GAMBARAN SIKAP IBU TERHADAP KEKERASAN PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KEKERASAN VERBAL DENGAN KEJADIAN KEKERASAN VERBAL PADA ANAK DI TK RK KUNCEN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. maka penulis membuat alur pemikiran penelitian yang diambil dan sedikit

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU VERBAL ABUSE ORANG TUA PADA ANAK DI DUSUN KUWON SIDOMULYO BAMBANGLIPURO BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN IBU PADA ANAK USIA 6-10 TAHUN DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian observasional deskriptif adalah peneliti melakukan

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA USIA PREMENOPAUSE DI KAUMAN RT. 49 NGUPASAN GONDOMANAN YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. wilayah kecamatan dan 45 wilayah kelurahan yang sebagian besar tanahnya. formasi geologi batuan sedimen old andesit.

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Kartika Dewi Ayusti

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU RUMAH TANGGA DENGAN SIKAP TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS DI RW 15 KELURAHAN UMBULMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

GAMBARAN PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKS DINI DI KELOMPOK BERMAIN AISYIYAH REJODANI, SLEMAN MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA PERNIKAHAN WANITA DI KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN GUNUNG KIDUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriftif. Metode deskriftif artinya

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kasus kekerasan seksual terhadap wanita merupakan. salah satu bentuk kekerasan yang sebenarnya berat dan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

LAMPIRAN. Kebijakan Jampersal di Kota Yogyakarta? b. Bagaimana pelaksanaan Jampersal di Kota Yogyakarta tahun 2013?

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI DUSUN KWARASAN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KELENGKAPAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Papiloma Virus (HPV) terutama HPV 16 dan 18 (Aziz et al, 2006 ).

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU HAMIL DI PUSKESMAS MANTRIJERON

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KONDISI FISIK DENGAN TINGKAT STRES PADA LANSIA DI DUSUN JIMUS DESA PULE KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN ABSTRACT

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 BAMBANGLIPURO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindakan kekerasan merupakan tindakan yang. melanggar hak asasi manusia dan di Indonesia kejadian

BAB I PENDAHULUAN. jalanan. Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi Fakir miskin dan anak-anak

PENGARUH PENYULUHAN KANKER PAYUDARA TERHADAP SIKAP PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI SISWI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

GAMBARAN STRES DAN STRATEGI KOPING IBU BEKERJA YANG MEMILIKI ANAK DIASUH ASISTEN RUMAH TANGGA. Abstrak.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak

BAB I. Pendahuluan. sebagian orang, internet merupakan suatu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU PERAWATANDIRI SAAT MENSTRUASI PADA SISWI KELAS VII DI SMPN 3 BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KEKERASAN PADA ANAK DENGAN TINDAKAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Selama periode angka perlakuan salah pada anak. justru memperlihatkan peningkatan sampai 50 % (Huraerah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan kampug hijau yang semakin berkembang di Indonesia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

Transkripsi:

GAMBARAN SIKAP IBU TERHADAP KEKERASAN PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Isnaini Prabaningrum 1610104378 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2017 1

