BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut kesehatan reproduksi ini, salah satunya adalah kanker

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servix-uterus suatu daerah pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. leher rahim disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Virus. akan tumbuh menjadi kanker (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Badan Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

1 Universitas Kristen Maranatha

Analisis Faktor Prilaku Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam Acetat )

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi wanita merupakan hal yang perlu diperhatikan agar suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. KATA PENGANTAR...

BAB I PENDAHULUAN. pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan. Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang

dari leher rahim seorang wanita (Kemenkes, 2010). Setiap tahun terdeteksi lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nama Rumah Sakit Jumlah Kasus

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB 1 PENDAHULUAN. payudara. Di Indonesia, kanker serviks berada diperingkat kedua. trakea, bronkus, dan paru-paru (8.5%), kanker kolorektal (8.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

See & Treat untuk Skrining Lesi Prakanker Serviks

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dalam program melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

No. Responden: B. Data Khusus Responden

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini kanker menempati. Data World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010

Transkripsi:

1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan 7,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya adalah kanker serviks. (1) Kanker serviks merupakan penyakit yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Berdasarkan data Globocan tahun 2012, kanker serviks menempati urutan ketiga di dunia setelah kanker payudara dan kanker kolorektal dengan insidens sebesar 16 per 100.000 perempuan. Di Asia Tenggara dan Indonesia insidens kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker payudara. (1) Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi kejadian kanker di Indonesia sebesar 1,4% atau sekitar 347.792 penduduk, sedangkan kejadian kanker serviks di Indonesia menempati urutan kedua dengan prevalensi 0,8%, dimana provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu di Kepulauan Riau, Maluku Utara dan D.I. Yogyakarta. (2) Prevalensi kejadian kanker di Sumatera Barat berdasarkan data Riskesdas Provinsi Sumatera Barat tahun 2013 sebesar 1,7%, dimana Kota Padang menempati urutan kelima dengan prevalensi 2,5%. (3) Prevalensi kanker serviks di Sumatera Barat sebesar 0,9%. (2) Dari data terlihat bahwa prevalensi kanker serviks di Sumatera Barat (0,9%) melebihi prevalensi Indonesia (0,8%). Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Sumatera Barat merupakan provinsi kedua dengan jumlah kanker serviks tertinggi dengan daerah Padang dan Solok sebagai penyumbang terbanyak. Angka kejadian kanker serviks tinggi dikarenakan kurangnya kesadaran untuk melakukan upaya pemeriksaan deteksi dini kanker serviks dan kebanyakan pasien datang ke

2 rumah sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut. Menyikapi hal ini, ada beberapa tes untuk mendeteksi dini kanker serviks yaitu tes HPV, tes pap smear, tes Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA), servikografi, dan kolposkopi, namun yang sesuai dengan kondisi di negara berkembang termasuk Indonesia adalah dengan menggunakan metode IVA karena tekniknya mudah/ sederhana, biaya murah dan tingkat sensitifitasnya tinggi, cepat dan cukup akurat untuk menemukan kelainan pada tahap kelainan sel (displasia) atau sebelum prakanker. Untuk itu dianjurkan tes IVA bagi semua perempuan berusia 30-50 tahun yang (4, 5) sudah melakukan hubungan seksual. Pemeriksaan IVA meningkatkan deteksi hingga 30%, bila dibandingkan dengan pemeriksaan pap smear. Sensitifitas IVA untuk deteksi lesi prakanker dan kanker adalah hampir 77% (range antara 56%-96%) dan spesifisitas dengan rata-rata 86% (antara 74%- 94%). Berbagai studi dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) dan World Health Organization (WHO) di India dan Afrika telah terbukti IVA dilakukan oleh paramedis terlatih memiliki keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pap smear. Sensitivitas IVA 77% (58%-94%) dan pap smear 58% (29%-77%). (6) Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiyono (2008) di Semarang, dimana pemeriksaan IVA memberikan hasil sensitivitas lebih tinggi dibandingkan pap smear yaitu 84%, sedangkan pap smear 55%. (7) Oleh karena itu, pemeriksaan IVA yang efektif akan memberikan kontribusi untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas yang terkait dengan keganasan kanker serviks. Menurut IARC (1986) dengan melakukan pemeriksaan kanker serviks lima tahun sekali dapat menurunkan 83,6% kasus kanker serviks, sedangkan menurut WHO (2006) melakukan deteksi dini metode IVA selama lima tahun dengan cakupan minimal 80% akan menurunkan insidens kanker serviks secara signifikan, namun masalah yang dihadapi masih kurangnya kemauan masyarakat untuk melakukan deteksi dini, dimana cakupan deteksi dini

