BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

geografis antar pulau satu dan pulau lainnya berjauhan, kadangkala laut Namun demikian, secara politis semua yang ada di sisi bagian dalam garis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. utamanya dibidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan. 12. dijual oleh penjual dapat sampai ke tangan pembeli.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA),

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. moyang bangsa Indonesia dikenal sebagai negara maritim. 1

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dan strategis dalam cakupan upaya pencapaian

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

I. PENDAHULUAN. oleh keadaan geografis Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil, yang

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

PERANAN PENGANGKUTAN UDARADI INDONESIA DALAM MENUNJANG PENGIMPLEMENTASIAN WAWASAN NUSANTARA. Sri Sutarwati STTKD Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem transportasi nasional yang keberadaannya memiliki posisi dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan yang telah diinvestigasi KNKT, yaitu human factor, teknis dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. mempererat hubungan antar bangsa. Pentingnya transportasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 1 angka (3) Angkutan adalah perpindahan orang

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan nasional merupakan suatu upaya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis artinya

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7).

S K R I P S I. Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. maupun orang, karena perpindahan itu mutlak diperlukan untuk mencapai dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UDARA DALAM PENERBANGAN DOMESTIK (Studi Pada PT. Garuda Indonesia Airlines Tbk) SKRIPSI

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam pembahasan penulisan penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama di kalangan pebisnis atau pelaku usaha. Kebutuhan akan barang modal

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK HUKUM KESELAMATAN PENERBANGAN PESAWAT UDARA (STUDI KASUS BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU) JURNAL HUKUM OLEH: NAMA: PUSPITASARI DAMANIK

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalan penelitian normatif empiris. Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN. A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 19 Jenis penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan, dengan beribu-ribu pulau besar dan kecil berupa daratan dan sebagian besar perairan yang terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan tersebut terbentang teritorial udara, semuanya itu merupakan wilayah negara Indonesia yang sangat luas. 1 Keadaan wilayah negara Indonesia yang sedemikian luas ini membutuhkan banyak pengangkutan melalui daratan, perairan, dan udara yang mampu menjangkau seluruh wilayah negara Indonesia, bahkan ke negara-negara lain. Kenyataan ini mengakibatkan kebutuhan pengangkutan di Indonesia semakin meningkat sesuai dengan lajunya pembangunan fisik ataupun psikis serta perkembangan penduduk Indonesia yang tersebar di seluruh pulau yang diselingi laut. 2 Keberadaan kegiatan pengangkutan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari, mulai dari zaman kehidupan manusia yang paling sederhana (tradisional) sampai kepada taraf kehidupan manusia yang modern senantiasa didukung oleh kegiatan pengangkutan, bahkan salah satu barometer penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hal. 30 2 Ibid. 1

2 masyarakat adalah kemajuan dan perkembangan kegiatan maupun teknologi yang dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan pengangkutan, 3 namun di sisi lain infrastruktur dan sarana pengangkutan melalui jalur darat, laut, dan udara yang telah lama ada kini masih belum juga memenuhi persyaratan secara wajar atau dengan kata lain sudah tidak sesuai lagi dengan sistem pengangkutan modern. Keadaan ini adalah salah satu dari alasan yang menjadi pendorong pembangunan hukum dan pengangkutan modern dengan menggunakan alat pengangkut modern yang digerakan secara mekanik. 4 Pengangkutan modern dengan menggunakan alat pengangkut modern yang digerakan secara mekanik salah satunya ialah pengangkutan udara yang menggunakan alat angkut berupa pesawat udara. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang berlaku sekarang, didalamnya hanya diatur mengenai angkutan laut dan angkutan perairan lainnya, sedangkan angkutan darat, dan angkutan udara sama sekali tidak diatur di dalamnya. Hal tersebut dapat dimengerti karena pada adad yang lalu alat angkutan darat baru merupakan alat yang ditarik oleh hewan, belum berkembang seperti sekarang ini, sedangkan angkutan udara baru lahir setelah tahun 1919. 5 Pengangkutan atau transportasi dengan menggunakan moda pesawat udara lebih menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan moda transportasi di jalan dengan menggunakan mobil, kereta api maupun laut dengan menggunakan kapal laut, karena transportasi udara dengan menggunakan pesawat udara lebih hal. 162. 3 Hasim Purba, Hukum Pengangkutan di Laut, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, hal. 3. 4 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 31. 5 E. Suherman, Aneka Masalah Hukum Kedirgantaraan, Mandar Maju, Bandung, 2000,