2

GAMBARAN SIKAP IBU TERHADAP KEKERASAN PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA 1 Isnaini Prabaningrum 2, Siti Istiyati 3 INTISARI Latar Belakang: Komisi Perlindungan Anak Indonesia menyatakan bahwa kekerasan pada anak selalu meningkat setiap tahun dan tahun 2015 di DIY tercatat sebanyak 404 kasus. Jumlah kekerasan berdasarkan lokasi terjadinya di kecamatan kota Yogyakarta tahun 2015 paling tinggi di kecamatan Mergangsan sebesar 13%. Kekerasan pada anak menyebabkan perubahan pada tumbuh kembang anak. Sikap ibu merupakan salah satu penyebab kekerasan pada anak. Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Mergangsan terdapat sebanyak 584 anak usia 6 10 tahun, 28% di Kelurahan Brontokusuman, 37% di Kelurahan Keparakan dan 35% di Wiragunan. Tujuan: diketahuinya gambaran sikap ibu terhadap kekerasan pada anak di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Metode Penelitian: menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Tempat penelitian di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta dan waktu pengambilan data 12 18 Mei 2017. Responden penelitian adalah ibu yang memiliki anak usia 6 10 tahun. Jumlah populasi 584, jumlah sampel 59 dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Jenis data menggunakan data primer dengan kuesioner. Analisa data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian: Hasil uji analisis univariat menggunakan nilai mean yaitu 64,88. Sikap ibu terhadap kekerasan pada anak lebih banyak bersikap negatif yaitu sebanyak 33 (56%) dibandingkan ibu yang bersikap positif sebanyak 26 (44%). Simpulan dan saran: Terdapat gambaran sikap ibu terhadap kekerasan pada anak di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Diharapkan bagi ibu menambah wawasan mengenai kekerasan pada anak dan dapat memahami bahwa sikap ibu berpotensi melakukan kekerasan sehingga dapat merubah sikap untuk menghindari kekerasan anak. Diharapkan juga untuk memahami terkait perkembangan anak dan perlakuan ibu dapat membentuk karakter anak di masa depan. Kata Kunci : Sikap Ibu, Kekerasan pada Anak Kepustakaan : 26 buku (2004 2013), 10 jurnal, 4 artikel, 4 skripsi 1Judul Skripsi 2Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta 3Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta 3

LATAR BELAKANG Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang dalam keluarga. Pemahaman dan persepsi anak tentang dunia masih minim menyebabkan rentan terhadap perkembangan situasi sekitar yang kompleks. Mereka belum cukup pengalaman untuk menelaah semua informasi yang ada. Itulah sebabnya, anak membutuhkan pendampingan orang dewasa untuk memberikan pemahaman terhadap yang dipikirkan dan yang ditemuinya. Namun, sebagian orang dewasa yang diharapkan dapat berperan sebagai guru justru memberikan kekerasan terhadap anak yang berdampak fisik maupun psikis hingga merenggut jiwanya (Makrao, 2013: 1). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa kekerasan anak meningkat setiap tahun. Terakhir di tahun 2014 ada 5.066 kasus. Rata-rata kenaikan kasus dimulai pada tahun 2011 sebanyak 1.000 kasus kekerasan. Hasil pemantauan KPAI dari tahun 2011 sampai 2014 terjadi peningkatan yang sigfnifikan. Tahun 2011 terjadi 2.178 kasus kekerasan, 2012 ada 3.512 kasus, 2013 ada 4.311 kasus dan tahun 2014 ada 5.066 kasus (Setyawan, 2015). Kekerasan anak di DIY tahun 2015 tercatat sebanyak 404 kasus. Jumlah kekerasan terjadi sebanyak 26% pada anak laki-laki dan 74% pada anak perempuan. Berdasarkan lokasi lembaga layanan anak yang mengalamai kekerasan di DIY tahun 2015 paling tinggi di Kabupaten Sleman 35%, peringkat kedua di lembaga layanan anak DIY 24%, disusul Kota Yogyakarta 19%, diikuti Kabupaten Bantul 12%, Kabupaten Kulon Progo 6% dan terakhir Kabupaten Gunung Kidul sebanyak 4% (BPP DIY, 2016: 115). Jumlah kekerasan anak berdasarkan umur terjadi pada usia 0 5 tahun sebesar 10%, usia 6 10 tahun sebanyak 27% dan usia 11 18 tahun sekitar 63% (BPPM DIY, 2016: 118). Bentuk kekerasan pada anak yang terjadi di DIY yaitu berupa kekerasan fisik 21%, kekerasan psikis 20%, kekerasan seksual 50%, ekspliotasi/traficking 1% dan penelantaran 8%. Jumlah korban kekerasan anak yang ditangani Forum Perlindungan Korban Kekerasan (FPKK) DIY tahun 2015 berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan berupa pelayanan kesehatan sebanyak 55 kasus, terdiri dari 58% di Kota Yogyakarta, 22% di Kabupaten Bantul, 11% di lembaga layanan anak DIY, 6% di Kabupaten Sleman dan 3% di Kabupaten Gunung Kidul (BPPM DIY, 2016: 132). Data KPMP Kota Yogyakarta tahun 2016 jumlah anak yang mengalami kasus kekerasan terdapat 75 kasus baru, terdiri dari 32% Lakilaki dan 68% perempuan (Data KPMP Yogyakarta, 2017). Jumlah kekerasan berdasarkan lokasi terjadinya di kecamatan kota Yogyakarta tahun 2015 di kecamatan Mergangsan 13%, Umbulharjo 13%, Gondokusuman 11%, Mantrijeron 11%, Danurejan 9%, Tegalrejo 8%, Wirobrajan 8%, Kotagede 7%, Jetis 5%, Kraton 4%, Gondomanan 4%, Ngampilan 4%, Gedong Tengen 2% dan terakhir kecamatan Pakualaman 1%. Adapun 4

