BAB I PENDAHULUAN. dua leksem atau lebih. Katamba (1994:291) mengatakan bahwa kata majemuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata majemuk diartikan sebagai

Bab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau

3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk berkomunikasi, masyarakat sebagai makhluk sosial membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang

ABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu

Bab 2. Landasan Teori. perubahan dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Contoh : 歩く 倒れる 話す.

PROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam suatu bahasa terdapat bermacam macam jenis kata, di antaranya,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Partikel dalam bahasa Jepang disebut joshi. Joshi adalah kelas kata yang

Bab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat

BAB I PENDAHULUAN. Semantik mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10

BAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Mengenai definisi kelas kata Jepang (hinshi) Noda (1991 : 38) mengatakan :

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jepang banyak diminati, karena memiliki keunikan tersendiri. Sama

TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa yaitu dengan berbahasa manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sutedi (2003:2) mengatakan, Bahasa digunakan sebagai alat untuk

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

BAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. kata sifat, kata kerja bantu, partikel, dan kata keterangan.

BAB I PENDAHULUAN. percakapan, atau tuturan, sering dijumpai istilah wacana. Wacana terdiri dari

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang yang dapat berdiri sendiri dan dipakai untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jodoushi dantei terdiri dari dua buah kata yaitu jodoushi dan dantei. Sudjianto

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap bahasa mempunyai keunikannya masing-masing. Baik dari segi penulisan,

BAB I PENDAHULUAN. makna apabila melekat pada kelas kata lain dalam suatu kalimat. Joshi dalam bahasa Jepang

Bab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penguasaan terhadap bahasa asing sangat dibutuhkan. Bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan

BAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup

ABSTRAK. Kata kunci : fukugougo, kruna satma, kontrastif. viii

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi utama untuk saling berinteraksi satu sama lain. Bahasa adalah sistem

ぽん ぼん. Morfem. Kata. Alomorf adalah. morfem. Morfem Bebas. Morfem Terikat 形態素 自由形態素 拘束形態素. Contoh. bagan. Definisi. Alomorf. Contoh.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, fikiran, maksud serta tujuan kepada

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bahasa Jepang. Salah satu keunikan bahasa Jepang ialah adanya. 助詞は 単独で用いられず 名詞や動詞などの他の語に後接する 活用のない語です (Iori, 2000 : 345)

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Melalui bahasa, manusia dapat saling berinteraksi dan

BAB 2. Landasan Teori

BAB 1. Pendahuluan. Manusia berinteraksi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. struktur inilah menjadikan struktur bahasa Jepang menarik. Salah satunya disebabkan

ANALISIS PEMAKAIAN PARTIKEL ~NI DAN ~DE DALAM BAHASA JEPANG (Studi kasus pada Mahasiswa Semester III)

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JEPANG

BAB 3 ANALISIS DATA. instrumen. Dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemaparan hasil jawaban setiap soal

Dikerjakan O L E H SUNITA BR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahasa yang cukup diminati oleh pembelajar bahasa asing di

BAB I PENDAHULUAN. selalu akan ditemukan peraturan-peraturan berbahasa yang disebut juga dengan tata

membahas dari penggunaan dan arti tiga kata kerja tersebut,...ok,...he,.,he,.,he,.,.

BAB I PENDAHULUAN. maksud hati yang tersembunyi (Grice, 1975) Grice (1975:41-47) dalam bukunya Logic and Conversation menyatakan

Hasil Technical Meeting Lomba Benron Umum Nihongo no Hi 2018

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi modal dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan sosial di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. satu keunikan bahasa Jepang adalah penggunaan partikel sebagai pemarkah yang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor, salah satunya ialah akibat masuknya pengaruh dari bahasa asing. memiliki kata-kata pinjaman dalam kosakata mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Alat komunikasi paling sederhana dan bersifat universal yang

Bab 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting dalam kontak

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk salah satunya bahasa Jepang. Bahasa Jepang mempunyai sifat universal

BAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Kalimat- kalimat bahasa sebagai ungkapan sikap, perasaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. ajektiva (keiyoushi), nomina (meishi), pronomina (rentaishi), adverbia (fukushi), interjeksi

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

Seseorang yang menyampaikan suatu maksud tertentu sering dilakukan. ketersinggungan seseorang dengan adanya ujaran tertentu. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pratamawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. sesamanya. Menurut Kridalaksana (2001:21), bahasa adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Jepang terdapat banyak sekali kata-kata yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. subdisiplin diantaranya: sosiolinguistik, psikolinguistik, dialektologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki nuansa makna yang berbeda pada setiap struktur

SILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II

BAB 1 PENDAHULUAN. kata. Menurut ( Chaer, 2003: 224 ) frasa adalah gabungan kata yang tidak. memiliki makna baru dan dapat disela dengan unsur lain.

