BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perwujudan kualitas sumber daya manusia merupakan proses jangka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. setelah persalinan, dan masa menyusui bayi ( Prasetyono, 2009, p.61). berumur 2 tahun (postnatal) (Perinasia, 2007, p.1).

BAB I PENDAHULUAN. obstetri di Indonesia adalah sebesar 23 per Kelahiran Hidup (KH)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Lata

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

pengenceran dengan air matang dan kemudian diberikan pada bayi sedangkan dalam bahasa Inggris juga terdapat hal yang serupa misalnya artificial

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

TUTORIAL DAN PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN IMUN DAN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI BAGI IBU-IBU PKK KECAMATAN BANDUNG TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

OPTIMALISASI DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAGELANG UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. postpartum adalah masa yang dimulai dari tanda akhir periode intrapartum

PENDAHULUAN. bahwa ada hubungan antara faktor kondisi bayi dengan pemberian ASI.

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB l PENDAHULUAN. pada angka 26 kematian per kelahiran hidup (WHO, 2014). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI KELURAHAN WARNASARI KECAMATAN CITANGKIL KOTA CILEGON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shendy Dwiguna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat dengan tingkat kesehatan yang baik dapat memiliki angka

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan, setelah persalinan, dan masa menyusui bayi. Pada ibu bekerja

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

KARAKTERISTIK IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU KACA PIRING, KOTA PALANGKA RAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Sibela Kota Surakarta yang terletak

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) adalah air susu yang diproduksi oleh ibu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

SIKAP IBU BEKERJA YANG MEMILIKI BAYI 0-6 BULAN TENTANG ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR. Yanti 1, Ika Tristanti 2

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

Nisa khoiriah INTISARI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas sumber daya manusia merupakan proses jangka panjang yang harus dimulai sejak janin dalam kandungan hingga berusia lanjut, sehingga diperoleh manusia sehat, produktif, mandiri dan tangguh menghadapi tantangan jaman. Terciptanya manusia yang berkualitas ditentukan oleh satus gizi yang baik. Status gizi yang baik dapat terwujud bila makanan yang dikonsumsi dapat memenuhi kecukupan yang diperlukan baik dalam jumlah maupun mutu makanan. Untuk merealisasikan hal tersebut, salah satunya diawali dengan pemberian Air Susu Ibu kepada bayi (Depkes, 2000). ASI (Air Susu Ibu) memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Bayi umur di bawah 6 bulan dianjurkan hanya diberikan ASI tanpa makanan pendamping ASI (ASI eksklusif). Dalam Kepmenkes No 450 / 2004, pemerintah menganjurkan bahwa pemberian hingga 6 bulan (Budi, 2004). Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Purwanti, 2004). Program Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI) khususnya ASI Eksklusif merupakan program prioritas, karena dampaknya yang luas

terhadap status gizi dan kesehatan bayi dan Balita. Program prioritas ini berkaitan juga dengan kesepakatan global antara lain: deklarasi innocenti (Italia) tahun 1990 tentang perlindungan, promosi, dan dukungan terhadap penggunaan ASI, disepakati pula untuk pencapaian pemberian sebesar 80% pada tahun 2010 (Roesli, 2009). Secara nasional cakupan pemberian di Indonesia pada bayi usia 0-6 bulan, mulai dari tahun 2007 yaitu (28,6%) kemudian menurun pada tahun 2008 menjadi (24,3%) namun pada tahun 2009 meningkat menjadi (34,3%). Cakupan pemberian ini dipengaruhi beberapa hal, terutama masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI (BPS, Susenas 2009). Berdasarkan data Susenas 2009, dari 33 provinsi di Indonesia Provinsi Jawa Tengah (52,2%) merupakan peringkat kedua terendah dalam cakupan pemberian 0-6 bulan yaitu 52,2%. Rendahnya cakupan pemberian dapat disebabkan karena masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat dan pentingnya pemberian. Dari hasil rekapitulasi laporan di Dinas Kesehatan Kota Semarang, bayi yang diberikan tahun 2006 (40.07%) kemudian menurun pada tahun 2007 (38,44%) dan menurun lagi pada tahun 2008 (15,33%) kemudian naik pada tahun 2009 (24,63%) dan menurun lagi pada tahun 2010 (20,06%). Data yang didapat dari Puskesmas Bandarharjo pada bulan Desember 2010 dari 521 bayi usia 0-6 bulan, hanya 91 bayi (17,4%) yang diberi ASI eksklusif, sedangkan yang lainnya tidak diberi ASI secara eksklusif, hal ini juga

masih jauh dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 70%. Puskesmas Bandarharjo mempunyai empat kelurahan sebagai wilayah kerja. Pemberian ASI eksklusif terendah pertama adalah Kelurahan Bandarharjo dengan total jumlah bayi (0-6 bulan) sebanyak 132 bayi hanya 15 bayi (11,3%) yang diberi ASI eksklusif. Hal ini memperlihatkan masih rendahnya pemberian di kelurahan tersebut. Dari informasi petugas kesehatan bahwa dari 91 bayi yang diberi semuanya barasal dari ibu yang tidak bekerja (laporan tahunan Puskesmas). Hasil penelitian Pranajaya (2000) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian dibagi atas tiga besar, yaitu faktor ibu (umur, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sosial ekonomi), faktor pendukung (dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan), dan faktor lainnya seperti kondisi kesehatan fisik ibu, psikologis ibu serta kondisi kesehatan fisik bayi. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa didahului oleh stimulus yang berupa materi sehingga menimbulkan pengetahuan baru, selanjutnya menimbulkan respon batin berupa sikap yang akhirnya menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu berupa tindakan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu.

Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003). Menurut Istiarti (2005) yang dikutip dari buku Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa sumber pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, salah satunya yaitu dari petugas kesehatan. Pengetahuan akan meningkat jika ada pendidikan kesehatan dan dukungan petugas kesehatan. Data yang diperoleh dari bidan Kelurahan Bandarharjo, pada bulan April 2011 total jumlah bayi usia 0-6 bulan yang ada di Kelurahan Bandarharjo sebanyak 43 bayi, tapi yang mendapat hanya 12 bayi (27%). Berdasarkan data ini dilihat dari geografis tempat yang akan dijadikan penelitian merupakan daerah industri, yang terdiri dari banyak pabrik, sebagian penduduknya termasuk para wanita beraktifitas sehari-hari di luar rumah yaitu bekerja sebagai buruh pabrik kurang lebih sekitar 8 jam/hari sehingga menarik untuk diteliti. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 15 April 2011 pada 35 pekerja wanita yang memiliki bayi usia 0-6 bulan, 26 orang diantaranya memiliki bayi usia 0-2 bulan dan ibu masih mempunya masa cuti bersalin sehingga masih bisa memberikan ASI secara eksklusif, kemudian setelah bayi berusia lebih dari 2 bulan ibu sudah kembali bekerja seperti biasa, sehingga pemberian ASI mulai berkurang bahkan ada yang tidak diberi ASI sama sekali dengan berbagai macam alasan. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10

responden yang mempunyai bayi usia lebih dari 2 bulan di dapatkan ibu yang baralasan terlalu lelah 1 orang (10%), tidak ada waktu untuk menyusui 4 orang (40%) dan bayi tidak mau menyusu 5 orang (50%). Penulis juga memberikan pertanyaan tentang pengertian dan manfaat. 4 orang (40%) mengerti tentang pengertian, dan 3 orang (30%) yang mengerti tentang manfaat. Kurangnya pengetahuan ibu tentang karena keterbatasan informasi akan menimbulkan masalah antara lain ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan bayi akan mudah terserang penyakit. (Suradi & Kristina (Ed), 2004 ). Berdasarkan latar belakang di atas bahwa pemberian di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang masih rendah sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan pengetahuan ibu bekerja tentang sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di Kelurahan Bandarharjo tahun 2011. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka peneliti mengambil suatu rumusan masalah yaitu Apakah ada perbedaan pengetahuan ibu bekerja tentang sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu bekerja tentang sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan pengetahuan tentang pada ibu bekerja di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. b. Mendiskripsikan pengetahuan tentang pada ibu bekerja di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang setelah dilakukan pendidikan kesehatan. c. Menganalisis perbedaan pengetahuan tentang sebelum dilakukan pendidikan kesehatan dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktik a. Untuk Masyarakat Dapat memberikan informasi pada masyarakat terutama pada ibu-ibu yang bekerja mengenai dan pentingnya ASI bagi bayi

b. Untuk Bidan Dapat meningkatkan penyuluhan atau konseling tentang pentingnya ASI eksklusif 2. Manfaat Teoritis a. Untuk Pengembangan IPTEK Sebagai bahan ajar dalam perkuliahan dan standart acuan dalam pemberian b. Untuk Metode Penelitian Dapat digunakan sebagai acuan pengembangan penelitian lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel yang diteliti Metode Hasil 1 Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dengan praktik pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilyah kerja Puskesmas Candi Lama Kota Semarang (Witta Wulandani, 2009) Ibu yang mempunyai bayi usia lebih dari 6 bulan di wilyah kerja Puskesmas Candi Lama Kota Semarang Tingkat Pengetahuan tentang ASI eksklusif dan praktik pemberian pada bayi usia 0-6 bulan Crossectional Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara 1tingkat pengetahuan ibu te ntang ASI eksklusif dengan praktik pemberian pada bayi usia 0-6 bulan 2 Beberapa faktor yang berhubungan dengan Semua ibu yang menyusui dengan usia Faktor yang berhubungan dengan pemberian Crossectional Hasil penelitian dari 40 responden diperoleh hasil bahwa ada

3 pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Karangawen wilayah kerja Puskesmas Karangawen I Kabupaten Demak (Purwaningsih, 2009) Hubungan tingkat pengetahuan ibu bekerja tentang dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Rembang (Khikmatus Syifaiyah, 2007) bayi 0-6 bulan sebanyak 45 orang Semua ibu bekerja yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan (umur, pendidikan, pekerjaan) dan tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan ibu bekerja tentang ASI eksklusif dan rendahnya pemberian ASI Eksklusif. crossectional hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dengan pemberian Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan ibu bekerja tentang dengan rendahnya pemberian ASI eksklusif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas yaitu pada penelitian ini digunakan metode eksperimen berupa pendidikan kesehatan. Variabel dalam pendidikan kesehatan ini adalah pengetahuan ibu bekerja tentang, yang diukur sebelum dan sesudah pemberian intervensi (perlakuan).