EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL PEMBIAYAAN SECARA KREDIT DAN PENAGIHAN PIUTANG PADA PT KRESNA REKSA FINANCE Della Shu PT.Kresna Reksa Finance,perum.sbs blok c24/1,08989802899,della shu Abstrak Sistem pengendalian internal yang andal merupakan sebuah aset berharga bagi perusahaan dan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi operasional pada perusahaan pembiayaan kredit. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dimana penelitian ini mengidentifikasikan pengendalian internal yang diterapkan oleh PT Kresna Reksa Finance terkait proses pembiayaan secara kredit dan penagihan piutang. Dengan cara mengidentifikasi fungsi, prosedur dan hambatan pengendalian internal atas pembiayaan secara kredit dan penagihan piutang pada PT KRF, dan mengevaluasi 5 komponen pengendalian internal pada PT KRF dengan menggunakan COSO Framework sebagai dasar evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi resiko dan efektifitas dari pengendalian internal yang diterapkan oleh PT KRF. Saran dan rekomendasi untuk PT Kresna Reksa Finance adalah meningkatkan pengendalian internal dalam area proses pembiayaan secara kredit dan penagihan piutang sehingga dapat mengurangi resiko-resiko dari kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi, maka perlu diperhatikan tentang kontrol terkait lingkungan pengendalian (control environtment), penilaian resiko (risk assessment), sistem informasi dan komunikasi (information and communicaion system), aktifitas pengendalian (control activities) dan pemantauan (monitoring) Kata kunci : pengendalian internal, COSO Framework vi
PENDAHULUAN Sistem pengendalian internal terbagi menjadi beberapa subsistem informasi terkait dengan proses bisnis pada masing-masing perusahaan, diantaranya adalah sistem informasi penjualan dan penagihan. Pembuatan laporan tagihan dan penjualan merupakan suatu hal yang sangat vital khususnya bagi sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang pembiayaan dimana setiap tagihan dan penjualan harus diproses secara cepat dan akurat. Pengendalian internal yang andal dapat membantu tercapainya tujuan pembuatan laporan yang akurat dan meminimalisasi timbulnya kecurangan atau penyimpangan di perusahaan. Salah satu sistem akuntansi yang utama diterapkan di PT KRF adalah sistem pembiayaan secara kredit, dimana perusahaan memberikan pinjaman dana tunai kepada konsumennya. Pemberian pinjaman tersebut erat kaitannya dengan sistem penagihan piutang. Efektifitas penerapan pengendalian internal yang andal akan berpengaruh terhadap tingkat collectiblility piutang dan pencegahan kredit macet. Dalam skripsi ini, evaluasi akan difokuskan dalam efektifitas penerapan pengendalian internal pada sistem pembiayaan secara kredit dan sistem penagihan di PT KRF. Sehingga diharapkan dapat meminimalisasi resiko yang mungkin terjadi dari pemberian pinjaman secara kredit. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Studi pustaka dan literatur lainnya Kegiatan ini dilakukan dengan mencari data dan informasi dari buku-buku teks terkait yang diperlukan sebagai dasar teori penelitian, uga mencari informasi maupun referensi dari internet dan literatur lainnya. b. Wawancara Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan tanya jawab kepada pihak terkait. vii
c. Observasi Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap sistem yang berjalan. d. Dokumentasi (mengumpulkan dokumen terkait) Kegiatan ini dilakukan dengan mempelajari sistem melalui dokumentasi yang diberikan oleh perusahaan, misalnya standard operating procedures. Hasil dan Bahasan Hasil temuan audit dari observasi dan wawancara,penulis menemukan kelemahan-kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecurangan, terhadap fungsi administrasi pembiayaan kredit yaitu: 1. Persetujuan Konfirmasi Hasil Survey hanya disetujui oleh Branch Marketing Manager (BMM) Kondisi: Sesuai dengan prosedur permohonan dan persetujuan pemberian kredit di PT.KRF yang sedang berjalan, dimana BMM menjalankan tugasnya dalam melakukan review dan analisa atas aplikasi pembiayaan kredit dan memberikan persetujuan atas konfirmasi hasil survey (KHS). Sebab: Berdasarkan pemisahan tugas (segregation of duties) yang telah ditetapkan oleh PT.KRF sendiri, memberikan Otorisasi mutlak kepada BMM dalam memberikan viii