2015 ANALISIS MAKNA ASPEKTUAL HOJODOUSHI TE IKU DAN TE KURU

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri misalnya bahasa Jepang yang memiliki ciri khas yang sangat menonjol dari

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JITSUYO KAIWA I (JP 301) SEMESTER 6 /TINGKAT III

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat vital untuk manusia. Bahasa yang

ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Salah satu jenis bahasa yang berisi nasihat dan pedoman hidup atau

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Untuk menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya, digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan mitra tutur. Melalui bahasa, pikiran, perasaan, dan keinginan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PARTIKEL GURAI DAN GORO. Menurut Drs. Sugihartono ( 2001:178 ), joshi adalah jenis kata yang tidak

BAB 2. Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasikan diri (KBBI, 2001: 85). Sehingga dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Bauer (1988), kata majemuk adalah leksem baru hasil dari gabungan dua leksem atau lebih. Katamba (1994:291) mengatakan bahwa kata majemuk adalah kata yang terdiri atas, minimal, dua dasar yang tiap-tiap dasar dapat berdiri sendiri. Kridalaksana (2008) menyebutnya sebagai gabungan leksem dengan leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang memiliki pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Kata majemuk diistilahkan dengan fukugougo dalam bahasa Jepang, yaitu kata yang terbentuk dari hasil proses penggabungan dua kata atau lebih, dimana bunyi ucapan pada suku kata bagian belakang (gobi) kata pertama terkadang mengalami perubahan (Ouyakagi, 2009:15). Fukugougo dalam bahasa Jepang terdiri atas empat bagian yaitu, nomina majemuk ( 複合名詞 fukugoumeishi) contoh, amagasa 雨傘 dan hondana 本棚, verba majemuk ( 複合動詞 fukugoudoushi) contoh, toridasu 取り出す dan urikiru 売り切る, adjektiva majemuk ( 複合形容詞. 複合形容動詞 fukugoukeiyoushi. fukugoukeiyoudoushi) contoh tooasa 遠浅 dan adverbia majemuk ( 複合副詞 fukugoufukushi) contoh itsudemo いつでも dan dokodemo どこでも Penggabungan dua atau lebih doushi disebut fukugoudoushi (Sanni, 1988:53). Fukugoudoushi merupakan kata majemuk yang sering muncul dalam pemakaian bahasa Jepang sehari-hari dari keempat kelompok tersebut. Tanaka Eiko (2003:64) mengatakan dalam kehidupan sehari-hari fukugoudoushi sering 1

digunakan oleh orang Jepang seperti dalam siaran televisi, koran, majalah, artikel, karya ilmiah, hingga peraturan (rambu-rambu) yang dipasang di tempat-tempat umum. Orang Jepang tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan fukugoudoshi, tetapi bagi pembelajar bahasa Jepang fukugoudoushi cukup membingungkan. Hal ini disebabkan oleh pembelajar bukan orang Jepang dan tidak menggunakan bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari akan cukup rumit dan mengalami kesulitan dalam menerjemahkan fukugoudoushi. Misalnya fukugoudoushi urikiru ( 売り切る ) secara leksikal, yakni uri (menjual) dan kiru (memotong) sehingga tercipta makna yang ambigu yaitu penjualan yang terpotong. Makna sesungguhnya dari kata tersebut adalah habis terjual. Ketidakmampuan pembelajar menerjemahkan satu atau dua kosakata akan berpengaruh pada pemahaman pembelajar pada kalimat tersebut, juga pada wacana secara keseluruhan. Apabila dalam wacana tersebut terdapat banyak verba majemuk, dapat dipastikan pembelajar akan keliru dalam mengartikan dan memahami wacana yang dihadapinya. Fukugoudoushi atau verba majemuk merupakan kelas kata yang menduduki peringkat terbanyak dibanding kelas kata lainnya dalam bahasa Jepang (Eiko 2003:64). Seperti, 仰ぎ見る aogimiru melihat ke atas 煽り立てる aoritateru menghasut 上がり込む agarikomu masuk 開け放す akehanasu terbuka lebar 明け払う akeharau membuka 開け広げる akehirogeru membuka lebar dan lain lain. Jumlah fukugoudoushi yang sangat banyak dan beberapa diantaranya memiliki kesamaan pada makna. Fukugoudoushi yang mempunyai kesamaan makna ini seringkali menyebabkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang 2

