999:41; Parker dalam Sachari,2001:158). 1. Elemen bangunan, berupa atap, dinding, lantai dengan pembentuk berupa garis, bidang dan volume. 2. Susunannya: melalui sistem sumbu, grid, pengulangan dan rotasi. 3. Estetikanya: melalui asas kesatuan, keragaman, harmoni, tema, variasi tema, keseimbangan, evolusi dan penjenjangan Relasi elemen bentuk dengan fungsi dan makna adalah: Relasi Bentuk dengan Fungsi: Bentuk simbolisasi dari fungsi di dalamnya. Relasi Bentuk dengan Makna: Bentuk menciptakan citra, ide, simbol. Makna. Menurut Saluran dan Capon, makna merupakan sebuah pesan atau arti yang diterjemahkan melalui pandangan akan sejarah atau fungsi, yang dilihat dari susunan elemen pembentuknya. Makna simbolik bangunan dapat berupa: (1) Simbolik pemilik/organisasi. (2) Simbolik budaya/gaya hidup (3) Simbolik dari tujuan tertentu (Alwin, 2012). 4. Bangsal Kamagangan Bangsal Kamagangan, atau disebut juga Bangsal Magangan merupakan salah satu Bangsal yang terletak di salah satu area Kerato Kasultanan Yogyakarta. Merupakan Bangsal yang dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai salah satu bangunan awal Keraton. Bangsal ini dulu berfungsi sebagai tempat persiapan bagi abdi dalem keraton yang hendak diwisuda (baik abdi dalem baru atau yang mendapat kenaikan pangkat) oleh penguasa Keraton. Bangsal ini juga digunakan sebagai tempat upacara Tumplak Wajik, atau prosesi awal pembuatan gunungan untuk upacara Grebeg. Bangsal Kamagangan saat ini juga berfungsi sebagai tempat upacara wisuda abdi dalam Keraton (figur 4.) juga pemberian Honorarium para abdi dalam keraton (figur 5). Selain itu Bangsal Kamagangan juga digunakan sebagai upacara Bedhol songsong (pagelaran wayang semalaman) sebagai penutup dari setiap acara ritual. Hal ini baru dilakukan pada jaman Pemeberintahan Sultan HB IX atas permintaan warga sekitar 6 Yohanes Kurniawan Preservasi Dan Adaptasi Bangsal Kamagangan, Keraton Yogyakarta

Figur 3. Wisuda Abdi Dalem Keraton Figur 4. Pemberian Honorarium Abdi Dalem Keraton Fungsi Bangsal Kamagangan juga sebagai tempat masuk prosesi para Prajurit Keraton pada saat upacara Gerebeg menuju Keraton seperti yang dilakukan pada upacara Gerebeg Idul Adha (figur 5.) Para Prajurit Keraton yang berjumlah 8 Bregada masing masing berjumlah 40 pasukan, berkumpul di halaman Kamagangan sebelum masuk melewati Keraton menuju alun alun utara (figur 6.) Figur 5 Pasukan Keraton memasuki Halaman Bangsal Figur 6 Pasukan Keraton di Halaman Bangsal 5. Konservasi Bangsal Kamagangan Konservasi pada Bangsal Kamagangan dilakukan untuk memperpanjang umur bangunan sebagai sebuah peninggalan bersejarah serta menjaga bahkan meningkatkan Nilai-nilai yang merupakan Makna Kultural yang dimiliki Bangsal MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41 SEMESTER GANJIL 2016-2017 7

