BAB I PENDAHULUAN. Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 3 ayat (1), Bangsa

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM PROSES PERADILAN ANAK DI KOTA JAYAPURA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOmor 11 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK, LPKA, HAK-HAK ANAK DALAM LPKA DAN PROSES PEMBINAAN ANAK DALAM LPKA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

BAB III PENUTUP. dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Polresta Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

Al Adl, Volume VII Nomor 14, Juli-Desember 2015 ISSN UPAYA DIVERSI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA ANAK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak-anak. Seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB II. Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga. Pemasyarakatan Anak

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

Perbandingan Penghukuman Terhadap Anak dengan Minimal yang Disebut sebagai Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KURIR NARKOTIKA. A. Sanksi Yang Dapat Dikenakan Kepada Anak Yang Menjadi Kurir

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DIVERSI DAN TINDAK PIDANA ANAK. Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus - kasus anak yang diduga

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No: 164/Pid.B/2009/PN.PL) SAHARUDDIN / D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak. Penangannanya melalui kepolisian kejaksaan Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Balai pemasyarakatan (BAPAS) klas II Gorontalo dibentuk sesuai dengan Keputusan

PENANGANAN PERKARA ANAK PADA BAPAS JAKARTA-TIMUR. PUSANEV_BPHN. Oleh : Ida Rifdiah

BAB I PENDAHULUAN. amanah Tuhan yang harus senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri

BAB I PENDAHULUAN. kemudian hari. Apabila mampu mendidik, merawat dan menjaga dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kenakalan anak atau (juvenile deliuencya) adalah setiap

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DELIK PEMBUNUHAN TIDAK DISENGAJA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

BAB II TINDAK PIDANA PENCURIAN OLEH ANAK. keadaan di bawah umur (minderjaringheid atau inferionity) atau kerap juga

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

BAB I PENDAHULUAN. proses evolusi kapasitas selaku insan manusia, tidak semestinya tumbuh sendiri

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB II TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN OLEH ANAK. Menurut Moeljatno istilah perbuatan pidana menunjuk kepada makna

PEDOMAN PERLAKUAN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruh yang cukup besar dalam membentuk perilaku seorang anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

I. PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa, memiliki potensi tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

JURNAL HUKUM. Diajukan oleh : Pelix Colyn Chandy Alqino Simamora NPM : Program Kekhususan : Peradilan Pidana FAKULTAS HUKUM

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

PENGATURAN DIVERSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DALAM PERSPEKTIF KEPENTINGAN TERBAIK ANAK

PERAN JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM PROSES DIVERSI (Studi di Kejaksaan Negeri Langkat)

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat seutuhnya. Harkat

JURNAL REALISASI PEMENUHAN HAK ANAK YANG DIATUR DALAM KONSTITUSI TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PROSES PEMIDANAAN.

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)

: UPAYA PERLINDUNGAN ANAK BERHADAPAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

BAB II PENGATURAN HUKUM DALAM PENERAPAN SANKSI TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak adalah bagian yang tak terpisahkan dari keberlangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pada era modernisasi dan globalisasi seperti sekarang ini

PEMENUHAN KEBUTUHAN HAK PENDIDIKAN FORMAL BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN KOTA LAYAK ANAK DI SURAKARTA

Al Adl, Volume VIII Nomor 1, Januari-April 2016 ISSN ELEKTRONIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikenakan sanksi pidana. Seperti kita tahu bahwa Indonesia adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

Oleh Lily I. Rilantono (Ketua Umum YKAI)

BAB I PENDAHULUAN. anak karena pada dasarnya tempat anak mempelajari hal-hal baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak dikenal dengan Restorative Justice,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian Anak dalam Konsideran Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang selanjutnya disebut dengan UU SPPA menyebutkan bahwa Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Untuk menjaga harkat dan martabatnya, Anak berhak mendapatkan pelindungan khusus, terutama pelindungan hukum dalam sistem peradilan. Indonesia merupakan Negara pihak dalam Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on The Rights of the Child) pada tahun 1989 yang tujuannya untuk melindungi anak yang berkonflik dengan hukum dalam sistem peradilan.salah satu bentuk bahwa Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak adalah melalui Keputusan Presiden (KEPRES) Nomor 36 Tahun 1990. 1 Pemeliharaan anak adalah tanggung jawab orang tua yang tidak boleh diabaikan.orang tua wajib memelihara dan mendidik anaknya yang belum dewasa sampai anak tersebut dewasa atau dapat berdiri sendiri 2.Peran pengawasan orang tua sangat penting karena anak mempunyai keterbatasan kemampuan berfikir, berinteraksi, dan bersosialisasi dalam lingkungannya. 3 1 Konsideran a-c Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 2 Pasal 45 Undang-undang Republik IndonesiaNomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 3 Marlina, 2008, Peradilan Pidana Anak, Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, Cetakan Kesatu, Refika Aditama, Badung, hlm. 36