dalam memahami dan menggunakan kosakata yang tergabung dalam kelompok ini. Contohnya, fukugou doushi ~hajimeru, ~dasu, dan ~kakeru yang sama-sama menunjukkan aspek inseptif atau permulaan tetapi tidak jelas perbedaan pemakaiannya. Menurut Isao, dkk (2001:82) fukugoudoushi yang menunjukkan aspek inseptif permulaan yaitu, ~hajimeru, ~dasu dan ~kakeru. Berikut beberapa contoh penggunaan fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu, dan ~kakeru dalam kalimat: 1. なべに牛肉を入れて色が変わり始めたら さとうとしょうゆを入れてください Nabe ni gyuuniku wo irete iro ga kawarihajimetara, satou to shouyu wo irete kudasai. (Tomomatsu, 2007:346) Masukkan daging ke periuk, apabila warnanya mulai berubah, silahkan masukkan gula dan kecap. 2. 園子は無意識のうちに走り出した Sonokowa muishiki no uchi ni hashiridashita. (Yasuo, 2003:426) Sonoko mulai berlari dalam keadaan tidak sadar. 3. 台所仕事をしかけたら郵便屋が書留郵便を持ってきた Daidokoroshigoto wo shikaketara yuubinya ga kakitomeyuubin wo mottekita. (Katsuei, 2004:300) Petugas pos membawakan surat terdaftar saat saya memulai melakukan pekerjaan dapur. Contoh pemakaian fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu, ~kakeru pada kalimat (1), (2) dan (3) sama-sama memiliki makna mulai. Kalimat (1) terdapat fukugou doushi 変わり始める kawarihajimeru mulai berubah adalah gabungan dari 変わり kawari yang merupakan bentuk renyoukei (bentuk sambung) dari doushi 変わる kawaru berubah dengan 始める hajimeru mulai. Fukugoudoushi pada kalimat (2) adalah 走り出した hashiridashita mulai 3

berlari, gabungan dari 走り hashiri yang merupakan bentuk renyoukei dari doushi 走る hashiru bermakna lari dengan 出した dashita mulai lampau. Kemudian, しかけた shikaketa pada kalimat (3) adalah gabungan dari し shi yang merupakan bentuk renyoukei dari doushi する suru melakukan dengan かけた kaketa mulai lampau. Kalimat (1), (2) dan (3) memiliki fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu, ~kakeru yang bermakna mulai tetapi belum jelas apa perbedaan pemakaiannya. Atas dasar itu peneliti tertarik untuk membahas fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu, dan ~kakeru. Peneliti menganalisis bentuk dan perbedaan fukugoudoushi ~dasu, ~hajimeru, dan ~kakeru dalam kalimat bahasa Jepang pada novel Roujin to Umi oleh Fukuda Tsuneari yang merupakan terjemahan dari novel The Old Man and The Sea karya Ernest Miller Hemingway. Peneliti menggunakan novel ini karena objek yang diteliti banyak terdapat pada novel ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang peneliti jelaskan pada latar belakang, peneliti merumuskan masalah yang dibahas yakni : 1. Bagaimana proses pembentukan fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu, dan ~kakeru? 2. Bagaimana persamaan dan perbedaan fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu, dan ~kakeru berdasarkan fungsinya dalam kalimat? 4

1.3 Batasan Masalah Peneliti merasa perlu memberi batasan masalah pada penelitian ini supaya lebih terfokus dan terarah. Peneliti tidak membahas semua verba yang dapat digabungkan dengan verba lain, tetapi hanya membahas verba yang digabungkan dengan verba yang menunjukkan aspek awal seperti ~dasu, ~hajimeru, dan ~kakeru saja dalam tinjauan morfosemantik. Peneliti akan menganalisis proses pembentukan serta persamaan dan perbedaan fukugoudoushi ~dasu, ~hajimeru, dan ~kakeru dalam kalimat bahasa Jepang yang ada pada novel Roujin to Umi oleh Fukuda Tsuneari yang merupakan terjemahan dari novel The Old Man and The Sea karya Ernest Miller Hemingway. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan proses pembentukan fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu, dan ~kakeru? 2. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu, dan ~kakeru? 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Menambah pengetahuan tentang linguistik bahasa Jepang, khususnya mengenai fukugoudoushi. 2. Menambah pengetahuan tentang proses pembentukan fukugoudoushi bagi pembelajar bahasa Jepang pada umumnya dan mahasiswa jurusan sastra Jepang khususnya. 5