Kamagangan. Meningkatkan nilai bangunan dengan mempertahankan suasana, aktivitas dan keotentikan bangunan, agar tetap dapat digunakan dan memberikan pembelajaran hingga masa yang akan datang. 6. Penjabaran Elemen-Elemen Signifikan Dilihat dari Analisis serta Nilai-Nilai yang dimiliki maka beberapa elemenelemen signifikan yang membawa Nilai-Nilai tersebut adalah: Tabel 1. Elemen-elemen signifikan Bangsal Kamagangan Elemen Signifikan Fungsi Saka (Kolom) Balok Usuk Umpak Ander Molo Nanasan Selo Gilang Struktur Penutup Lantai Penutup Atap Nilai yang dimiliki Nilai Sosial Nilai Arsitektural Nilai Arsitektural Nilai Arsitektural Nilai Arsitektural, Nilai Artistik Nilai Arsitektural Nilai Arsitektural, Nilai Artistik Nilai Artistik Nilai Artistik Nilai Arsitektural, Nilai Teknikal Nilai Arsitektural Nilai Arsitektural Fungsi Bangsal sebagai tempat Abdi Dalem (Wisuda, Pelantikan, Pemberian Honorarium) juga dengan Masyarakat sekitar (Upacara Bedhol Songsong) Soko (Kolom), Balok, Usuk, Ander, Molo dan Nanasan dari Kayu Jati Umpak dan Selo Gilang dari Batu Andesit hitam dan Marmer. Ukiran Nabi Muhhammad dalam Bahasa Arab pada umpak Struktur rumah Joglo Pangrawit sebagai bangunan tradisional Jawa Penutup Lantai tegel corak dan warna sama sebagai adaptasi perkembangan material Penutup Atap dengan pola Lei dan warna serupa sebagai adaptasi terhadap perkembangan material dan segi umur material (Sirap Metal) 8 Yohanes Kurniawan Preservasi Dan Adaptasi Bangsal Kamagangan, Keraton Yogyakarta

Figur 7. Saka Bangsal Kamagangan Figur 8. Balok Bangsal Kamagangan Figur 9. Plafon, Usuk Bangsal Kamagangan Figur 10. Umpak Bangsal Kamagangan MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41 SEMESTER GANJIL 2016-2017 9

Figur 11. Molo Bangsal Kamagangan Figur 12. Nanasan Bangsal Kamagangan Figur 13. Selo Gilang Bangsal Kamagangan Figur 14. Struktur Bangsal Kamagangan Figur 15. Penutup Lantai Bangsal Kamagangan Figur 16. Penutup Atap Bangsal Kamagangan 10 Yohanes Kurniawan Preservasi Dan Adaptasi Bangsal Kamagangan, Keraton Yogyakarta

7. Keistimewaan Bangsal Kamagangan Keistimewaan dan Keunikan Bangsal Kamagangan sehingga perlu dikonservasi dapat dinyatakan melalui penjabaran nilai-nilai yang menyusun makna kulturalnya. 1) Nilai Arsitektural: Merupakan Bangunan dengan Arsitektur Tradisional Jawa dilihat dari bahan dasar, struktur dan komponen bangunan 2) Nilai Artistik: Adanya diversitas ornamen yang melambangkan langgam arsitektur. Konstruksi elemen menggunakan material yang saat ini sulit untuk direka ulang cara pembuatannya. Selain itu, ornamen-ornamen tersebut memberikan sebuah makna tersendiri terhadap budaya yang kental di dalam Keraton Yogyakarta. 3) Nilai Sosial: Adanya hubungan antara masyarakat dengan Bangsal. 4) Nilai Teknikal: Bangunan dapat bertahan berdiri selama hampir seratus tahun, struktur tradisional Arsitektur Jawa. Figur 17. Bangsal Kamagangan Sebagai salah satu dari 7 Bangsal penting yang terletak di pusat Keraton Yogyakarta, tentu Bangsal Kamagangan memiliki nilai sangat penting. Nilai yang menjadi prioritas dalam pembahasan Bangsal Kamagangan karena sangat berpengaruh terutama pada tindakan konservasi yang akan diambil adalah Nilai Arsitektur, Nilai Artistik, Nilai Sosial dan Nilai Teknikal. MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41 SEMESTER GANJIL 2016-2017 11

