BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan obat yang sering diberikan dalam menangani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting khususnya di negara berkembang (Kemenkes, 2011). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah besar yang harus benar-benar diperhatikan oleh setiap orang tua. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

antibiotik yang tidak tepat, dan sebagai konsekuensinya, adalah terjadinya peningkatan angka resistensi antibiotik di negara-negara berkembang (Okeke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan oleh izin edar serta dosis, umur pasien dan rute pemberian yang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

RASIONALITAS KRITERIA TEPAT DOSIS PERESEPAN COTRIMOXAZOLE PADA PENGOBATAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS S

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh : Tri Ika Kusuma Ningrum NIM : G2A

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

Periode Agustus-Desember 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI KELAS III DAN NON KELAS III LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sering terjadi pada penggunaan antibiotik, baik dengan menggunakan resep

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk usia lanjut tumbuh lebih cepat daripada kelompok umur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diberikan antibiotik pada saat dirawat di rumah sakit. Dari jumlah rekam medik

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

Fransiska Yovita Dewi, M.Sc., Apt Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI BANGSAL BEDAH DAN OBSTETRI-GINEKOLOGI SETELAH KAMPANYE PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SECARA BIJAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa penyakit infeksi dan parasit tertentu menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit Indonesia. Data 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit tahun 2007 menyebutkan bahwa jumlah kunjungan sebanyak 1.143.694 pasien dengan penyebab penyakit infeksi dan parasit tertentu di urutan nomor 5. Data distribusi pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa penyakit infeksi dan parasit lainnya menempati urutan pertama yaitu sejumlah 568.981 pasien (Departemen Kesehatan, 2009). Pemberian antibiotik merupakan pengobatan utama dalam penatalaksanaan penyakit infeksi. Penggunaan antibiotik sangat diperlukan dalam penatalaksanaan terapi infeksi, akan tetapi penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan munculnya resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik akan menyebabkan meningkatnya angka kesakitan, kematian dan biaya pengobatan yang lebih mahal (Hadi, 2009). Munculnya resistensi antibiotik didorong oleh selective pressure dimana antibiotik membunuh populasi bakteri yang sensitif pada tubuh penderita dan bakteri yang resisten akan berkembang dengan pesat. Faktor lain yang berperan terhadap adanya resistensi antibiotik di institusi pelayanan kesehatan adalah adanya penyebaran antara penderita, hal ini didukung oleh rendahnya kepatuhan 1

terhadap aturan kesehatan. Mempertimbangkan kedua faktor pendorong tersebut, maka masalah ini harus ditangani melalui dua bidang. Pertama adalah peningkatan penggunaan antibiotik secara bijak, dan ke dua adalah perbaikan sanitasi rumah sakit (hospital hygiene) (Hadi, 2009). Resistensi antibiotik adalah tantangan kesehatan global yang peningkatannya semakin dipercepat oleh penggunaan antibiotik yang berlebihan di seluruh dunia. Peningkatan resistensi antibiotik menyebabkan infeksi parah, komplikasi, rawat inap yang lebih lama dan meningkatkan angka kematian. Peresepan antibiotik yang berlebihan dihubungkan dengan peningkatan resiko efek samping dan peningkatan kekambuhan penyakit (Llor dan Bjerrum, 2014). Masalah resistensi antibiotik di negara berkembang sudah sangat mendesak. Peningkatan resistensi antibiotik ini didorong oleh penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan kurangnya pengendalian infeksi dan kesehatan masyarakat (Okeke dkk., 2005). Audit yang dilakukan tim AMRIN-study pada penggunaan antibiotik pasien yang dirawat di rumah sakit selama 5 hari atau lebih yang dilakukan di dua rumah sakit pendidikan di Jawa mendapatkan hasil sejumlah 84% pasien mendapatkan antibiotik. Penggunaan antibiotik di bangsal Anak cukup tinggi yaitu sebesar 90%, di bangsal Bedah sebesar 90%, di bangsal Kebidanan sebesar 87% dan di bangsal Penyakit Dalam sebesar 67%. Penggunaan antibiotik yang dinilai rasional sebanyak 21% dan yang tidak rasional sebesar 79% (Hadi dkk., 2008). 2