1 Dampak anak yang dibesarkan dalam suasana konflik akan mengalami keresahan jiwa yang dapat mendorong prilaku kenakalan anak (Juvenile Delinquency) atau perilaku menyimpang terhadap norma-norma, dan aturan hukum. Bentuk perilaku anak yang dianggap sebagai juvenile delinquency atau perilaku yang menyimpangmisalnya mengendarai kendaraan dengan mengebut di jalan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan membahayakan jiwa sendiri dan orang lain, perkelahian antar gang atau antar kelompok, antar sekolah, antar suku, yang terkadang menimbulkan korban jiwa, dan mengancam, intimidasi, memeras, mencopet, merampok, melakukan pembunuhan dan sebagainya yang termasuk dalam perbuatan melawan hukum. 4 Penjelasan mengenai juvenile delinquency penulis mengambil terminologi yang dikemukakan Romli Atmasasmita yang dikutip oleh Maidin Gultom: 5 Juvenile deliquency adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh seorang anak yang dianggap bertentangan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku disuatu negara dan oleh masyarakat itu sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan yang tercela. Kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya berdampak positif tetapi juga banyak berdampak negatif terhadap anak.dampak negatif, seperti anak melakukan perbuatan melawan hukum, seperti penyalah gunaan narkotika, pemerasan, pencurian, penganiayaan, pemerkosaan, dan sebagainya. 6 Dalam UU SPPA anak yang menjadi pelaku tindak pidana disebut dengan anak yang berkonflik dengan hukum. 4 Kartini Kartono, 1986, Patologi Sosial Kenakalan Remaja, CV.Rajawali, Jakarta, hlm. 22 5 Maidin Gultom, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan PidanaAnak di Iindonesia, Cetakan Keempat, Refika Aditama, Badung, hlm. 67 6 Bambang Waluyo, 2000, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 3

2 Jumlah anak yang berkonflik dengan hukum di DIY cukup memprihatinkan.hal tersebut dapat diketahui pada Tahun 2014 terdapat 310 anak. Jumlah tersebut terdiri dari 245 anak dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kulonprogo yang mendapatkan pendampingan dari Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Yogyakarta. Setelah dilakukan pendampingan, tercatat 22 anak mendapatkan putusan pidana penjara dan 223 pembinaan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Wonosari.Kemudian, anak yang berkonflik dengan hukum yang mendapatkan pendampingan Bapas Kelas II Wonosari tercatat ada 65 anak.mereka berasal dari Kabupaten Gunungkidul dan Bantul. Setelah dilakukan pendampingan, 20 anak mendapatkan putusan pidana penjara dan 45 pembinaan di LPKA Wonosari. Sementara sampai dengan 17 Januari 2015 terdapat 8 anak yang masih menjalani masa penahanan di Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Wonosari. 7 Sedangkan untuk tahun 2016, penulis belum menemukan jumlah anak yang berkonflik dengan hukum di Yogyakarta. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa anak yang berkonflik dengan hukum cukup banyak di DIY, terutama pada tahun 2014. Putusan yang dijatuhkan kepada anak yang berkonflik dengan hukum mayoritas adalah pembinaan di LPKA. Akan tetapi, ada anak yang berkonflik dengan hukum diberikan sanksi penjara oleh hakim. Undang-undang SPPA menjelaskan bahwa penyelesaian anak yang berkonflik dengan hukum pada prinsipnya mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif dengan mengupayakan Diversi 8. Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku, keluarga korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari 7 https://daerah.sindonews.com/read/958501/151/kejahatan-anak-di-diy mencemaskan- 1422766033diakses pada tanggal 13 februari 8 Ibid., Pasal 5 UU SPPA

