BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, isu yang paling banyak dikembangkan adalah isu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur kerja karyawan dalam sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Disiplin Kerja Pegawai. kehidupan kelompok atau organisasi, baik organisasi formal maupun non

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. mengoreksi apakah sebelumnya ada peneliti yang pernah menulis

BAB II LANDASAN PUSTAKA. Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB II KERANGKA TEORI. Seorang pemimpin memainkan peranan yang sangat dominan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini, kemunculanbisnis cafe di Purwokerto mengalami

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Pengertian Manajemen Sumber Daya. perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bukunya Heidjrachman (2002) kompensasi adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. memebentuk sebuah pekerjaan karyawan (Simamora, 2009). Penilaian kinerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB II LANDASAN TEORI. Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa komponen yang saling terkait. Adapun komponenkomponen

LANDASAN TEORI. Menurut Rivai (2004:455) motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang membawahi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai

Psikologi Industri & Organisasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORETIS. Penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2007) dengan judul Pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masukan selama periode tersebut (Dossett dan Greenberg, 1981). a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan keputusan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kinerja karyawan bisa dilakukan dari berbagai sisi. Kinerja itu sendiri ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dimensi efektivitas berkaitan dengan pencapaian untuk kerja yang maksimal

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana salah satu bagianya adalah bidang sumber daya manusia. Jadi secara singkat

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, pastinya manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis disiplin berasal dari kata inggris yaitu disciple yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan, karena suatu aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuannya yaitu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu perusahaan atau organisasi, Sumber Daya Manusia (SDM)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh karyawan dengan perilaku nyata yang dilakukan sesuai dengan perannya dalam pekerjaan, menurut Hariandja (2009) kinerja karyawan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya.mangkunegara (2009), berpendapat bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Suwatno (2011) juga berpendapat bahwa kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku, dalam kurun waktu tertentu, berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan tindakanya. Berdasarkan pengertian kinerja dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan.kinerja juga berarti hasil yang dicapai oleh seseorang, baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi sesuai dengan tanggung jawab yang dberikan kepadanya. 8

9 2. Penilaian Kinerja Menurut Hariandja (2009) penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi dalam menilai kinerja para karyawan. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja secara umum untuk memberikan feedback kepada karyawan dalam upaya memperbaiki tampilan kerjanya dan upaya memperbaiki produtivitas perusahaan, dan secara khusus dilakukan dalam kaitannya dengan berbagai kebijaksanaan terhadap karyawan seperti tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan, dan latihan, dan lain-lain (Hariandja, 2009). Hariandja (2009) mengemukakan bahwa arti pentingnya penilaian kinerja adalah sebagai berikut: a. Perbaikan kinerja memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan perbaikan untuk meningkatkan kinerja melalui feedback yang diberikan oleh organisasi. b. Penyesuaian gaji dapat dipakai sebagai informasi untuk mengkompensasi karyawan secara layak sehingga dapat memotivasi mereka. c. Keputusan untuk penempatan, yaitu dapat dilakukannya penempatan karyawan sesuai dengan keahliannya. d. Pelatihan dan pengembangan, yaitu melalui penilaian akan diketahui kelemahan-kelemahan dari pegawai sehingga dapat dilakukan program-program pelatihan dan pengembangan yang lebih efektif.

10 e. Perencanaan karir, yaitu organisasi dapat memberikan bantuan perencanaan karier bagi pegawai dan menyelaraskannya dengan kepentingan organisasi. f. Mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam proses penempatan, yaitu kinerja yang tidak baik menunjukan adanya kekurangan dalam perencanangan jabatan. g. Dapat mengidentifikasi adanya kekurangan dalam desain pekerjaan, yaitu kekurangan kinerja akan menunjukkan adanya kekurangan dalam perencanangan jabatan. h. Meningkatkan adanya perlakuan yang kesempatan yang sama pada karyawan, yaitu dengan dilakukannya penilaian yang obyektif berarti meningkatkan perlakuan yang adil bagi karyawan. i. Dapat membantu pegawai mengatasi masalah yang bersifat eksternal, yaitu dengan penilaian kinerja atasan akan mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya kinerja yang jelek, sehingga atasan dapat membantu menyelesaikannya. j. Umpan balik pada pelaksanaan fungsi manajemen sumber daya manusia, yaitu dengan diketahuinya kinerja karyawan secara keseluruhan, ini akan menjadi informasi sejauh mana fungsi sumber daya manusia berjalan dengan baik atau tidak.