Nilai Arsitektural Bahan, Material dasar Dilihat dari sumber teori yang ada, material dasar yang paling baik untuk membangun bangunan Jawa adalah material kayu jati, terutama jati merah atau jati bang. Terlihat pada bangunan Bangsal Kamagangan jenis kayu yang digunakan sebagai material utama adalah kayu jati. Kayu Jati digunakan sebagai bahan bangunan yang bersifat horizontal seperti pada blandar, pengeret, sunduk, kili, dan usuk juga untuk bahan bangunan yang bersifat vertikal seperti Kolom atau saka. Bentuk Bangunan Jawa Bentuk bangunan Jawa yang digunakan sebagai bentuk dasar dari Bangunan Bangsal Kamagangan adalah bentuk Joglo. Dari 12 jenis bentuk joglo, Bangsal Kamagangan termasuk ke dalam jenis joglo Pangrawit. Hal ini dapat terlihat dari Bentuk atapnya yang bertingkat tiga, adanya konstruksi tumpangsari di bagian atap paling atas (atap brunjung), ada sambungan lambang gantung di antara atap brunjung dan atap penitih, dan sambungan pada atap penitih dan penanggap menggunakan saka bentung seperti pada joglo jenis pangrawit (figur 19.) Figur 18. Potongan Bangsal Kamagangan Figur 19. Rumah Joglo Pangrawit 12 Yohanes Kurniawan Preservasi Dan Adaptasi Bangsal Kamagangan, Keraton Yogyakarta

Figur 20. Pembagian Atap Bangunan Jawa Komponen Bangunan Komponen bangunan Jawa terdiri atas umpak, lantai, tiang, ander dan molo, serta atap. a) Umpak b) Lantai c) Tiang d) Molo e) Atap Nilai Artistik Terdapat diversitas Elemen yang melambangkan setiap langgam arsitektur. Konstruksi bangunan menggunakan material yang saat ini sulit untuk direka ulang cara pembuatannya. Selain itu, ornamen-ornamen tersebut memberikan sebuah makna tersendiri terhadap budaya yang kental di dalam Keraton Yogyakarta. Elemen Bangunan yang dianalisis memiliki Nilai Artistik pada Bangsal Kamagangan yaitu: Elemen Bangunan yang dianalisis memiliki Nilai Artistik pada Bangsal Kamagangan yaitu: a) Umpak b) Molo c) Nanasan d) Selo Gilang Nilai Sosial Bangsal Kamagangan memiliki nilai sosial yang cukup tinggi bagi masyarakat sekitar, terlihat dari ramainya area Bangsal oleh warga ketika ada nya upacara-upacara. Selain itu Bangsal Kamagangan juga memiliki Nilai Sosial dari diadakannya Upacara Bedhol Songsong yang dilakukan di Bangsal ini atas permintaan warga sekitar pada masa pemerintahan Sultan HB IX. MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41 SEMESTER GANJIL 2016-2017 13

Figur 21. Suasana Halaman Bangsal Kamagangan saat upacara Gerebeg Nilai Teknikal Dari sisi Nilai Teknikal, Bangsal Kamagangan memiliki keistimewaan pada Sistem Strukturnya yaitu Sistem Struktur Rumah Joglo Pangrawit. Bangsal Kamagangan terbukti dapat bertahan berdiri lebih dari puluhan tahun (1921 2016) meskipun menghadapi gempa besar seperti gempa Yogya tahun 2006. 8. Acuan Periode Konservasi 1756 1921-1934 1988-1992 2008 Bangsal Kamagangan didirikan Pemugaran dan Restorasi Perbaikan Restorasi dan Konservasi Bangsal Kamagangan hingga saat ini sudah mengalami 3 kali tindakan perbaikan, 1) Tahun 1921 1934 : Pemugaran dan restorasi besar-besaran yang dilakukan pada masa pemerintahan Sultan HB VIII. Pada periode ini hampir seluruh material diganti atau diperbaiki untuk meningkatkan umur bangunan. 2) Tahun 1988-1992 : Perbaikan yang dilakukan pada masa pemerintahan Sultan HB IX berupa perbaikan minor seperti pengecatan tanpa adanya pergantian atau perubahan material. 3) Tahun 2008 : Restorasi dan Konservasi oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta. Tindakan Perbaikan pertama dengan adanya pihak luar yang memberi pendapat dan pandangan dari segi akademisi. Sehingga periode yang dijadikan acuan periode konservasi adalah periode tahun 1921-1934 karena dinilai memiliki nilai yang paling tinggi, dan dinilai sudah sesuai beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan. 14 Yohanes Kurniawan Preservasi Dan Adaptasi Bangsal Kamagangan, Keraton Yogyakarta