3 cepat, nyaman dapat menjangkau tujuan yang jauh tanpa hambatan atau kemacetan seperti perjalanan dengan moda transportasi di jalan. Transportasi udara dengan menggunakan pesawat udara tarifnya relatif terjangkau bagi masyarakat sejak tahun 2000 sampai sekarang, namun para pengguna jasa pesawat udara juga harus memperhatikan masalah keamanan dan keselamatan penerbangan yang sangat penting di dalam penerbangan, karena itu masalah keamanan dan keselamatan menjadi perhatian utama bagi penyelenggaran penerbangan baik bagi pabrikan, regulator, perusahaan penerbangan, operator bandar udara maupun pengguna jasa penerbangan. 6 Dalam penyelenggaraan penerbangan, Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 penyelenggarakan penerbangan bertujuan mewujudkan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman, dengan harga yang wajar, dan menghindari praktik persaingan usaha yang tidak sehat, memperlancar arus perpindaan orang dan/atau barang melalui udara dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara dalam rangka memperlancar kegiatan perekonomian nasional, membina jiwa kedirgantaraan, menjunjung kedaulatan negara, menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan industri angkutan udara nasional, menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan pembangunan nasional, memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka perwujudan wawasan nusantara, meningkatkan ketahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa, serta berasaskan manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan 6 K. Martono, at.al, Transportasi Bahan dan/atau Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hal. 1.

4 merata, keseimbangan, keserasian dan keselarasan, kepentingan umum, keterpaduan, tegaknya hukum, kemandirian, anti monopoli dan keterbukaan, berwawasan lingkungan hidup, kedaulatan negara, kebangsaan, serta kenusantaraan. 7 Pada mulanya, pesawat udara hanya digunakan untuk mengangkut penumpang sehingga tidak mengherankan apabila pertumbuhan hukum tentang tanggung jawab pengangkut udara terhadap penumpang lebih pesat dari pada pertumbuhan tanggung jawab pengangkut terhadap kargo. Dalam perkembangannya, pengangkutan kargo mulai menampakan peranan penting. Sebagai contoh pada waktu Kota Paris tahun 1870 dikepung, kargo mulai digunakan untuk membuat jembatan udara dengan menggunakan balon udara. Pengiriman kargo terjauh dimulai ketika dilakukan pengiriman dari Dayton ke Ohio Amerika Serikat tahun 1910 yang menempuh jarak hampir 100 km, dan penerbangan komersial kargo pertama dilakukan antara London dan Paris pada tahun 1919. Konvensi pertama yang mengatur pengangkutan udara internasional dimulai tahun 1919 yang disebut Konvensi Paris, namun konvensi ini tidak pernah berlaku. Pada mulanya konvensi tentang kargo dan penumpang akan dibuat secara terpisah, tetapi karena mengingat pertimbangan ekonomis dan kesatuan (uniform) maka akhirnya pengaturan keduanya, kargo dan penumpang disatukan. 8 7 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Alinea 6. 8 Toto Tohir Suriaatmadja, Masalah dan Aspek Hukum dalam Pengangkutan Udara Nasional, CV. Mandar Maju, Bandung, 2006, hal. 1-2.