Penelitian lain yang dilakukan tim AMRIN-study adalah penelitian terhadap pembawa bakteri Escherichia coli resisten antibiotik yang dilakukan terhadap kelompok individu masyarakat dan kelompok pasien rumah sakit. Kelompok masyarakat terdiri dari penderita pada saat masuk rumah sakit dan keluarganya yang sehat, serta penderita yang datang ke puskesmas. Kelompok pasien rumah sakit yaitu penderita yang keluar rumah sakit yang sudah dirawat di rumah sakit. Hasil yang diperoleh yaitu 40% dari kelompok masyarakat adalah pembawa Escherichia coli yang resisten terhadap antibiotik yaitu resisten terhadap ampisilin pada 34% isolat, resisten terhadap trimetoprim/sulfametoksazol pada 29% isolat dan resisten terhadap kloramfenikol pada 15% isolat. Hasil dari kelompok pasien rumah sakit 81% adalah pembawa Escherichia coli yang resisten terhadap antibiotik yaitu resisten terhadap ampisilin pada 73% isolat, resisten terhadap trimetoprim/sulfametoksazol pada 56% isolat, resisten terhadap kloramfenikol pada 43% isolat, resisten terhadap siprofloksasin pada 22% isolat dan resisten terhadap gentamisin pada 18% isolat (Hadi dkk., 2008). Antibiotik merupakan salah satu golongan obat yang paling sering digunakan pada pasien anak. Penggunaan antibiotik pada anak cenderung lebih tinggi dibandingkan penggunaannya pada pasien dewasa. Penelitian di Italia menyebutkan bahwa 52,9% anak menerima setidaknya satu antibiotik dalam setahun, persentase ini menurun sesuai umur, antara 70,4% pada usia 11-14 tahun sampai 35,8% pada anak umur 1 2 tahun (Resi dkk., 2003). Tingkat penggunaan antibiotik di Amerika Serikat pada anak sebesar 41% sedangkan pada 3

usia dewasa sebesar 33%. Pola penggunaan antibiotik selama periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan penurunan peresepan antibiotik pada anak dan menunjukkan peningkatan pada usia dewasa, namun peresepan antibiotik berspektrum luas mengalami peningkatan secara signifikan baik pada usia anak maupun dewasa (Lee dkk., 2014). Berdasarkan data-data tersebut, upaya peningkatan penggunaan antibiotik yang rasional masih terus digalakkan untuk mencegah peningkatan resistensi antibiotik. Penggunaan antibiotik perlu dievaluasi untuk menunjang peningkatan penggunaan antibiotik yang rasional. Salah satu alat penilaian yang dapat digunakan untuk evaluasi penggunaan antibiotik adalah dengan menggunakan kriteria Gyssens. Kriteria Gyssens merupakan pengembangan dari kriteria Kunin yang kurang spesifik yang meliputi kriteria antibiotik tepat, antibiotik kemungkinan tepat, antibiotik tidak tepat karena ada alternatif yang lebih murah, antibiotik yang memerlukan penyesuaian dosis dan antibiotik sangat tidak tepat. Kriteria Kunin kemudian dikembangkan menjadi kriteria Gyssens yang lebih lengkap dan lebih spesifik yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga, spektrum, durasi, dosis, interval, rute dan waktu pemberian (Gyssens, 2005). Salah satu tanggung jawab klinik penting apoteker adalah untuk meningkatkan penggunaan antibiotik yang rasional. Berkaitan dengan pengendalian infeksi, tanggung jawab ini diperluas dengan penetapan tindakan untuk meminimalkan perkembangan strain mikroorganisme yang resisten, dan 4

juga mengoptimisasi kesempatan keberhasilan luaran terapi pada pasien individu (Siregar, 2004). Penelitian sebelumnya tentang hubungan rasionalitas dengan luaran terapi yang dilakukan Rahayu (2014) pada pasien anak penderita pneumonia menunjukkan bahwa luaran terapi penggunaan antibiotik rasional secara signifikan lebih baik dibandingkan penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Penelitian lain yang dilakukan Pamela (2011), memberikan hasil bahwa penggunaan antibiotik yang rasional sebanyak 76,38 % menunjukkan gejala infeksi yang membaik. Penggunaan antibiotik yang rasional diharapkan dapat memberikan luaran terapi yang lebih baik bagi pasien. Peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian tentang evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien anak di bangsal anak di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dengan harapan dapat memberikan masukan dan pertimbangan dalam peningkatan penggunaan antibiotik yang rasional di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Beberapa permasalahan yang memerlukan jawaban sehubungan dengan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana gambaran rasionalitas penggunaan antibiotik untuk pengobatan pasien anak di bangsal anak di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta? 2. Bagaimana gambaran luaran terapi dari penggunaan antibiotik pada pasien anak di bangsal anak di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta? 5