bentuk kekerasan pada yang dilakukan yaitu 30% berupa kekerasan fisik, 27% kekerasan psikis, 42% kekerasan seksual dan 1% berbentuk penelantaran (BPPM DIY, 2016: 125). Berdasarkan usia kasus kekerasan pada anak di Kota Yogyakarta tertinggi yaitu pada usia 11 18 tahun sebesar 74%, disusul pada rentang usia 6 10 tahun sebesar 18% dan terakhir pada rentang usia 0 5 tahun sebesar 8% (BPPM DIY: 117). Sejalan dengan data dari Komnas Perlindungan Anak kasus kekerasan yang terjadi 70% pelakunya adalah wanita. Sebagian besar perempuan pelaku kekerasan anak ternyata pernah menjadi korban kekerasan dari suami atau akibat disfungsi keluarga. Masalah yang terjadi dalam keluarga atau pasangan menjadi faktor pemicu melakukan kekerasan anak. Angka ini menggambarkan bahwa orang tua tunggal (single parent) memungkinkan melakukan kekerasan anak karena keluarga dengan orangtua tunggal biasanya pendapatannya lebih kecil dari keluarga lain hal itulah yang menjadi penyebab adanya kekerasan terhadap anak (Papalia dalam Perdani, 2013: 71). Kekerasan pada anak dapat terjadi setiap hari di rumah, rumah yang seharusnya tempat teraman dan tempat berlindung bagi anak tidak lagi menjadi nyaman. Adanya pengertian dalam memandang anak, dimana anak dipandang sebagai objek yang wajib menurut kepada orang tua, padahal belum tentu orang tua selamanya benar. Orang tua terlalu berharap pada anak dan cenderung memaksa agar anak menuruti sepenuhnya keinginan mereka, jika tidak maka anak akan mendapat hukuman. Hal inilah yang menjadikan alasan bagi orang tua sering melakukan kekerasan pada anak. Disamping itu, bisa juga dikarenakan riwayat orang tua yang dibesarkan dalam kekerasan sehingga cenderung meniru pola asuh yang didapatkan sebelumnya. Stres, kemiskinan, isolasi sosial, lingkungan yang mengalami krisis ekonomi, tidak bekerja, sikap orangtua, kurangnya pengetahuan orang tua tentang pendidikan anak serta minimnya pengetahuan agama orang tua turut berperan menjadi penyebab terjadinya kekerasan pada anak (Soetjiningsih dalam Fitriana 2015: 84). Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, dalam hal ini sikap dan perilaku orangtua tanpa sadar menggunakan kekuasaannya untuk berbuat apa saja, termasuk melakukan kekerasan pada anak. Orangtua biasanya menggunakan kekuasaannya untuk mengendalikan perilaku anak supaya anak tidak menjadi pembangkang. Sedangkan, anak sebagai pribadi kecil dan lemah sepenuhnya berada di bawah kendali orang dewasa tidak berdaya menghadapi perlakuan tersebut. Tanpa disadari, ternyata anak sejak kecil sudah diajarkan agar patuh dan taat pada orangtua dengan cara kekerasan (Huraerah, 2007: 9). Kemiskinan memberikan efek gangguan emosional kepada orangtua terutama wanita sebagai seorang ibu dimana ibu juga harus memenuhi kebutuhan keluarga dan mengasuh anak, yang kemudian akan mempengaruhi cara mereka dalam mengasuh anak. Tentunya dari permasalahan tersebut seorang ibu akan mengalami gangguan emosional, maka dalalam mengasuh anak dengan cara yang tidak tepat dan proporsional sehingga terjadilah kekerasan pada anak (Ikawati, 2013: 3). Semakin kuat satu sikap dalam pemikiran seseorang maka semakin 5