persetujuan konfirmasi hasil survey (KHS). Akibat: Dengan otorisasi mutlak yang dimiliki BMM dalam memberikan persetujuan KHS, dapat diperoleh adanya kemungkinan BMM melakukan kecurangan untuk kepentingan pribadi atau melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang merugikan perusahaan (penyalahgunaan wewenang). Rekomendasi: Sebaiknya konfirmasi hasil survey yang telah dianalisa oleh BMM, direview kembali oleh GM marketing sebelum dilakukan persetujuan atas aplikasi pembiayaan. Selain itu penulis mengusulkan agar perusahaan membuat job desk tugas dan tanggung jawab departemen audit yang jelas sehingga dapat berfungsi dalam mengawasi kinerja kerja pimpinan dan karyawan perusahaan. 2. Penagihan piutang konsumen secara langsung oleh kolektor Kondisi: Berdasarkan Prosedur administrasi penagihan yang berjalan di PT. KRF, penagihan piutang konsumen dilakukan secara langsung oleh kolektor setelah mendapat perintah dan tanda terima kwitansi dari bagian admin penagihan. Sebab: Karena segmen pasar PT. KRF adalah konsumen menengah kebawah, dimana mayoritas konsumen tidak memiliki rekening bank, sehingga hanya dapat melakukan pembayaran secara langsung kepada kolektor PT. KRF. Akibat: Penagihan secara langsung ini dapat meningkatkan resiko lapping yang ix
kemungkinan besar dapat dilakukan oleh kolektor. Rekomendasi: Sebaiknya perusahaan melakukan monitoring terhadap kinerja kolektor, dengan dilakukannya pengawasan secara berkala, maka perusahaan dapat menganalisa kolektor mana yang harus lebih di awasi, sehingga dapat meminimalisasi kecurangan dalam penagihan. Selain itu perusahaan bisa melakukan kerjasama dengan fasilitas-fasilitas publik seperti: kantor pos, dalam upaya memberi kemudahan konsumen dalam melakukan pembayaran apabila konsumen tidak memiliki rekening bank dan menjadikan kepemilikan atas rekening bank sebagai salah satu persyaratan apabila konsumen ingin mengajukan permohonan kredit kepada PT KRF. 3. PT Kresna Reksa Finance belum melakukan penilaian resiko Kondisi: PT KRF hanya melakukan penilaian resiko kredit (credit risk) menggunakan data history kredit macet sebagai dasar melakukan penilaian resiko, Namun penilaian resiko kredit tersebut belum dilakukan secara regular, hanya dilakukan ad-hoc saja. Sebab: PT. KRF belum menyadari pentingnya melakukan kegiatan penilaian resiko lainnya (liquidity risk, market risk, operational risk, strategic risk, IT risk dan compliance risk). Akibat: Dengan hanya melakukan penilaian resiko kredit yang dilakukan secara ad-hoc saja, tentunya perusahaan tidak mendapatkan penilaian resiko-resiko yang x
mungkin timbul dan tidak dapat menentukan strategi yang tepat untuk mengatasi resiko-resiko yang tidak terdeteksi bagi perusahaan. Rekomendasi: Penulis mengusulkan agar PT KRF dapat melakukan penilaian resiko kredit secara regular, sehingga perusahaan dapat menentukan langkah yang harus dilakukan tepat pada waktunya (in timely manner). Penulis juga mengusulkan agar perusahaan dapat melakukan kegiatan penilaian resiko lainnya (liquidity risk, market risk, operational risk, strategic risk, IT risk dan compliance risk) sehingga dapat dilakukan penilaian resiko secara menyeluruh yang dapat memberikan manfaat bagi perusahaan. 4. Belum terdapat job desk tugas dan wewenang departemen audit yang jelas dalam buku pedoman kerja. Kondisi: KRF telah memiliki struktur organisasi yang membagi masing-masing departemen sesuai dengan fungsi kerjanya. Otorisasi dan tanggung jawab setiap unit departemen dengan jelas disebutkan dalam buku pedoman kerja. Pemisahan tugas (segregation of duties) antara fungsi-fungsi yang kritikal telah diterapkan. Namun, berdasarkan hasil wawancara, penulis menemukan bahwa hanya departemen audit yang tidak memiliki formal job desk yang tertulis. Sebab: Berdasarkan kegiatan operasional yang sedang berjalan, departemen audit selama ini melakukan pengawasan hanya berdasarkan kebijakan-kebijakan perusahaan secara ad-hoc saja, karena belum memiliki formal job desk yang tertulis. xi
Akibat: Dengan pengawasan yang dilakukan oleh fungsi audit pada perusahaan saat ini, tentunya belum berfungsi secara maksimal dalam melakukan pengawasan dan meminimalisasi resiko terjadinya kecurangan yang mungkin timbul dari departemen-departemen yang ada dalam struktur organisasi perusahaan. Rekomendasi: Penulis mengusulkan agar perusahaan membuat job desk untuk departemen audit sehingga tugas dan tanggung jawab departemen audit menjadi jelas. sehingga meminimalisasi resiko terjadinya kecurangan yang dilakukan dalam perusahaan, sebagai contoh pembiayaan fiktif, dan dapat berfungsi dalam mengawasi kinerja kerja pimpinan dan karyawan perusahaan. Simpulan dan Saran Setiap perusahaan memiliki standar dan kebijakan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. PT. KRF memiliki standar dan kebijakan operasional yang tentunya tidak sama dengan perusahaan lain. Secara umum, sistem pengendalian internal yang berjalan di PT. KRF dikatakan sudah cukup baik atau memadai, namun masih terdapat beberapa kelemahan pengendalian yang diperoleh atau ditemui penulis. xii
xiii