3 penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. 9 Rangkaian Sistem Peradilan Pidana tersebut salah satunya dilaksanakan oleh Bapas yang merupakan bagian dari kegiatan sub sistem Pemasyarakatan narapidana atau sub-sub Sistem Peradilan Pidana.Namun demikian keberadaan dan peran Bapas tersebut sering diabaikan atau bahkan tidak diketahui oleh sub sistem yang lain dalam SPPA. Keadaan pengabaian atau tidak diketahuinya Bapas tersebut tentu saja akan mempengaruhi keberhasilan SPPA secara keseluruhan. Bapas merupakan bagian dari Sistem Tata Peradilan, mempunyai tugas melaksanakan pembimbingan dan mendampingi anak yang berkonflik dengan hukum dalam proses Pra Ajudikasi sampai dengan Pasca Ajudikasi. Hal tersebut secara eksplisit diatur dalam Pasal 65 UU SPPA. Adapun Pembimbing Kemasyarakatan mempunyai tugas: 10 1. Membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan Diversi, melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap anak selama proses Diversi dan pelaksanaan kesepakatan, termasuk melaporkannya kepada pengadilan apabila Diversi tidak dilaksanakan. 2. Membuat laporan penelitian kemasyarakatan untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara anak, baik di dalam maupun di luar sidang, termasuk di dalam Lembaga Pembinaan Anak Sementra (LPAS) dan Lembaga Pembinaan Khusus Anak. 9 Ibid., Penjelasan UU SPPA 10 Ibid., Pasal 65 UU SPPA

4 3. Menentukan program perawatan anak di LPAS dan pembinaan anak di LPKA bersama dengan petugas pemasyarakatan lainnya. 4. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana atau dikenai tindakan; dan 5. Melakukan pendampingan, pembimbingan, dan pengawasan terhadap anak yang memperoleh asimilasi, pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas, dan cuti bersyarat. Berdasarkan Pasal 65 angka 2 UU SPPA Bapas mempunyai peran penting dalam menentukan nasib anak yang berkonflik dengan hukum yaitu dengan membuat laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan yang akan dipergunakan dalam proses penyidikan, penuntutan, dan persidangan dalam perkara anak yang berkonflik dengan hukum. Format dan Isi Litmas menjelaskan latar belakang, pendidikan, kehidupan bermasyarakat dari anak yang berkonflik dengan hukum. Format dan isi Litmas harus benar-benar sesuai dengan fakta dimasyarakat karena menjadi pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan sanksi yang terbaik untuk masa depan anak yang berkonflik dengan hukum. Oleh karena itu, Litmas menjadi bagian terpenting dalam proses peradilan pidana anak karena putusan Hakim sangat terikat dengan Litmas. Penulis lebih fokus terhadap laporan penelitian kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum dalam proses persidangan di pengadilan. Litmas hasilnya akan menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan suatu perkara pidana anak yang berkonflik dengan hukum.

5 Hal tersebut secara eksplisit diatur dalam pasal 60 ayat 3 dan 4 UU SPPA. Pasal 60 ayat (3) menetapkan bahwa Hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan sebelum menjatuhkan putusan. Pasal 60 ayat (4) menetapkan bahwa dalam hal laporan penelitian kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak dipertimbangkan oleh Hakim, putusan batal demi hukum. 11 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Format dan Isi Penelitian Kemasyarakatan yang digunakan bagi Anak yang berkonflik dengan hukum? 2. Bagaimana Eksistensi Litmasterhadap Putusan Hakim bagi Anak yang Berkonflik dengan Hukum? C. Tujuan Penelitian Adapun Tujuan dari penelitian ini yang dilakukan oleh penulis adalah untuk: 1. Tujuan Subjektif: Untuk memenuhi syarat kelengkapan memperoleh gelar sarjana hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Objektif: a. Untuk mengetahui Format dan Isi Penelitian Kemasyarakatan yang digunakan bagi Anak yang berkonflik dengan hukum. 11 Ibid., Pasal 60 Ayat (3) dan (4) UU SPPA

6 b. Untuk mengetahuieksistensi Litmasterhadap Putusan Hakim bagi Anak yang Berkonflik dengan Hukum D. Keaslian Penelitian Penulisan Hukum dengan judul Eksistensi Laporan Penelitian Kemasyarakatan Terhadap Putusan Hakim Bagi Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum.Sepanjang penelusuran penulis di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada belum pernah ada. Namun demikian, ada beberapa penelitian yang mempunyai kemiripan dengan judul penulis yaitu: 1. Yustika Sinta Dewi dengan judul Peranan Balai Pemasyarakatan Dalam Pelaksanaan Peradilan Pidana Anak di Yogyakarta. 12 Penulis Yustika Sinta Dewi fokus pada rumusan masalah: a. Peran Bapas dalam Pelaksanaan Peradilan Pidana Anak di Yogyakarta. b. Hambatan yang dihadapi oleh Bapas dalam pelaksanaan Peradilan Pidana anak di Yogyakarta. Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah: a. Peran Bapas dalam pelaksanaan pidana anak di Yogyakarta adalah melaksanakan tugas dan fungsi Penelitian Kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan pendampingan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum di dalam dan di luar proses peradilan, yang dilakukan oleh Pembimbing kemasyarakatan. Peran itu dimulai dari tahap penyidikan sampai dengan pendampingan di tingkat pengadilan 12 Yustika Sinta Dewi, 2014, Peranan Balai Pemasyarakatan Dalam Pelaksanaan Peradilan Pidana Anak di Yogyakarta, Skripsi, ProgramSarjana Hukum, Universitas Gadjah Mada

