BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. Percepatan Grafitasi (g) = 9,81m/s 2. Beda ketinggian air (Δh) = 0,83 m

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HALAMAN JUDUL KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS LISTRIK DARI GENSET BERBAHAN BAKAR BIOGAS DENGAN VARIASI PEMBEBANAN 60, 120, 180, 240, dan 300 WATT

KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS LISTRIK DARI GENSET BERBAHAN BAKAR BIOGAS DENGAN VARIASI PEMBEBANAN 660, 720, 780, 840, DAN 900 WATT

4 m 3 atau 4000 liter Masukan bahan kering perhari. 6Kg Volume digester yang terisi kotoran. 1,4 m 3 Volume Kebutuhan digester total

HALAMAN JUDUL KARAKTERISTIK PRODUKTIVITAS LISTRIK DARI GENSET BERBAHAN BAKAR BIOGAS DENGAN VARIASI PEMBEBANAN

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER EMPAT LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR GAS LPG DAN BIOGAS

BAB IV HASIL PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

PERBANDINGAN UNJUK KERJA GENSET 4-LANGKAH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG DENGAN PENAMBAHAN MIXER VENTURI

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER 4 LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN BIOGAS

MODIFIKASI MESIN DIESEL SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR SOLAR MENJADI LPG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GAS MIXER

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL UJI DAN PERHITUNGAN MENGETAHUI KINERJA MESIN MOTOR PADA KENDARAAN GOKART

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KINERJA RODA AIR ALIRAN BAWAH SUDU LENGKUNG 180 o UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Grafik CO Terhadap Putaran Mesin

KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari eksperimen yaitu berupa tegangan out put

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan pengujian, penulis memperoleh data-data hasil pengujian

PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Air Memanfaatkan Teknologi Sistem Pipa Kapiler

Pengaruh Penambahan Gas HHO Terhadap Unjuk Kerja Mesin Diesel Putaran Konstan Dengan Variasi Massa Katalis KOH pada Generator Gas HHO

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. t 1000

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Perancangan Karburetor untuk Bahan Bakar Biogas pada Generator Set 900 VA

PENGUJIAN PROTOTYPE ALAT KONVERSI ENERGI MEKANIK DARI LAJU KENDARAAN SEBAGAI SUMBER ENERGI LISTRIK DENGAN VARIASI PEMBEBANAN INTISARI

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah dilakukan pengujian, maka didapatkan data yang merupakan parameterparameter

UJI PERFORMANSI MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN DAN MENGGUNAKAN KONVERTER KIT SEDERHANA

I. PENDAHULUAN. (induction chamber) yang salah satunya dikenal sebagai tabung YEIS. Yamaha pada produknya RX King yang memiliki siklus pembakaran 2

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN TURBIN PELTON MINI BERTEKANAN 7 BAR DENGAN DIAMETER RODA TURBIN 68 MM DAN JUMLAH SUDU 12

Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Biogas terhadap Emisi Gas Buang Mesin Generator Set. Influence Of Biogas Fuel Usage On Generator Set Exhaust Emission

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian

Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi

Gambar 3. Posisi katup ISC pada engine

ANALISA KETINGGIHAN DAN DEBIT AIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO PADA DAERAH TERPENCIL

BAB IV HASIL ANALISIS. Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Speed Bumb sebagai Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan dan Terbarukan

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

ABSTRAK. Kata Kunci: generator dc, arus medan dan tegangan terminal. 1. Pendahuluan

KONTROL MANUAL DAN OTOMATIS PADA GENERATOR SET DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER MELALUI SMARTPHONE ANDROID

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

FIsika FLUIDA DINAMIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS PERTANYAAN SOAL