besar pengaruhnya terhadap perilaku. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sikap yang dibentuk melalui pengalaman pribadi akan semakin kuat daripada sikap yang dibentuk berdasarkan informasi kedua atau sumber yang tidak langsung. Secara spesifik orang tidak hanya bisa menggunakan sikap sebagai dasar perilaku, tetapi membentuk sikap berdasarkan perilaku. Sebagaimana sikap dapat berpengaruh pada perilaku, sebaliknya perilaku pun juga dapat membentuk sikap karena perilaku adalah pengalaman yang paling langsung pada diri seseorang. Individu yang membentuk keyakinan, perasaan dan kecenderungan yang positif akan bersikap positif (menerima atau mendukung) juga terhadap kekerasan anak sedangkan individu yang membentuk keyakinan, perasaan dan kecenderungan negatif akan bersikap negatif (menolak) juga terhadap kekerasan pada anak (Nugroho, 2009). Kekerasan anak menyebabkan perubahan pada tumbuh kembang anak. Selain itu dampak yang akan diterima anak sebagai akibat dari kekerasan anak berupa dampak fisik, dampak psikis maupun dampak sosial (Anggraeni, 2013: 4). Seringkali kekerasan terhadap anak dianggap hal yang lumrah karena secara sosial dipandang sebagai cara pendisiplinan anak. Bahkan dimasyarakat, norma sosial dan budaya tidak melindungi atau menghormati anak. Peningkatan fenomena kekerasan pada anak menunjukkan dan harus diakui bahwa sejauh ini tindak kekerasan terhadap anak masih dihadapi dengan cara pemahaman yang insidental, dari kejadian-kejadian yang parsial. Belum memadahinya pemahaman kekerasan anak yang lebih konseptual mengakibatkan tidak cukup membantu untuk menekan kekerasan serendah mungkin (Huraerah, 2007: 2). Tenaga profesional kesehatan termasuk bidan seringkali menjadi pihak pertama yang menemukan kasus kekerasan anak, baik pada saat melakukan prakteknya di institusi kesehatan atau di tempat praktek pribadi, atau juga pada saat melakukan kunjungan ke lapangan. Merekalah yang seharusnya dapat mendeteksi dini dan menangani atau merujuk kasus kasus kekerasan anak sesuai dengan prosedur dalam sistem perlindungan anak yang berlaku, sehingga tidak timbul kembali asumsi bahwa kasus kekerasan anak yang tercatat hanya merupakan ujung atas dari gunung es, kasus yang sebenarnya ada di dalam masyarakat, sesuai dengan standar kompetensi bidan ke-7 dan ke-8 yaitu bidan memberikan asuhan bermutu tinggi dan komperhensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai budaya setempat tentunya terkait dengan kekerasan pada anak yang merupakan salah satu bahaya yang sering terjadi di dalam dan luar rumah serta upaya pencegahannya (IDI, 2004). Salah satu bentuk upaya penurunan angka kekerasan anak di Yogyakarta dengan menetapkan Puskesmas Mergangsan Yogyakarta menjadi puskesmas ramah anak yang bertujuan untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai kota layak anak sesuai Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016 tentang Kota Layak Anak. Meskipun baru ada satu puskesmas ramah anak, puskesmas lain bisa menentukan inovasi dan keunggulannya masing-masing. Salah satu pelayanan ramah anak di Puskesmas Mergangsan ada di poliklinik gigi, selain ruangan yang 6