11 3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sumber daya manusia menurut Wirawan (2009) meliputi: a. Faktor internal pegawai Faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor-faktor bawaan, misalnya bakat, sifat pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan.sementara itu, faktor yang diperoleh, misalnya pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman kerja, dan motivasi kerja. b. Faktor lingkungan internal organisasi Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Faktor internal organisasi antara lain teknologi robot, sistem kompensasi, iklim kerja, strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, serta sistem manajemen dan kompensasi. c. Faktor lingkungan eksternal organisasi Faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di lingkungan eksternal organisasi, misalnya krisis ekonomi.

12 Kinerja juga dipengaruhi oleh faktor kemampuan (abilty) dan faktor motivasi (motivation) yang dirumuskan oleh (Mangkunegara, 2009): a. Human Performance = Ability x motivation b. Motivation = Attitude x situation c. Abilty = knowledge x skill Berdasarkan definisi diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian kinerja dipengaruhi oleh kemauan dan motivasi karyawan.sedangkan motivasi karyawan dipengaruhi oleh sikap pimpinan dan kondisi tempat kerja karyawan.kemudian bahwa kemampuan karyawan itu sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan karyawan dalam bekerja. B. Gaya Kepemimpinan Transaksional 1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Transaksional Kepemimpinan dalam perusahaan sangatlah penting untuk menunjang kemajuan di dalam organisasi tersebut.peranan seorang pemimpin sangatlah penting dalam manajemen organisasi. Hal tersebut membuat kebutuhan akan seorang pemimpin dan seorang yang akan dipimpin. Kepemimpinan menurut Terry dalam Riyadi (2011) yaitu Leadership is the relationship in which one person, or the leader, influences others to work together willingly on related tasks to attain that which the leader desires, kepemimpinan adalah hubungan anatra seseorang dengan pemimpin untuk mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama yang menekankan pada tugas-tugas untuk mencapai suatu tujuan.

13 Menurut Bcyo dalam Maulizar dkk (2012), kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran kerja, standar kerja, penugasan kerja dan penghargaan. Gaya kepemimpinan transaksional menurut Komariah dalam Masaong dan Tilome(2011), adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang di emban oleh karyawan.pemimpin adalah seseorang yang mendisain pekerjaan beserta mekanismenya, dan staf adalah seorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahlian. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan gaya kepemimipinan transaksional merupakan perilaku pemimpin yang memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang menciptakan hubungan yang menekankan pada tugas yang diemban oleh karyawan. 2. Faktor-faktor Gaya Kepemimpinan transaksional Faktor faktor kepemimpinan transaksional adalah sebagai berikut menurut Bassyang dikutip oleh Harahap (2010) yaitu sebagai berikut: a. Imbalan Kontingen (Contingent Reward) Faktor ini dimaksudkan bahwa bawahan memperoleh pengarahan dari pemimpin mengenai prosedur pelaksanaan tugas dan target-target

14 yang harus dicapai. Bawaan akan menerima imbalan dari pemimpin sesuai dengan kemampuannya dalam mematuhi prosedur tugas dan keberhasilannya mencapai target-target yang telah ditentukan. b. Manajemen eksepsi aktif (active management by exception). Faktor ini menjelaskan tingkah laku pemimpin yang selalu melakukan pengawasan secara direktif terhadap bawahannya. Pengawasan direktif yang dimaksud adalah mengawasi proses pelaksanaan tugas bawahan secara langsung. Hal ni bertujuan untuk mengantisipasi dan meminimalkan tingkat kesalahan yang timbul selama proses kerja berlangsung. Seorang pemimpin transaksional tidak segan mengoreksi dan mengevaluasi langsung kinerja bawahan meskipunproses kerja belum selesai.tindakan tersebut dimaksud agar bawahan mampu bekeja sesuai dengan standar dan prosedur kerja yang telah ditetapkan. c. Manajemen eksepsi pasif (passive management by exception) Seorang pemimpin transaksional akan memberikan peringatan dan sanksi kepada bawahannya apabila terjadi kesalahan dalam proses yang dilakukan oleh bawahan yang bersangkutan. Namun apabila proses kerja yang dilaksanaka masih berjalan sesuai standar dan prosedur, maka pemimpin transaksional tidak memberikan evaluasi apapun kepada bawahan.