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tekanan Biogas Untuk mengetahui tekanan biogas yang ada perlu dilakukan pengukuran tekanan terlebih dahulu. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat sebuah manometer sederhana yang terbuat dari selang atau sering disebut dengan manometer U. Setelah dilakukan pengukuran menggunakan manometer U didapatkan kenaikan ketinggian air ( h ) sebesar 0,83 m. dengan menggunakan rumus tekanan hidrostatis maka didapatkan hasil : Pgauge = ρair x g x Δh = 1000 kg/m 3 x 9,81m/s 2 x 0,83 m = 8142,3 Pa Karena tekanan yang digunakan berupa tekanan absolute maka diubah menjadi : Pabs = Patm + P gauge 1atm = 101.325 Pa = 101.325 Pa + 8142,3 Pa = 109.467,3 Pa x 1 atm 101325 Pa Pbiogas = 1,08 atm 4.2 Unjuk Kerja Genset Parameter pengujian yang diambil dari unjuk kerja genset pada penelitian ini berupa : Arus ( I ), tegangan ( Vt ), debit ( Q ), daya ( P ), dan putaran mesin (n). Pengambilan data dilakukan pada genset dengan pembebanan 660 Watt, 720 Watt, 780 Watt, 840 Watt, dan 900 Watt. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut : 38

39 No Daya pembebanan (Watt) Tabel 4.1. Hasil pengujian genset Daya (Watt) Tegangan (Volt) Kuat Arus (Ampere) Debit (m 3 /detik) Putaran mesin (RPM) 1 660 599,4 222 2,7 2,73 x 10-4 2500 2 720 651 217 3 2,76 x 10-4 2430 3 780 681,6 213 3,2 2,85 x 10-4 2360 4 840 676,5 205 3,3 2,88 x 10-4 2340 5 900 668,5 191 3,5 3,08 x 10-4 2260 4.2.1 Tegangan Listrik Tegangan listrik atau sering disebut beda potensial merupakan perbedaan potensial antara 2 titik dalam suatu rangkain listrik sehingga menyebabkan timbulnya arus listrik dalam sebuah konduktor listrik. Berikut ini merupakan hasil pengukuran tegangan yang dihasilkan dari genset dengan daya maksimal 2.200 Watt Gambar 4.1. Grafik perbandingan beban dengan tegangan yang dihasilkan

40 Dari grafik perbandingan tegangan dengan beban yang diberikan pada genset dapat dilihat semakin tinggi pembebanan yang diberikan maka tegangan terminal ( Vt ) yang dihasilkan semakin kecil. Pada gambar 4.1. di atas dapat dilihat penurunan tegangan yang terjadi dari 222 Volt pada pembebanan 660 Watt turun menjadi 191 Volt pada pembebanan 900 Watt. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi pembebanan maka arus beban ( Ia ) yang ditimbulkan oleh penambahan beban juga semakin tinggi. Besarnya pertambahan arus beban ( Ia ) setiap pembebanan dapat dilihat dari tabel di bawah ini: dengan : Tabel 4.2. Arus tiap pembebanan Daya Arus No pembebanan (Ampere) (Watt) 1 660 2,7 2 720 3 3 780 3,2 4 840 3,3 5 900 3,5 Besarnya tegangan terminal pada saat generator berbeban dapat dicari Vt = Ea Ia. Zs Semakin tingginya arus beban ( Ia ) yang timbul dengan bertambahnya beban serta adanya impedansi sinkron ( Zs ) maka akan mengakibatkan turunnya tegangan pada generator. Semakin besar nilai ( Ia ) dan ( Zs ) maka tegangan yang timbul pada generator akan semakin kecil. Standar PLN yang diizinkan untuk tegangan listrik yang ada di Indonesia yaitu 220 Volt dengan toleransi +5% dan - 10%. Dari lima variasi pembebanan yang dilakukan hanya satu yang tidak memenuhi standar PLN yakni pada pembebanan 900 Watt dimana tegangan yang dihasilkan 191 Watt sedangkan batas minimal dari PLN 198 Watt.

41 4.2.2 Putaran Mesin Pada gambar 4.2. disajikan perbandingan putaran mesin yang dihasilkan dari pengujian genset untuk masing-masing pembebanan dari 660 Watt sampai 900 Watt. Gambar 4.2. Grafik beban dengan putaran mesin yang dihasilkan Dari gambar 4.2. di atas dapat diamati penurunan RPM yang cukup drastis dari genset dimana dari pembebanan terkecil 660 Watt putaran mesin ( n ) yang dihasilkan 2500 RPM turun menjadi 2260 RPM pada pembebanan 900 Watt. Hal ini karena putaran generator ( n ) akan mempengaruhi tegangan terminal ( Vt ), apabila kecepatan putar turun maka tegangan terminal juga turun. Semakin turunnya tegangan terminal karena kecepatan putar generator sinkron berpengaruh terhadap tegangan armatur ( Ea ) generator hal ini sesuai dengan persamaan berikut Ea = c.n. Dilihat dari persamaan di atas bahwa putaran mesin ( n ) generator berbanding lurus dengan fluks ( ) yang dihasilkan oleh kumparan, jika putaran mesin turun ( n ) maka fluks magnet yang dihasilkan generator juga semakin turun hal ini sesuai dengan tegangan terminal yang turun juga.