7 b. Hambatan yang dihadapi Bapas dalam pelaksanaan peradilan pidana anak di Yogyakarta adalah mengenai anggaran yang minim, lokasi bimbingan yang jauh, proses pembimbingan yang kadang tidak lancar, sarana dan prasarana yang minim, pelaporan dari instansi yang berwenang tidak terbuka, keterbatasan luas kewenangan, pemberian saran atau rekomendasi yang diberikan, dan Bapas tidak dapat menempuh upaya hukum lanjutan apabila saran atau rekomendasi tidak digunakan. Kesamaan dari penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah kesamaan objek yaitu Bapas. Namun demikian, ada perbedaan yaitu didalam rumusan masalahnya, penulis lebih fokus rumusan masalah yaitu: a. Bentuk Laporan Penelitian Kemasyarakatan bagi Anak yang Berkonflik dengan Hukum b. Keterkaitan Laporan Penelitian Kemasyarakatan Dengan Putusan Hakim bagi Anak Berkonflik dengan Hukum 2. Skripsi yang ditulis oleh Indra Pramono dengan judul Peran Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Dalam Melaksanakan Bimbingan Terhadap M Anak Pemasyarakatan (STUDI DI BAPAS SEMARANG). 13 Penulis Indra Pramono fokus pada rumusan masalah: a. Kesesuaian peran Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dengan Undang- Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dengan kondisi yang ada di lapangan. 13 Indra Pramono, 2015, Peran Balai Pemasyarakatan (BAPAS) Dalam Melaksanakan Bimbingan Terhadap M Anak Pemasyarakatan (STUDI DI BAPAS SEMARANG), Skripsi, Program Sarjana Hukum, Universitas Negeri Semarang

8 b. Pelaksanaan bimbingan yang dilaksanakan oleh Balai Pemasyarakatan (BAPAS) terhadap Klien anak pemasyarakatan di Balai Pemasyarakatan Semarang. Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah: a. Peran yang dilaksanakan oleh Bapas Semarang telah sesuai Undang- Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dalam Undang-undang tersebut mengatur mengenai Sistem Pemasyarakatan untuk membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan khususnya dalam hal ini Klien Anak agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidananya, sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab di lingkungan masyarakat. b. Bimbingan yang dilakukan dan dilaksanakan oleh Bapas Semarang kepada Klien anak pemasyarakatan telah sesuai, dengan landasan Undang-undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, Bapas Semarang melaksanakan pembimbingan kepada Klien anak pemasyarakatan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh anak dengan melihat kondisi fisik maupun psikis. Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tidak menerangkan mengenai bentuk dari pembimbingan yang dilakukan oleh Bapas, begitu pula dalam Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999 hanya menerangkan poin-poin yang menjadi landasan dalam

9 memberikan bentuk bimbingan pada khusunya Klien anak pemasyarakatan. Kesamaan dari penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah kesamaan objek yaitu Bapas. Namun demikian, ada perbedaan yaitu didalam rumusan masalahnya, penulis lebih fokus kepada rumusan masalah a. Bentuk Laporan Penelitian Kemasyarakatan bagi Anak yang Berkonflik dengan Hukum b. Keterkaitan Laporan Penelitian Kemasyarakatan Dengan Putusan Hakim bagi Anak Berkonflik dengan Hukum Oleh karena itu, penulisan dengan juduleksistensi Laporan Penelitian Kemasyarakatan Terhadap Putusan Hakim Bagi Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum, merupakan penulisan yang ditulis oleh penulis sendiri dan bukan merupakan duplikasi dari penulisan hukum lain E. Manfaat Penelitian Penulis berharap agar penelitian ini mampu memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri, ilmu pengetahuan dan pembangunan. 1. Kegunaan Akademis a. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan tentang ilmu hukum dan informasi lainya yang mempunyai keterkaitan dengan penulisan ini. b. Sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan analisis penulis dalam menganalisis data secara ilmiah dan membantu penulis dalam mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama kuliah

10 2. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan bisa memberikan masukan bagi para pihak yaitu Pemerintah, Penyidik, Penuntut Umum, dan hakim dalam hal menangani anak yang berkonflik dengan hukum