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui gambaran rasionalitas penggunaan antibiotik untuk pengobatan pasien anak di bangsal anak di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. 2. Mengetahui gambaran luaran terapi dari penggunaan antibiotik pada pasien anak di bangsal anak di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Memberikan informasi dan memberikan gambaran tentang rasionalitas penggunaan antibiotik untuk terapi di bangsal anak di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. 2. Memberikan masukan bagi rumah sakit dalam usaha peningkatan penggunaan antibiotik yang rasional. 3. Bagi praktisi Farmasis Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan peran aktifnya dalam melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, terutama obat antibiotik guna mengendalikan dan menurunkan potensi terjadinya resistensi. 6

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian tentang evaluasi penggunaan antibiotik telah dilakukan dan dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan penelusuran pustaka, penelitian Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Anak di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal rancangan penelitian, sampel, tempat penelitian dan periode penelitian. 7

Tabel 1. Beberapa Penelitian Evaluasi Penggunaan Antibiotik Peneliti Hadi dkk (2008) Pamela (2011) Rahayu (2014) Levy dkk (2012) Ceyhan dkk (2010) Judul Audit of Antibiotic Evaluasi Kualitatif Evaluasi Rasionalitas Rates and Appropriateness of Inappropriate Antimicrobial Prescribing in Two Penggunaan Antibiotika Penggunaan Antibiotik Antimicrobial Prescribing at Use in Turkish Pediatric Governmental dengan Metode Gyssens di terhadap Outcomes pada an Academic Children s Hospitals : a multicenter point Teaching Hospitals Ruang Kelas 3 Infeksi Pasien Anak Penderita Hospital, 2007-2010 prevalence survey in Indonesia Departemen IKA RSCM Pneumonia secara Prospektif Metode Deskriptif Deskriptif Analitik Cross-sectional Analitik, Deskriptif Analitik, Cross-sectional Analitik, Retrospektif Prospektif Retrospektif Retrospektif Prospektif Sampel 999 pasien 134 pasien 91 pasien 17.242 pasien 711 pasien Tempat RS Dr. Soetomo RSCM Jakarta RS Dr. R. Soetrasno Rembang RS Anak Mayo California 12 RS anak di Turki Surabaya dan RS Dr. Kariadi Semarang Tujuan Mengevaluasi Mengevaluasi penggunaan Mengetahui rasionalitas Mengevaluasi penggunaan Menganalisis penggunaan kualitas dan kuantitas antibiotika, mengevaluasi pengguaan antibiotik pada antibiotik pada pasien anak antibiotik dan faktor-faktor penggunaan pengaruh intervensi pasien anak penderita yang mempengaruhi antibiotik. apoteker dan mengevaluasi luaran terapi. pneumonia dan luaran terapi. penggunaan antibiotik pada pasien anak. Hasil Dua puluh satu Penggunaan antibiotik Penggunaan antibiotik Penggunaan antibiotik Penggunaan antibiotik persen penulisan rasional sebesar 60,4% sebanyak 49,7% rasional dan sebanyak 332 pasien (46,7%) resep dinilai benar, sedangkan yang tidak 50,3% tidak rasional; luaran dinilai tidak tepat; konsultasi 28% di Surabaya dan rasional sebesar 39,6%; terapi penggunaan antibiotik dengan dokter spesialis infeksi 16% di Semarang; intervensi dapat rasional lebih baik secara secara signifikan kuantitas penggunaan signifikan dibanding meningkatkan ketepatan antibiotik di Surabaya penggunaannya 47,24 dan di Semarang 30,85 diukur dalam defined daily doses (DDD) / 100 patientdays. menurunkan ketidaktepatan peresepan dokter, kulaitas pengobatan yang tidak rasional dengan intervensi diterima tidak mempunyai pengaruh berbeda terhadap luaran terapi. penggunaan antibiotik yang tidak rasional. sejumlah 9.880 pasien (57%); antibiotik yang paling banyak digunakan adalah cefazolin (97,8), vankomisin (97,1), fluconazole (76,4), piperasilintazobaktam (70,7) dan sefepim (67,6) diukur dalam days of therapy/1,000 patient-days. penggunaan antibiotik (p = 0,008). 8