15 C. Komitmen Afektif 1. Pengertian Komitmen afektif Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut (Robbins, 2009).Robbins(2009), mendefinisikan bahwa keterlibatan pekerjaaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seseorang individu, sementara komitmen organisasional yang tinggi berarti memihak organisasi yang merekrut individu tersebut.dalam organisasi sekolah guru merupakan tenaga profesional yang berhadapan langsung dengan siswa, maka guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik mampu menjalankan kebijakan-kebijakan dengan tujuan-tujuan tertentu dan mempunyai komitmen yang kuat terhadap sekolah tempat dia bekerja. Komitmen afektif adalah perasaan cinta pada organisasi yang memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan membina hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan organisasi dikarenakan telah menjadi anggota, Zurnali (2010).Sedangkan menurut Meyer dan Allen dalam Luthans (2011) komitmen afektif merupakan ikatan emosional karyawan pada organisasi, identifikasi dengan organisasi, dan keterlibatan dalam organisasi.anggota organisasi dengan komitmen afektif yang tinggi terus menjadi anggota dalam organisasi karena mereka menginginkannya (want to).

16 Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komitmen afektif merupakan perasaan cinta pada organisasi yang memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan membina hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan organisasi dikarenakan telah menjadi anggota. 2. Faktor-faktor komitmen afektif Menurut Minner dalam Dewi (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan yaitu: a. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan dan kepribadian. b. Karakteristik pekerjaan, misalnya likup jabatan, tantangan dalam pekerjaan, konflik peran, tingkat kesulitan pekerjaan. c. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi, bentuk organisasi, kehadiran serikat pekerjaan, dan tingkat pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan. d. Pengalaman kerja, pengalaman kerja seorang karyawan sangat berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan padaorganisasi. Karyawan yang baru beberapa tahun bekerjadan karyawan yang sudah lebih lama bekerja tentu memiliki tingkat komitmen yang berbeda.

17 D. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan, Robbins (2009). Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang (Robbins, 2009). Motivasi merupakan proses psikis yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu, Usman (2013). Motivasi dapat berasal dari dalam diri maupun luar diri seseorang.sedangkan menurut Hariandja (2009) motivasi adalah sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh manusia dalam rangka memenuhi keinginan dan kebutuhannya.namun, agar keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila tanpa usaha maksimal.

18 2. Teori Motivasi Teori Tiga Kebutuhan Dikemukakan oleh David McCleland dalam Robbins (2009) inti teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan, yaitu: a. Kebutuhan akan berprestasi (Need for Achievement) Dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil. b. Kebutuhan akan kekuasaan (Need for Power) Kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sama dengannya sehingga mereka tidak akan berperilaku yang sebaliknya c. Kebutuhan afiliasi (Need for Affiliation) Keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab. 3. Faktor-faktor Motivasi Menurut Mangkunegara (2009) bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu : a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik dapat pula dibangkitkan dari dalam atau sering disebut motivasi internal.sasaran yang ingin dicapai berada dalam individu itu sendiri.karyawan dapat bekerja karena tertarik dan senang pada pekerjaannya, karyawan merasa pekerjaan yang dilakukan

19 memberikan makna, kepuasan dan kebahagiaan pada dirinya.adapun faktor instrinsik terdiri dari upah, keamanan kerja, kondisi kerja, status prosedur perusahaan dll. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi yang dibangkitkan karena mendapatkan rangsangan dari luar merupakan motivasi eksternal.faktor ekstrinsik adalah prestasi, pengakuan, tanggung jawab, kemajuan, pekerjaan itu sendiri, kemungkinan untuk berkembang, peraturan, kebijakan perusahaan, interaksi antara karyawan, dan lain sebagainya. Faktor pemeliharaan yang merupakan kondisi ekstrinsik dari karyawan yang akan menimbulkan ketidakpuasan dan faktor motivator merupakan faktor yang menggerakkan motivasi. E. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja karyawan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku menurut Hasibuan (2009). Di dalam suatu perusahaan pasti mempunyai standar perilaku yang harus ditaati oleh karyawan dalam hubunganya dengan pekerjaan, baik secara tertulis maupun tidak, dan menginginkan para karyawan untuk mematuhi setiap aturan yang telah dibuat sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, tetapi