5 Pimpinan sidang pada konferensi di Warsawa menyatakan bahwa suatu konvensi merupakan atau dibentuk atas konsesi yang seimbang (mutual consession). Oleh karena itu dipandang perlu membuat suatu sistem hukum yang seimbang dan bebas, sikap itulah yang menyebabkan Konvensi Warsawa berhasil disahkan. Hasil penting dari Konvensi Warsawa 1929 adalah keseragaman dalam aturan hak-hak penumpang dan pengirim/penerima kargo dalam pengangkutan udara, keseragaman tanggung jawab pengangkut dalam pengangkutan udara internasional serta istilah-istilah dalam kontrak. Konvensi Warsawa kemudian diperbaharui dengan The Hague Protocol 1955 yang mengubah beberapa aturan dalam Konvensi Warsawa 1929. 9 Pada pengangkutan udara dengan pesawat tebang keselamatan penerbangan sangat penting, dimana keselamatan penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya, untuk menjaga dan meningkatkan keselamatan dan keamanan penerbangan pemerintah membuat peraturanperaturan nasional terkait keselamatan dan keamanan penerbangan baik untuk mengangkut orang maupun barang (kargo dan pos). Saat ini pengangkutan kargo yang diangkut melalui pengangkutan udara pelaksanaan pengamanannya masih belum maksimal, masih banyak adanya halhal yang janggal terjadi dalam pengangkutan kargo dan pos seperti perbedaan berat isi dari kargo tersebut dengan berat yang ada pada surat muatan udara itu 9 Toto Tohir Suriaatmadja, Op. Cit, hal. 2-4.

6 sendiri, dan perbedaan antara jenis yang terdapat di dalamnya dengan jenis yang tercantum dalam surat muatan udara serta masih adanya barang-barang berbahaya yang lolos pada pengiriman kargo dan pos melalui pengangkutan udara, dan halhal lainnya. Pengaturan terkait dengan keselamatan dan pengamanan penerbangan terhadap pengangkutan barang (kargo dan pos) salah satunya ialah Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara setelah mencabut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP 255/IV/2011 tentang Pemeriksaan Keamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara dimana peraturan ini bertujuan untuk meningkatkan pengamanan dan keselamatan pada pengangkutan udara yang berupa kargo dan pos. B. Permasalahan Berdasarkan judul skripsi ini mengenai Pelaksanaan Pengamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Melalui Pesawat Udara Dikaitkan Dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 (Studi pada PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk), maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan dan pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara dikaitkan dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk.

7 2. Apa saja hambatan-hambatan yang di hadapi dalam pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk., Sebelum dan sesudah adanya Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012. 3. Bagaimana penyelesaian hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara pada PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk., Sebelum dan sesudah adanya Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012. C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan dan pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara dikaitkan dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk., sebelum dan sesudah adanya Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012. 3. Untuk mengetahui penyelesaian hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk., sebelum dan sesudah adanya Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012.

8 D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan skripsi ini secara teoritis adalah meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam ilmu hukum dagang khususnya hukum pengangkutan tentang pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara dikaitkan dengan adanya Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 yang bermanfaat bagi pengangkutan yang ada di Indonesia agar dapat meningkatkan kemajuan serta kelancaran pengangkutan serta pengamanan kargo dan pos melalui pengangkutan udara, sekaligus dapat mengikuti perkembangan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai hukum pengangkutan dan hukum pengangkutan udara. E. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi ini adalah merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Selain itu melalui penulisan skripsi ini juga menambah pengetahuan dan wawasan kita akan pengangkutan udara serta pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara. Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pengamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Melalui Pesawat Udara Dikaitkan Dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP. 152 Tahun 2012 (Studi pada PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk Cabang Medan) ini belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri, bukan jiplakan atau diambil dari skripsi milik orang lain.

9 Adapun judul skripsi yang telah ada pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara cabang Fakultas Hukum USU/Pusat Dokumentasi dan Informasi FH USU adalah : Nama : Arisanta P.H.S NIM : 070200051 Tahun : 2011 Judul : Tanggung Jawab Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara Perjanjian Angkutan Kargo Melalui Pengangkutan Udara Rumusan Masalah : 1. Bagaimana hubungan hukum antara pengguna jasa angkutan kargo dengan pihak Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat udara? 2. Apa saja bentuk-bentuk kerugian dalam angkutan kargo udara? 3. Bagaimana tanggung jawab pihak Perusahaan Ekspedisi Muatan Pesawat Udara terhadap pengguna jasa angkutan kargo akibat kerusakan, kehilangan, dan kemusnahan kargo? Nama : Emariana Surya Putri NIM : 940200062 Judul : Suatu Tinjauan Terhadap Perjanjian Pengangkutan Barang Melalui Angkutan Udara Antara Pengirim dan Freight Forwading (Studi Kasus PT. Prima International Cargo Cabang Medan) Nama : Irne Deliz Saragih NIM : 960200061