42 Selain itu penyebab turunya putaran mesin dapat terjadi karena kurangnya suplai bahan bakar genset, semakin tinggi pembebanan yang diberikan pada genset maka bahan bakar yang dibutuhkan akan bertambah, tetapi pada saat dilakukan penambahan bahan bakar genset justru mati. Penyebab matinya mesin genset ini karena pengaturan sistem pencampuran bahan bakar dengan udara pada karburator masih menggunakan setelan pencampuran bahan bakar bensin sehingga governor pada genset tidak dapat bekerja apabila menggunakan bahan bakar biogas. Governor merupakan alat yang berfungsi untuk mengatur jumlah suplai bahan bakar yang dibutuhkan oleh genset. Rasio campuran bahan bakar untuk biogas berkisar antara 1 : 5,7 sedangkan untuk bensin 1:15 ( Pranayuda, 2013 ). Untuk mengatasi hal ini perlu ditambahkan alat pengganti karburator yaitu konverter biogas dimana pada konverter biogas ini berfungsi untuk mengatur setelan biogas dengan udara yang sesuai dengan kebutuhan genset (Artayana, 2014). 4.2.3 Daya Keluaran Genset Tabel 4.3. Tegangan, Arus, dan Daya yang dihasilkan Daya Daya Tegangan No Pembebanan Arus (A) (Watt) (Volt) (Watt) 1 660 599,4 222 2,7 2 720 651 217 3 3 780 681,6 213 3,2 4 840 676,5 205 3,3 5 900 668,5 191 3,5 Daya merupakan besarnya tegangan yang timbul dikali dengan arus. Berikut ini merupakan contoh perhitungan untuk mencari daya keluaran genset pada pembebanan 660 Watt : P = V x I

43 = 222 Volt x 2,7 A = 599,4 Watt Untuk mengetahui persentase perbandingan daya keluaran genset terhadap beban yang diberikan dapat dicari dengan cara sebagai berikut : % Daya = P Out Beban x 100% = 599,4 660 x 100% = 90,8% Untuk lebih jelasnya hubungan antara pembebanan dengan daya keluaran yang dihasilkan dapat dilihat dari grafik 4.3. di bawah ini : Gambar 4.3. Grafik persentase daya yang dihasilkan dengan pembebanan lampu Dari grafik di atas dapat dilihat penurunan persentase daya keluaran terhadap beban. Pada pembebanan 660 Watt persentase daya yang dihasilkan terhadap beban sebesar 90,8% turun menjadi 90,4% pada pembebanan 720 Watt. Hal ini sesuai dengan persamaan mencari daya yaitu : P = V. I

44 Berdasarkan persamaan di atas penyebab turunnya daya setiap penambahan beban dikarenakan tegangan yang yang dihasilkan genset juga semakin turun, hal ini dapat dilihat dari grafik tegangan pada gambar 4.1. di atas. Semakin kecil tegangan yang dihasilkan maka persentase daya keluaran genset terhadap pembebanan juga semakin kecil. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan daya yang paling optimal dari genset berbahan bakar biogas dengan 5 variasi pembebanan berada pada beban 660 Watt dengan persentase daya sebesar 90,8%. 4.3 Perhitungan Debit Biogas Debit merupakan banyaknya gas yang mengalir per satuan waktu. Pada penelitian ini untuk mencari debit biogas dilakukan dengan cara menampung biogas kedalam plastik selama 5 detik kemudian hasil dari biogas yang telah tertampung tersebut dimasukan kedalam ember yang berisi air kemudian diukur perbedaan ketinggian air ( Δh ) untuk mengetahui debit dari biogas tersebut. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan maka diperoleh debit biogas untuk masingmasing pembebanan sebagai berikut : Tabel 4.4. Debit biogas untuk tiap pembebanan Daya Daya Debit No Pembebanan (Watt) ( m ( Watt ) 3 /detik ) 1 660 599,4 2,73 x 10-4 2 720 651 2,76 x 10-4 3 780 681,6 2,85 x 10-4 4 840 676,5 2,88 x 10-4 5 900 668,5 3,08 x 10-4 Berikut ini merupakan contoh perhitungan mencari debit biogas pada pembebanan 660 Watt, dimana setelah dilakukan pengukuran didapatkan data sebagai berikut : Waktu pengisian biogas ( t ) = 5 detik