3 kanker serviks di Indonesia sebesar 2,45%, sedangkan di Kota Padang pada tahun 2016, cakupan deteksi dini kanker serviks metode IVA sebesar 2,1%. Target program adalah 50% (1, 8) perempuan berusia 30-50 tahun melakukan skrining yang dicapai pada tahun 2019. Data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2016 didapatkan bahwa Puskesmas Lubuk Buaya merupakan salah satu Puskesmas dengan cakupan deteksi dini kanker serviks tertinggi yaitu sebesar 5,3% dari jumlah Wanita Usia Subur (WUS) yang ada di Puskesmas Lubuk Buaya dengan 24 kasus IVA positif dan curiga kanker serviks 6 kasus. Jumlah kunjungan ini masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang yaitu 20% WUS melakukan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA. Berdasarkan wawancara dengan pengelola program KB di Puskesmas Lubuk Buaya diketahui bahwa kendala dalam meningkatkan cakupan deteksi dini kanker serviks metode IVA adalah masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan deteksi dini kanker serviks metode IVA, sehingga masih ada masyarakat yang belum melakukan pemeriksaan IVA. Hal ini juga disebabkan oleh rasa takut dari masyarakat yang nantinya akan mengetahui penyakitnya jika terdeteksi. Selain itu berdasarkan luas wilayah kerja puskesmas yang besar, sehingga jarak menjadi salah satu faktor yang memungkinkan masyarakat untuk berkunjung ke puskesmas khususnya untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Pendapat tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Amik Khosidah (2014) bahwa WUS tidak mau melakukan pemeriksaan IVA karena WUS tersebut memiliki pengetahuan rendah, memiliki rasa malu dan rasa takut untuk memeriksa organ reproduksi kepada tenaga kesehatan. (9) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2015) ditemukan bahwa WUS yang tidak melakukan deteksi dini kanker serviks metode IVA dikarenakan pengetahuan WUS yang kurang, WUS yang tidak mendapat dukungan dari tenaga kesehatan. Selain itu, berdasarkan penelitian Indah (2016) didapatkan bahwa WUS masih rendah kesadarannya untuk melakukan IVA dikarenakan WUS tersebut tidak

4 mendapatkan dukungan dari suaminya dan WUS yang tidak mendapatkan dukungan dari kader. (10) Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017 2. Mengetahui distribusi frekuensi faktor predisposisi (pekerjaan, pengetahuan, sikap) WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017 3. Mengetahui distribusi frekuensi faktor pemungkin (keterjangkauan jarak dan akses informasi) dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017 4. Mengetahui distribusi frekuensi faktor pendorong (dukungan suami) dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017

5 5. Mengetahui hubungan faktor predisposisi (pekerjaan, pengetahuan, dan sikap) dengan tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017 6. Mengetahui hubungan faktor pemungkin (keterjangkauan jarak dan akses informasi) dengan tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017 7. Mengetahui hubungan faktor pendorong (dukungan suami) dengan tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017 8. Mengetahui faktor yang paling mempengaruhi tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi puskesmas Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan sebagai pedoman dalam merencanakan suatu program terkait dengan penurunan angka kejadian kanker serviks dengan melakukan deteksi dini. 2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Dapat memberikan informasi dan menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

6 3. Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti di bidang kesehatan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA, serta keterampilan peneliti dalam melaksanakan penelitian. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan WUS dalam deteksi dini kanker serviks metode IVA di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya tahun 2017. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pekerjaan, pengetahuan, sikap, jarak, akses informasi dan dukungan suami, sedangkan variabel dependen yaitu tindakan deteksi dini kanker serviks metode IVA.