3. Menambah wawasan pembaca dalam mempelajari bahasa Jepang yang menggunakan fukugoudoushi, khususnya ~hajimeru, ~dasu, dan ~kakeru. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam (Moleong, 2010:4), menjelaskan metode kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang maupun perilaku yang diamati. Kirk dan Miller dalam (Moleong, 2010:4) mendefinisikan metode kualitatif sebagai suatu tradisi dalam ilmu pengetahuan yang bergantung pada pengamatan seseorang. Menurut Sugiono (2009:15) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Peneliti menganalisis fenomena proses pembentukan, makna, serta persamaan dan perbedaan fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu dan ~kakeru. Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan (menjabarkan) suatu keadaan fenomena yang ada secara apaadanya. Secara deskriptif peneliti dapat memberikan ciri-ciri, sifat-sifat serta gambaran 6

data melalui pemulihan data setelah data terkumpul (Djajasudarma, 2006:17). Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research). Metode Kepustakaan (library research) adalah mengumpulkan data dan membaca refrensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih peneliti, serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung penyusunan skripsi ini. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini melalui tiga tahap yaitu: 1.6.1 Tahap Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan salah satu proses dalam penelitian yang teramat penting, karena data-data adalah instrumen yang dapat membantu dalam memecahkan permasalahan yang sedang kita teliti (Mulyedi, 2002:41). Metode pengumpulan data harus disesuaikan dengan jenis peneltian yang dilakukan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak mengadakan hitungan (Moleong, 2002:2). Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan bukanlah berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran mengenai sesuatu. Data yang diambil adalah fukugoudoushi ~hajimeru, ~dasu, dan ~kakeru. Secara deskriptif peneliti dapat memberikan ciri-ciri, sifat-sifat serta gambaran data melalui pemilahan data yang dilakukan pada tahap pemilahan data setelah data terkumpul (Djajasudarma, 2006:16). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak. Berikut pendapat Mahsun (2005:90) mengenai metode simak: 7

Metode penyediaan data ini diberi nama metode simak karena cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan secara tertulis. Metode simak (dalam hal ini teknik baca) memiliki teknik dasar yaitu teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan (Mahsun, 2005:90). Penyadapan penggunaan bahasa ini dapat dilkaukan baik pada penggunaan bahasa secara lisan maupun tertulis. Teknik lanjutan dari teknik sadap yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat. Apabila peneliti berhadapan dengan penggunaan bahasa secara tertulis, dalam penyadapan itu, peneliti hanya dapat menggunakan teknik catat sebagai gandengan teknik simak bebas libat cakap, yaitu mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari penggunaan bahasa secara tertulis tersebut (Mahsun, 2005:92). Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah novel Jepang Roujin to Umi yang merupakan salah satu karya terkenal Hemingway dan merupakan karya fiksi besar terakhir yang ditulis dan diterbitkan selama masa hidupnya. Karya ini sangat terkenal dalam fiksi abad 20 sebagai karya yang telah memperkuat keulungan literatur Hemingway di dunia sekaligus sebagai faktor utama dipilihnya ia untuk Penghargaan Nobel Sastra tahun 1954. Peneliti mengambil data dari novel ini karena objek kajian yang ada pada novel ini mencukupi untuk digunakan dalam penelitian. 8

1.6.2 Tahap Analisis Data Tahap analisis data, peneliti menggunakan metode agih dengan perluasan dan menggunakan metode padan teknik translasional. Metode agih atau distribusional adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto,1985:5). Teknik perluas adalah teknik yang berupa perluasan unsur satuan lingual data yang akan menghasilkan tuturan. Teknik ini penting untuk menentukan segi-segi kemaknaan (aspek semantis) satuan lingual tertentu (Sudaryanto, 1985:55). Sedangkan metode padan atau identitas adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13). Teknik translasional adalah daya pilah yang berwujud bahasa lain sebagai penentu. Misalnya identitas kata dalam bahasa Indonesia dapat ditentukan dengan identitas kata dalam bahasa Inggris (Kesuma, 2007:52). 1.6.3 Tahap Penyajian Hasil Analisis Data Tahap penyajian hasil analisis menggunakan metode penyajian formal dan informal. (Sudaryanto, 1993:145), mengatakan penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan terminalogi yang teknis sifatnya; sedangkan penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Kedua teknik penyajian analisis data ini digunakan agar pemaparan dari hasil analisis data menjadi lebih jelas dan efektif. 9

1.7 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari empat bab. BAB I berisikan pendahuluan. Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat, metode penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II berisikan tentang tinjauan pustaka dan landasan teori. BAB III akan menjelaskan tentang analisis data dari objek penelitian yaitu, pembentukan fukugoudoushi yang menunjukkan aspek awal yaitu ~hajimeru, ~dasu, ~kakeru, dan bagaimana perbedaan ketiganya, apakah ketiga fukugoudoushi tersebut bisa saling menggantikan atau tidak. BAB IV berisikan tentang kesimpulan dan saran. 10