9. Tindakan Konservasi Tindakan Konservasi yang dilihat perlu dilakukan tidak hanya pada Elemen-elemen signifikan tersebut namun juga pada aspek lain yang mendukung keberlangsungan umur dari Bangsal Kamagangan itu sendiri. Namun penilaian Tindakan Konservasi selain pada Elemen signifikan tersebut memungkinkan perubahan berdasarkan berbagai faktor seperti kebutuhan, perkembangan material dan teknologi, perawatan yang sifatnya mendukung bahkan meningkatkan umur bangunan serta mempertahankan Nilai-nilai yang dimiliki. Tabel 2. Tindakan Konservasi pada Elemen Signifikan Aspek Periode Acuan Konservasi (1921-1934) Kondisi Saat ini (2016) Tindakan Konservasi Fungsi Tempat latihan dan Wisuda Berubah Adaptasi Abdi Dalem Saka (Kolom) Kayu Jati warna Hijau, Tetap Preservasi Gading Balok Kayu Jati warna Hijau, Tetap Preservasi Gading Usuk Kayu Jati Tetap Preservasi Umpak Batu Hitam Tetap Preservasi Plafon Papan Jati Tetap Preservasi Ander Kayu Jati Tetap Preservasi Molo Kayu Jati Tetap Preservasi Nanasan Kayu Jati Tetap Preservasi Selo Gilang Marmer Tetap Preservasi Struktur Joglo Pangrawit Tetap Preservasi Bentuk Denah Simetris Tetap Preservasi Warna Hijau, Gading Tetap Preservasi Penutup Tegel Semen Tegel Warna Adaptasi Lantai Dan Corak Sejenis At ap Sirap Bitumen Sirap Metal Adaptasi Pagar - Pagar Besi Adaptasi Talang Air - Talang Tembaga Adaptasi Instalasi Listrik - Diadakan Adaptasi Lingkungan Sekitar Tidak difungsikan khusus Lahan Parkir Adaptasi *) Elemen Signifikan Adaptasi dilakukan untuk memperjelas perbedaan periode setiap elemen bangunan, namun tetap menjaga nilai yang dikandung dari corak, langgam sambil tetap memenuhi aspek umur bangunan dan perawatan. Preservasi dilakukan untuk memperbaiki kerusakan minor, memelihara ketahanan bangunan terhadap lingkungan, dan menciptakan kesan serupa pada elemen dengan awal pembuatannya. MAKALAH SKRIPSI ARSITEKTUR 41 SEMESTER GANJIL 2016-2017 15

Lingkungan sekitar bangsal diusulkan penambahan jalan setapak Pasir Malelo dari Regol Kamagangan mengelilingi Bangsal Kamaganan. Dengan perubahan ini maka Nilai Bangsal Kamagangan pun diharapkan dapat meningkat. Jalan Setapak memisahkan Bangsal dari area Parkir, juga menimbulkan kesadaran dari pengunjung bahwa Bangsal Kamagangan merupakan bagian dari Keraton Yogyakarta dengan adanya pengikat berupa Pasir Malelo yang serupa. Bangsal Kamagangan perlu dikonservasi sesuai dengan etika dan pedoman konservasi karena memiliki makna dan nilai kultural. Perubahan yang dilakukan atas dasar kebutuhan tuntutan zaman dan upaya konservasi tidak dapat dihindarkan, namun tetap perlu memperhatikan dan menjaga nilai-nilai yang dimiliki serta elemen-elemen signifikan pembentuk nya agar tidak hilang karena perubahan yang dilakukan. Oleh karena itu, penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi berbentuk saran terhadap tindakan konservasi Bangsal kamagangan selanjutnya. 16 Yohanes Kurniawan Preservasi Dan Adaptasi Bangsal Kamagangan, Keraton Yogyakarta