didesain nyaman untuk anak-anak, dokter dan perawat tidak mengenakan pakaian yang serba putih (Jati, 2016). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Mergangsan terdapat sebanyak 584 anak usia 6 10 tahun, 28% di Kelurahan Brontokusuman, 37% di Kelurahan Keparakan dan 35% di Wiragunan. Pada tahun 2016 terdapat 1 kasus kekerasan anak berupa kekerasan fisik yang berlokasi di RT 33 RW 10 Kelurahan Wirogunan (SimPus Mergangsan, 2017). HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus. Responden yang bersikap positif sebanyak 26 (44%) sedangkan yang bersikap negative sebanyak 33 (56%). Sikap negatif adalah sikap yang cenderung untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai untuk melakukan kekerasan pada anak (Azwar 2009). Hasil ini karena responden memiliki umur yang tidak berisiko melakukan kekerasan pada anak. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa responden lebih dominan memiliki sikap negatif yaitu sikap yang tidak mendukung terhadap kekerasan pada anak sehingga tidak berisiko melakukan kekerasan pada anak. Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sikap ibu terhadap kekerasan pada anak mayoritas bersikap negatif. Hal ini dimungkinkan bahwa pembentukan sikap ibu terhadap kekerasan pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan dan agama serta faktor emosional (Azwar, 2013). Berdasarkan karateristik terdapat 12 (20%) responden bertempat tinggal bersama orangtua ataupun mertua. Hasil ini memperkuat bahwa pengaruh orang lain yang dianggap penting salah satunya adalah faktor tinggal serumah dengan orangtua atau mertua dimana orangtua atau mertua lebih dominan dalam keluarga tersebut. Pendapat ini diperkuat dengan Rahayuningsih (2008) yaitu pembentukan sikap dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengalaman, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan agama serta faktor emosional. Selain faktor tempat tinggal, hasil penelitian didukung oleh karateristik responden yaitu umur lebih banyak pada usia > 35 tahun, agama yang didominasi agama islam, pendidikan SMA, satus pernikahan menikah, ekonomi > UMR, jumlah anak dan keadaan anak. Menurut Brooks (2011) menyebutkan dalam mengasuh anak minimal berusia 18 tahun, menikah, bekerja, dan lebih lanjut menjelaskan karateristik sosial seperti pendidikan ibu dan pekerjaan ibu menjadi penting karena memungkinkan untuk menghidupi anaknya dan terhidar dari sikap positif terhadap kekerasan paa anak. Berdasarkan karateristik, sikap ibu terhadap kekerasan pada anak dapat didominasi oleh ibu bekerja (58%). Peranan ibu antara lain sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya yang bertugas mengurus rumah tangga, pengasuh bagi anakanaknya, sebagai anggota masyarakat dan lingkungan, serta ibu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga (Efendi, 2009). Pada ibu bekerja tentunya akan 7