10 Judul : Aspek Hukum Dalam Pengiriman Barang Melalui Biro Air Cargo (Studi Kasus PT. Dharma Bandar Mandala Medan) F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris, penelitian hukum normatif dimana bahan atau materi penulisan diperoleh dengan mengkaji peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. Kp. 152 Tahun 2012 Pengamanan Kargo dan Pos melalui Pesawat Udara, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), serta literatur lainnya yang berhubungan dengan skripsi ini, sedangkan penelitian hukum empiris terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas hukum yang diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berupa data sekunder. Data sekunder yang dimaksud penulis adalah sebagai berikut: a. Bahan Hukum Primer

11 Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. Kp. 152 Tahun 2012 tentang Pengamanan Kargo Dan Pos Yang Diangkut Melalui Pesawat Udara, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW). Selain itu, hasil wawancara yang diperoleh melalui studi lapangan pada PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk. b. Bahan Hukum Sekunder Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan bahan hukum sekunder yang terdiri atas semua catatan, buku-buku, makalah, artikel tentang hukum, jurnal-jurnal hukum, dan situs internet (website). c. Bahan Hukum Tertier Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, majalah, jurnal ilmiah, serta bahan-bahan di luar bidang hukum yang relevan dan dapat digunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

12 3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum a. Studi Kepustakaan (library research) yaitu studi dokumen dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku hukum, berupa literaturliteratur, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tertier. Disini penulis mengumpulkan sebanyak mungkin bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan skripsi dan permasalahan yang diteliti, selanjutnya menginventarisasi bahan-bahan tersebut sehingga pada akhirnya permasalahan semakin jelas dan dapat dipecahkan. b. Studi Lapangan (field research) yaitu studi yang langsung dilakukan di lapangan. Data yang diperoleh adalah berasal dari proses wawancara yang dilakukan langsung kepada PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk. 4. Analisa Data Analisa data yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu dengan menggunakan kenyataan-kenyataan yang terungkap dari data sekunder yang dihimpun dimana kemudian berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan dengan menggunakan pola berfikir deduktif-induktif. G. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, yang masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Uraian singkat atas bab-bab dan sub bab tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

13 BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : PENGANGKUTAN UDARA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN Dalam bab ini dibahas mengenai pengertian dan landasan hukum pengangkutan udara, pihak-pihak yang terkait dalam pengangkutan udara, dokumen-dokumen dalam pengangkutan udara, perjanjian pengangkutan udara, penyelenggaraan pengangkutan udara. BAB III : PENGAMANAN KARGO YANG DIANGKUT MELALUI ANGKUTAN UDARA Dalam bab ini memaparkan pengaturan tentang pengamanan kargo pengangkutan udara, jenis-jenis kargo dalam pengangkutan udara, prosedur kengamanan kargo pada PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk, pelaksanaan pengangkutan kargo oleh PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk. BAB IV : PELAKSANAAN PENGAMANAN KARGO DAN POS YANG DIANGKUT MELALUI PESAWAT UDARA DIKAITKAN DENGAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NO. KP. 152 TAHUN 2012 Dalam bab ini membahas mengenai penerapan dan pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara dikaitkan dengan peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No.

14 Kp. 152 Tahun 2012 Di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk., hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk., sebelum dan sesudah adanya Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. Kp. 152 Tahun 2012, penyelesaian hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengamanan kargo dan pos yang diangkut melalui pesawat udara di PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk., sebelum dan sesudah adanya Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. Kp. 152 Tahun 2012. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis menyampaikan pendapat berupa kesimpulan dari seluruh isi skripsi ini yang merupakan rangkuman dari pembahasan dan penulis juga menyampaikan saran-saran dari permasalahan skripsi ini.