45 Diameter bak penampung ( D ) = 23,8 cm = 0,238 m Jari-jari bak penampung = 0,119 m Kenaikan tinggi air ( h ) = 3,06 cm = 0,0306 m Berdasarkan persamaan (2.2) untuk mencari debit digunakan rumus : Debit = V t = π. r2. h t = π. 0.1192 m. 0,0306 m 5 s = 2,73 x 10-4 m 3 /detik Untuk memperjelas dalam melihat hasil debit biogas pada masing-masing pembebanan serta mempermudah dalam pengamatan maka dapat dilihat dari grafik di bawah ini. Gambar 4.4. Grafik debit biogas

46 Dari grafik di atas dapat dilihat setiap penambahan beban selalu diikuti dengan penambahan debit biogas. Pada pembebanan paling kecil yaitu 660 Watt debit biogas yang mengalir sebesar 0,9828 m 3 /jam terus naik menjadi 1,026 m 3 /jam pada pembebanan 780 Watt dan mencapai debit terbesar 1,1088 m 3 /jam pada pembebanan 900 Watt. Kenaikan debit biogas ini kemungkinan dikarenakan semakin besar pembebanan yang diberikan maka genset akan membutuhkan energi yang semakin besar untuk memenuhi kebutuhan genset dari pembebanan yang diberikan. Bertambahnya debit biogas tiap penambahan pembebanan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yusuf dkk, 2014) dimana pada penelitian tersebut debit diukur pada pembebanan 0, 36, 280, dan 725 Watt. Banyaknya debit biogas dapat dilihat dari tabel dibawah ini Tabel 4.5. Debit biogas No Pembebanan ( Watt ) Debit ( m 3 /jam ) 1 0 1,08 2 36 1,32 3 280 1,5 4 725 1,38 (Yusuf dkk, 2014) 4.4 Konsumsi Bahan Bakar ( ṁ ) Untuk mencari konsumsi bahan bakar digunakan rumus laju aliran massa. Untuk mencari laju aliran massa tiap pembebanan diperlukan data debit biogas dan massa jenis biogas. Untuk massa jenis biogas yang digunakan dipakai massa jenis metana yaitu 0,656 kg/m 3. Untuk lebih jelasnya tentang debit dan massa jenis tiap pembebanan dapat dilihat dari tabel 4.6. di bawah ini :

47 Tabel 4.6. Massa jenis dan debit biogas tiap pembebanan No Beban ( Watt ) Daya (Watt) Massa Jenis ( kg/m 3 ) Debit ( m 3 /detik ) 1 660 599,4 0,656 2,37 x 10-4 2 720 651 0,656 2,76 x 10-4 3 780 681,6 0,656 2,85 x 10-4 4 840 676,5 0,656 2,88 x 10-4 5 900 668,5 0,656 3,08 x 10-4 Dari tabel 4.6. di atas dapat dicari konsumsi bahan bakar tiap pembebanan. Berdasarkan persamaan (2.8.) untuk mencari laju aliran massa digunakan rumus : ṁ = Q x ρ Berikut ini merupakan contoh perhitungan untuk mencari aju aliran massa pada pembebanan 900 Watt : ṁ = 3,08 x 10-4 m 3 /s x 0,656 kg/m 3 = 2,02048 x 10-4 kg/s atau 0,727 kg/jam Untuk memperjelas dalam pengamatan laju aliran massa biogas pada masing-masing pembebanan dapat dilihat pada gambar 4.5. di bawah ini : Gambar 4.5. Konsumsi bahan bakar tiap pembebanan