mengurangi intensitas komunikasi antara keduanya. Ibu yang bekerja tentunya memiliki stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja karena beban kerja yang dimilikinya lebih banyak (Forgays dalam Chairini, 2013). Karateristik ini sejalan dengan hasil bahwa sikap positif sebanyak 44%. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas sikap ibu di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Yogyakarta memiliki sikap negatif sebanyak 33 (56%) responden. Berdasarkan sikap ibu terhadap kekerasan pada anak, sebagain besar responden bersikap negative sehingga tidak berpotensi terhadap kekerasan pada anak. Mayoritas ibu di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Yogyakarta tidak berisiko melakukan kekerasan pada anak berdasarkan karateristik berupa umur, pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, ekonomi, keadaan anak dan jumlah anak. SARAN Diharapkan bagi ibu yang memiliki anak usia 6 10 tahun untuk menambah wawasan mengenai kekerasan serta bentuk-bentuk kekerasan pada anak sehingga ibu dapat memahami bahwa sikap ibu dalam memberikan asuhan pada anak berpotensi melakukan kekerasan, sehingga ibu dapat merubah sikap untuk menghindari kejadian kekerasan. Diharapkan juga untuk memahami terkait perkembangan anak dan memahami bahwa perlakuan ibu dapat membentuk karakter anak di masa depan. Diharapkan masyarakat lebih paham dengan kekerasan pada anak sehingga dapat menurunkan kasus. Selain itu diharapkan keikutsertaan masyarakat dalam menurunkan kasus kekerasan pada anak, dan apabila mengetahui kejadian kekerasan pada anak segera melapor ke petugas kesehatan atau dinas sosial. Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan kepekaan diri terhadap kasus kekerasan pada anak serta dapat berpartisipasi dalam menurunkan angka kejadian kekerasan pada anak berdasarkan program pemerintah yaitu dengan menjadikan kota Yogyakarta menjadi kota layak anak serta dapat menciptakan inovasi baru dengan memberikan penyuluhan dan konseling terkait kekerasan pada anak dengan bekerjasama dengan kader. Diharapkan pada institusi pendidikan dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah serta dapat menambah referensi baru dan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan kurikulum tentang kekerasan anak. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, Ratna Devi. 2013. Dampak Kekerasan Anak dalam Rumah Tangga. Dalam artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013. Universitas Jember. Azwar. Saifuddin. 2009. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.. 2013. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta. 2016. Profil Pemenuhan Hak Anak Daerah 8

Istimewa Yogyakarta Tahun 2016. Yogyakarta: BPPM DIY. Brooks, Jane. 2011. The Process of Parenting Zth edition (Edisi Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chairini, nurul. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Stres Pengasuhan pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah di Posyandu Kemiri Muka. Jakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Efendi, Feri dan Mukhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Fitriana, Yuli, Kurniasari Pratiwi dan Andina Vita Sutanto. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Orang tua dalam Melakukan Kekerasan Verbal terhadap Anak Usia Pra-sekolah. Jurnal Psikologi Undip Vol.14 No.1 April 2015, 81 93. Huraerah, Abu. 2007. Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Penerbit Nuansa. Ikatan Dokter Indonesia, Departemen Kesehatan dan UNICEFF. 2004. Buku Pedoman Deteksi dan Penatalaksanaan Korban Child Abuse and Neglect. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia. Ikawati, Agustin. 2013. Kekerasan Ibu Singe Parents terhadap Anak. Jawa Timur: Fakultas Psikologi Universitas Brawijaya. Jati, Paulus Yesaya. 2016. Yogyakarta Tangani Kekersan Perempuan dan Anak secara Terpadu. Dalam Harian Bernas Online melalui http://www.miamarianne.harian bernas.com/berita-21679-kota- Yogyakarta-Tangani-Kekerasanterhadap-Perempuan-dan-Anaksecara-Terpadu.html diakses tanggal 2 Desember 2016 pukul 12:18 WIB. Makarao, Muhammad Taufik. 2013. Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, Akbar. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Orang Tua Melakukan Verbal Abuse pada Anak Usia Prasekolah. Skripsi. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Perdani, Fuji lestari. 2013. Faktor Potensi Kekerasan Orangtua terhadap Anak : Studi Kasus di Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi Parent Violence Potential Factor to Child : Case Study in., pp.67 74. Diakses pada tanggal 22 Desember 2016 pukul 17.35 WIB. Rahayuningsih. 2008. Sikap (Attitude). Diunduh dari www.nurul_q.staff.gunadarma.a c.id/downloads/files/9095/bab1 pada tanggal 8 Mei 2017. Setyawan, Davit. 2015. KPAI: Pelaku Kekerasan Terhadap Anak Tiap Tahun Meningkat. Dalam http://www.kpai.go.id/berita/kpa i-pelaku-kekerasan-terhadapanak-tiap-tahun-meningkat/ diakses tanggal 2 Desember 2016 pukul 11:16 WIB. 9