BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Glukosa sering juga disebut gula anggur atau dekstrosa yang banyak tersebar di alam terutama terdapat pada buah buahan, sayur sayuran, getah tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan binatang glukosa didapat dari hasil akhir pencernaan zat pati, sukrosa, maltosa dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ). Glukosa merupakan monosakarida utama dari produk akhir pencernaan karbohidrat yang digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi dan kelebihan glukosa akan diubah menjadi glukogen serta lemak disimpan di dalam tubuh ( Mary E. Beck, 1993 ). Dalam pengaturan dan pengiriman glukosa yang diperlukan sel sel tubuh sebagai sumber energi, dibebankan kepada hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Bila hormon insulin tidak bekerja dengan baik, maka tubuh akan mengalami gangguan kemampuan untuk menggunakan makanan yang dikonsumsi sehari hari. Tanpa insulin atau jumlah insulin yang memadai, tubuh akan mengalami masalah yang serius (Vitahealt, 2004). Glukosa yang dijumpai beredar dalam darah dan berfungsi sebagai penyedia energi bagi tubuh dan seluruh sel sel jaringan tubuh. Dalam keadaan normal kadar glukosa darah berkisar antara 80 110 mg/dl. Kadar
glukosa darah dapat meningkat melebihi batas atau sebaliknya ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ). Setelah makan, kadar glukosa darah naik hingga kurang lebih tiga puluh menit, dan secara perlahan kembali normal ( 80 110 mg / 100 ml ) setelah 90-180 menit. Kadar maksimal glukosa darah dan kecepatan untuk kembali pada kadar normal tergantung pada jenis makanan ( Almatsier, 2003 ). Hormon-hormon yang mempengaruhi kadar glukosa darah antara lain hormon insulin dihasilkan oleh sel sel beta pada pulau langerhans pankreas dan berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah, sedangkan hormon yang berpengaruh pada peningkatan glukosa darah adalah somastostatin yang dihasilkan oleh sel B pankreas, glucagon oleh sel alfa pada pulau langerhans pankreas, epinefrin dihasilkan medulla adrenal, kortisol oleh korteks adrenal, hormon pertumbuhan oleh hipotesis anterior, dan hormon tiroksin oleh tiroid. ( Sacher & Mc Pherson, 2004 ). B. Glikolisis Glikolisis adalah suatu proses penguraian molekul glukosa yang memiliki enam atom karbon, secara enzimatik untuk menghasilkan dua molekul piruvat yang memiliki tiga atom karbon. ( Lehninger, 1990 ) Glikoslisis dapat terjadi diluar tubuh setelah sampel darah dikeluarkan dari dalam tubuh, bila tanpa zat penghambat glikolisis maka komponen yang ada dalam sampel darah seperti eritrosit, lekosit, dan juga kontaminasi bakteri dapat menyebabkan kadar glukosa darah menurun. Glikolisis juga dapat
terjadi karena pengaruh suhu dan lama penyimpanan. Pada suhu kamar glukosa dalam sampel darah lengkap tanpa penambahan pengawet akan terjadi glikolisis dengan kecepatan 7 mg/dl per jam, jika di almari pendingin suhu 4 o C kadar glukosa berkurang 2 mg/dl per satu jam. 2 mg NaF setiap 1 ml darah dapat mencegah glikolisis sampai 48 jam dalam serum atau plasma. ( Henry, 1984) Sedangkan untuk menghindari glikolisis adalah : 1. Deproteinisasi segera setelah pengambilan darah, 2. Pemberian zat inhibitor 3. Simpan dalam keadaan dingin. ( Boeringer, 1993 ) C. Antikoagulan Antikoagulan adalah bahan tambahan berupa zat kimia yang digunakan untuk mencegah sampel darah membeku. Kesalahan dalam pemakaian bahan tambahan tersebut dapat mempengaruhi hasil pameriksaan. Bahan tambahan yang dipakai harus memenuhi peryaratan,yaitu tidak mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan diperiksa (Depkes RI, 2004). Antikoagulan bekerja dengan cara mengikat ion Ca dalam darah. Ion Ca sangat penting dalam proses penggumpalan darah. Bila ion diikat maka tidak lagi bermuatan sehingga penggumpalan darah berhenti (Sadikin, 2001)
Antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan laboratorium, antara lain; 1. NaF (Natrium Flourida) Natrium Flourida mencegah penjendalan oleh karena flourida membentuk komplek dengan kalsium yang tidak terion (Dewiesah, 1989) flourida digunakan dalam bentuk serbuk dengan perbandingan 2 mg untuk tiap 1ml darah (Boeringer, 1993). Flourida dapat mencegah glikolisis sehingga kadar glukosa darah dapat dipertahankan. Untuk sampel yang disimpan pada suhu 15-25 C stabil selama 24 jam dan pada suhu 4 C stabil selama 10 hari (Hardjoeno, dkk., 2003). 2. EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetat) Antikoagulan EDTA dalam bentuk ikatan garam natrium atau kalium. Garam-garam itu mengubah ion kalsium darah menjadi bentuk yang bukan ion. Tiap 1mg EDTA dapat menghindarkan membekunya 1ml darah (Gandasoebrata, 2004) 3. Sitrat Sitrat bekerja sebagai antikoagulan karena dapat mengubah ion Ca dalam darah menjadi bentuk Ca yang tidak terion. Untuk tiap 10 ml darah digunakan sekitar 10 mg sitrat (Dewiesah, 1989). 4. Heparin Heparin merupakan antikoagulan pilihan karena penambahannya tidak mengubah komposisi darah. Kira-kira 2 mg heparin sebagai natrium
atau kalsium digunakan untuk 10 ml darah. Perlu dijaga ukuran penggunaan heparin jangan terlalu banyak agar tidak terjadi perubahan distribusi antara air, sel darah dan plasma (Dewiesah, 1989). Dalam praktek sehari-hari heparin kurang banyak dipakai karena harganya mahal (Gandasoebrata, 2004). 5. Oxalat Oxalat mengganggu penjendalan darah karena oxalat bereaksi dengan kalsium darah menjadi kalsium oxalat yang tidak larut, sedangkan dalam penjendalan darah diperlukan adanya ion kalsium yang mudah larut. Oxalat yang digunakan adalah dalam bentuk garam kalium, lithium, amonium atau natrium oxalat. Tetapi yang lebih sering dipakai adalah kalium oxalat karena yang paling mudah larut (Dewiesah,1989). D. Metode Pemeriksaan Glukosa 1. Ortho Tholuidin Prinsip dimana glukosa akan bereaksi dengan Ortho Tholuidin dalam asam asetat panas membentuk senyawa berwarna hijau. Warna yang terbentuk di ukur serapannya pada panjang gelombang 625 nm (Jusman dan Harahap, 2001) 2. Glukosa - Oksidase Prinsipnya adalah glukosa ditentukan setelah oksidase enzimatis dengan adanya glukosa oksidase (GOD). Hidrogen peroksidase yang terbentuk bereaksi dengan adanya peroksida (POD) dengan Phenol serta 4-
Aminophenazone menjadi zat warna quinoneimine berwarna merah violet. (Human, 2002). 3. Glukosa Heksokinase Glukosa - Heksokinase menganalisa reaksi phosphorilasi dari glukosa dalam sampel membentuk glukosa-6-phosphat dengan bantuan ATP (Adenosine triphosphat). Glukosa-6-phosphat dehidrogenase mengoksidasi glukosa-6-phosphat dengan adanya NADP (Nikotinamida Adenin Dinukleotida Phosphat) membentuk glukonat-6-phosphat. Tidak ada karbohidrat lain yang teroksidasi. Kecepatan pembentukan NADPH (Dihidronikotinamida Dinukleotida Phosphat) selama reksi berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa dan dapat diukur secara fotometrik. (Depkes RI, 2004)
E. Kerangka Teori 1. Metabolisme glukosa 2. Glikolisis 3. Antikoagulan dan suhu penyimpanan METODE GLUKOSA - OKSIDASE LANGSUNG DIPERIKSA DARAH + NaF PLASMA DITUNDA 24 JAM PADA SUHU 4 0 C KADAR GLUKOSA DARAH F. Kerangka Konsep LANGSUNG DENGAN ANTIKOAGULAN NaF DITUNDA SELAMA 24 JAM PADA SUHU 4 0 C DENGAN ANTIKOAGULAN NaF SUHU 4 0 C WAKTU ANTICOAGULAN METODE KADAR GLUKOSA DARAH G. Hipotesa Ada perbedaan kadar glukosa darah yang diperiksa langsung dan ditunda selama 24 jam pada suhu 4 0 C dengan penambahan NaF.