20 sebagai manusia mempunyai kelemahan yaitu tidak disiplin. Oleh karena itu disiplin merupakan faktor penting dalam suatu perusahaan. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung jawabnya.pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri sendiri ataupun pada orang lain.disiplin kerja merupakan suatu sifat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai, 2014). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja yakni kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. 2. Pendekatan Disiplin Kerja Para ahli menyebutkan beberapa pendekatan untuk meningkatkan disiplin Hariandja(2009) yaitu sebagai berikut: a. Disiplin preventif Disiplin preventif yaitu tindakan yang dilakukan untuk mendorong para karyawan menaati standar dan peraturan sehingga tidak terjadi

21 pelanggaran, atau bersifat mencegah tanpa ada yang memaksakan yang pada akhirnya akan menciptakan disiplin diri. b. Disiplin korektif Disiplin korektif yaitu tindakan yang dilakukan untuk mencegah supaya tidak terulang kembali sehingga tidak terjadi pelanggaran pada hari-hari selanjutnya. 3. Jenis-jenis Disiplin Kerja Menurut Rivai (2008) bentuk-bentuk disiplin kerja dibagi menjadi empat perspektif yaitu : 1. Disiplin Retributif (Retributive Discipline), yaitu berusaha menghukum orang yang berbuat salah. 2. Disiplin Korektif (Corrective Discipline), yaitu berusaha membantu karyawan mengoreksi perilakunya yang tidak tepat. 3. Perspektif hak-hak individu (Individual Rights Perspektive), yaitu berusaha melindungi hak-hak dasar individu selama tindakan-tindakan disipliner. 4. Perspektif Utilitarian (Utilitarian perspective), yaitu berfokus kepada penggunaan disiplin hanya pada saat konsekuensi-konsekuensi tindakan disiplin melebihi dampak-dampak negatifnya.

22 F. Kerangka Pemikiran Menurut Bcyo dalam Maulizar dkk (2012), kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran kerja, standar kerja, penugasan kerja dan penghargaan. Penelitian yang dilakukan oleh Maulizar dkk (2012) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan transaksional terhadap kinerja. Menurut Zurnali (2010) Komitmen afektif (affective commitment) adalah perasaaan cinta terhadap suatu organisasi yang memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan membina hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan organisasi dikarenakan telah menjadi anggota organisasi.penelitian yang dilakukan oleh Rohman dkk (2012) menyimpulkan bahwa komitmen afektif berpengaruh positif secara langsung terhadap kinerja karyawan. Menurut Hariandja (2009) motivasi adalah sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah.penelitian yang dilakukan oleh Cahyono (2012) menyimpulkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Menurut Rivai (2014) disiplin kerja merupakan suatu sifat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka

23 bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.penelitian yang dilakukan oleh Sajangbati (2013) yang menyimpulkan bahwa disiplin berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Setelah dilakukan telaah pustaka yang mendasari perumusan masalah yang diajukan selanjutnya dibentuk sebuah kerangka pemikiran teoritis, yang akan digunakan sebagai acuan untuk pemecahan masalah, yang disajikan seperti dibawah ini: Gambar 2.1 kerangka pemikiran Gaya Kepemimpinan transaksional (X 1 ) Komitmen afektif (X 2 ) Motivasi (X 3 ) Disiplin Kerja (X 4 ) H1+ H2+ H3+ H4+ H5+ Kinerja (Y) Keterangan: = Hubungan secara parsial = Hubungan secara simultan

24 G. Hipotesis H1 : Gaya kepemimpinan transaksional secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. H2 : Komitmen afektif secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. H3 : Motivasi secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. H4 : Disiplin Kerja secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan H5 : Gaya Kepemimpinan transaksional, Komitmen Afektif, Motivasi, dan Disiplin kerja secara simultan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan.