BAB VII RINGKASAN, SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI Bab VII di dalam penelitian ini memaparkan ringkasan, simpulan, keterbatasan, dan rekomendasi penelitian. 7.1 Ringkasan SAKIP merupakan sistem yang mengatur bagaimana pemerintah memepertanggungjawabkan kinerjanya dalam kurun waktu 1 tahun anggaran, dimana pemerintah dimana instansi pemerintah merencanakan sendiri, melaksanakan, mengukur dan memantau kinerjanya sendiri serta melaporkannya sendiri kepada instansi yang lebih tinggi. Agar pelaksanaan SAKIP berjalan dengan efisien dan efektif, maka komponen-komponen pendukung SAKIP perlu diperhatikan dan dikelola dengan baik, mulai dari penyusunan RPJMD, Renstra, Renja SKPD, RKA, DPA, Penetapan Kinerja sampai dengan LAKIP. Terdapat 4 tahapan yang harus dilalui di dalam alur pelaksanaan AKIP. Tahapan-tahapan tersebut dimulai dari perencanaan strategis, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, dan pelaporan kinerja. Keempat tahapan ini memiliki porsi yang sama dalam pelaksanaan SAKIP, namun pada praktiknya hanya tahapan pelaporan kinerja yang menjadi prioritas SKPD, dimana SKPD harus menyerahkan LAKIP tepat pada waktunya. Hal ini tentu saja berakibat pada tidak maksimalnya penilaian evaluasi LAKIP oleh Kemenpan dan RB, karena LAKIP disusun hanya berdasarkan sistematika yang telah ditentukan, tapi tidak memperhatikan kesesuaian komponen-komponen SAKIP yang harus selaras 83
antara satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain baik komponen-komponen SAKIP dan alur SAKIP tidak memiliki hubungan yang logis sampai dengan tersusunnya LAKIP. Hubungan yang logis dalam pelaksanaan SAKIP membuat peneliti tertarik untuk untuk melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada evaluasi pelaksanaan SAKIP dengan menggunakan model logika untuk meneliti kesesuaian antara komponen-komponen SAKIP dan alur pelaksanaan SAKIP. Penelitian ini memfokuskan pada SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tarakan dengan mengambil 7 SKPD sebagai sampel penelitian. SKPD yang dipilih sebagai objek penelitian adalah SKPD yang mempunyai kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Kriteria pertama adalah SKPD yang dinilai oleh Bagian Organisasi telah melaksanakan SAKIP dengan penilaian baik sampai dengan penilaian kurang. Kriteria kedua adalah dengan menggunakan SK Walikota Tarakan tentang penugasan tim AKIP Kota Tarakan, karena didalam tim AKIP Kota Tarakan terdiri dari aparatur baik eselon maupun non eselon yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan AKIP Kota Tarakan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif melalui pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara dan mengumpulkan dokumentasi terkait judul penelitian. Wawancara dilakukan dengan para pejabat serta pegawai non eselon yang menjadi objek penelitian, yang terdiri dari Asisten IV bidang Administrasi Umum, Kepala Bagian Organisasi, Kasubbag Tata Laksana, Kasubbag Perencanaan dan Penyusunan Program, Sekretaris Camat, Lurah, Sekretaris Lurah, serta pegawai non eselon. Hasil wawancara kemudian 84
dianalisis menggunakan analisis tematik untuk mendapatkan tema yang berkaitan dengan penelitian ini. Dokumentasi dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti RPJMD, Renstra SKPD, DPA SKPD, Penetapan Kinerja, LAKIP SKPD dan LAKIP Kota maupun dokumen lainnya yang terkait dengan SAKIP. Berdasarkan hasil dokumentasi dan wawancara, kemudian disusunlah suatu simpulan dari hasil penelitian dengan mengemukakan keterbatasan penelitian. Selain itu, penulis mencoba memberikan rekomendasi kepada pemerintah, dalam hal ini SKPD terkait untuk mengatasi permasalahan pelaksanaan SAKIP melalui model logika. 7.2 Simpulan Hasil analisis dan diskusi pada Bab VI di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: a. SAKIP Kota Tarakan yang menggunakan RPJMD tahun 2009-2014 sebagai dasar pelaksanaan kebijakan pemerintahan, memiliki hubungan yang logis antara RPJMD dengan Renstra, karena pada tahun 2013 telah dilakukan revisi RPJMD untuk tahun 2009-2014, akan tetapi dari adanya hubungan yang tidak logis yang terdapat didalam dokumen RPJMD sebelumnya mengakibatkan pelaksanaan AKIP dan perolehan nilai evaluasi LAKIP Kota Tarakan tidak maksimal. 85
b. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan SAKIP Kota Tarakan adalah sebagai berikut: 1) Pemahaman mengenai konsep SAKIP Masalah yang ditemui dalam pemahaman konsep SAKIP adalah PNS yang bertanggungjawab di masing-masing SKPD belum bisa membedakan antara SAKIP dengan LAKIP. 2) Sumberdaya aparatur Kaderisasi terkait pelaksanaan SAKIP SKPD belum maksimal karena banyak ditemui PNS yang bertanggungjawab terhadap SAKIP dimutasi ke SKPD yang baru. 3) Alokasi anggaran terkait SAKIP Anggota legislatif belum sepakat dengan Pemerintah Kota Tarakan terkait besaran anggaran SAKIP. Karena anggota legislatif belum memahami arti penting SAKIP bagi penilaian LAKIP Kota Tarakan. 7.3 Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian ini hanya melakukan evaluasi SAKIP dengan bidang-bidang yang terkait dengan bidang non keuangan, artinya peneliti tidak memasukkan kinerja keuangan Pemerintah Kota Tarakan secara detil. b. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini hanya terbatas pada 7 SKPD berdasarkan SK Walikota Tarakan tentang penugasan tim AKIP Kota Tarakan yang ada pada 7 SKPD tersebut yaitu Sekretariat Daerah, Inspektorat Wilayah, Bappeda, BKD, Dinas Kesehatan, Kecamatan 86
Tarakan Tengah, Kelurahan Kampung I Skip dan lebih menekankan pada pelaksanaan SAKIP di tahun 2013. 7.4 Rekomendasi Berdasarkan simpulan di atas, peneliti memberikan rekomendasi kepada Bagian Organisasi dan Tim AKIP Kota Tarakan sebagai berikut: 1. Rekomendasi kepada Bappeda dan Bagian Organisasi Setda Kota Tarakan a. Mengutamakan hubungan yang logis dan kesesuaian antar komponenkomponen pendukung SAKIP. Model logika dapat menjadi solusi untuk merancang skema hubungan yang logis dalam pelaksanaan SAKIP. b. Menekankan pada konsep pemahaman SAKIP pada kegiatan-kegiatan sosialisasi, bimtek maupun diklat. Pemahaman konsep SAKIP harus menjadi bahan diskusi terlebih dahulu sebelum berbicara lebih jauh mengenai penyusunan LAKIP agar aparatur yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan AKIP dapat membedakan antara SAKIP dan LAKIP. c. Di setiap SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tarakan, harus ada kaderisasi dalam setiap program dan kegiatan, tidak terkecuali dengan pelaksanaan program AKIP. Sehingga tidak perlu terjadi lagi kekurangan sumberdaya aparatur terkait pelaksanaan SAKIP. d. Tim AKIP Kota Tarakan harus lebih detil lagi dalam menjelaskan konsep SAKIP kepada TAPD dan anggota Legislatif. Terutama kepada 87
anggota legislatif, sehingga pada waktu penetapan besaran anggaran untuk kegiatan AKIP di DPA, alokasi anggaran pelaksanaan SAKIP sudah mencukupi. 88