48 Pada gambar Grafik 4.5. di atas menunjukan bahwa semakin tinggi pembebanan akan berbanding lurus dengan konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan genset. Pada pembebanan 660 Watt konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan sebesar 0,645 kg/jam naik menjadi 0,652 kg/jam pada pembebanan 720 Watt. Naiknya konsumsi bahan bakar ini sesuai dengan penelitian (Prastya,2013) yang menghasilkan nilai konsumsi bahan bakar pada pembebanan 300 Watt sebesar 0,421 kg/jam, pada beban 540 Watt sebesar 0,479 kg/jam, pada beban 840 Watt sebesar 0,595 kg/jam, dan pada beban 1140 Watt sebesar 0,576 kg/jam. Pada pembebanan yang sama yaitu 840 Watt konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan pada penelitian Prastya lebih kecil yakni 0,595 kg/jam sedangkan pada penelitian ini sebesar 0,680 kg/jam. Perbedaan nilai konsumsi bahan bakar tersebut kemungkinan disebabkan karena perbedaan kadar gas metana ( CH4 ) yang terkandung dalam biogas yang digunakan. Konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan oleh genset semakin meningkat seiring dengan penambahan beban karena genset membutuhkan lebih banyak energi untuk mengatasi penambahan beban tersebut.. Hal ini sesuai dengan hasil pengukuran debit biogas dimana setiap penambahan beban maka debit biogas semakin besar. Penambahan debit biogas ini yang selanjutnya akan memenuhi kebutuhan bahan bakar pada genset. 4.5 Intensitas Konsumsi Energi ( IKE ) IKE merupakan rasio perbandingan daya listrik yang dihasilkan terhadap konsumsi bahan bakar yang dibutuhkan. Untuk mengetahui nilai Intensitas Konsumsi Energi dapat dicari dengan rumus : IKE = P ṁ Keterangan : P = Daya Keluaran ( kw ) ṁ = Laju aliran massa ( kg/h ) Berikut ini merupakan merupakan contoh perhitungan untuk mencari IKE pada pembebanan 660 Watt. IKE = P ṁ

49 0,5994 kw = 0,645 kg/h = 0,929 kwh/kg Untuk mempermudah dalam menganalisis hasil intensitas konsumsi energi yang dihasilkan dari pengujian genset pada masing-masing pembebanan dapat dilihat dari grafik di bawah ini. Gambar 4.6. Intensitas Konsumsi Energi Dari gambar 4.6. di atas dapat dilihat nilai intensitas konsumsi energi pada masing-masing pembebanan. Dari lima variasi yang diberikan pada mesin genset pada pembebanan ketiga dengan beban 780 Watt menghasilkan nilai IKE paling tinggi yaitu 1,005 kwh/kg dibandingkan dengan variasi pembebanan yang lain. Pada mesin genset yang digunakan untuk menggerakan rotor pada generator menggunakan sistem kerja motor bakar empat langkah dimana pada sistem ini untuk memperoleh energi keluaran yang besar terdapat tiga sarat pembakaran yaitu tekanan kompresi yang tinggi, waktu pengapian yang tepat, dan campuran udara dengan bahan bakar yang sesuai ( Prasetyadi, 2016 ). Dari lima variasi pembebanan yang telah dilakukan pada tiga pembebanan pertama yaitu pada pembebanan 660, 720, dan 780 Watt terjadi kenaikan nilai IKE. Hal ini dikarenakan pada tiga pembebanan tersebut aturan pembakaran masih dapat

50 terpenuhi oleh genset. Pada pembebanan 780 Watt merupakan puncak maksimal nilai IKE pada genset dengan bahan bakar biogas. Sedangkan pada dua pembebanan terakhir yaitu pembebanan 840 dan 900 Watt terjadi penurunan nilai IKE dari nilai IKE tertinggi yakni 1,005 kwh/kg turun menjadi 0,994 dan 0,919 kwh/kg. Penyebab turunya nilai IKE ini dikarenakan banyaknya bahan bakar biogas yang masuk ke dalam ruang bakar tidak sesuai dengan campuran udara yang dibutuhkan sehingga terjadi penurunan nilai IKE. Dengan tidak sesuainya campuran bahan bakar dengan udara maka mengakibatkan pemborosan bahan bakar karena banyak bahan bakar yang terbuang sehingga terjadi penurunan nilai IKE. Pemborosan bahan bakar ini dapat dibuktikan dengan bertambahnya konsumsi bahan bakar tetapi nilai IKE yang dihasilkan semakin menurun terutama pada dua pembebanan terakhir.