BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi kronis rongga mulut dengan prevalensi 10 60% pada orang dewasa. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan periodontitis, menurut penelitian periodontitis lebih banyak terjadi. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan terjadinya atau memperparah penyakit periodontal (Orgendrik, 2012). Periodontitis adalah penyakit infeksi dan peradangan pada jaringan pendukung gigi yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, hilangnya perlekatan gingiva dan kerusakan puncak tulang alveolar (Jokolsky dkk., 2002). Periodontitis menyebabkan kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar. Keparahan periodontitis disebabkan oleh bakteri patogen pada plak gigi dan menghasilkan terbentuknya poket yang dalam serta kegoyahan gigi (Balaji dkk., 2010). Menurut Novak dan Novak (2012) periodontitis adalah penyakit infeksi pada jaringan pendukung gigi yang menyebabkan hilangnya perlekatan gingiva dan kerusakan tulang alveolar. Menurut Newman dkk. (2012) periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu atau kelompok mikroorganisme tertentu, yang menghasilkan kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan meningkatnya kedalaman poket periodontal. Tanda klinis terbentuknya poket periodontal seperti kemerahan, 1
penebalan gingiva tepi, perdarahan gingiva dan supurasi, kegoyahan gigi dan terbentuknya celah antar gigi, rasa sakit lokal atau rasa sakit dalam tulang. Menurut Carranza dan Takei (2012)perawatan periodontal yang tepat dan sesuai merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan penyakit yang ada dan mencegah kembalinya penyakit tersebut. Tindakan scaling dan root planing, kuretase dan oral hygiene yang baik, akan menghilangkan peradangan dan mengurangi kedalaman poket, bahkan pada banyak kasus dapat menghilangkan seluruh gejala penyakit yang ada. Kuretase merupakan salah satu prosedur dalam terapi periodontitis. Tindakan kuretase adalah pembersihan jaringan granulasi yang mengalami inflamasi kronis yang terbentuk pada dinding lateral poket periodontal. Jaringan granulasi pada poket periodontal mengandung jaringan yang mengalami inflamasi kronis, partikel-partikel kalkulus dan koloni bakteri. Kalkulus dan koloni bakteri yang masih tertinggal dalam poket periodontal akan memperparah penyakit periodontal dan menghambat penyembuhan walaupun sudah dilakukan scaling dan root planing (Newman dkk., 2012). Yellanky dkk. (2010) meneliti bahwa terapi tambahan berupa antimikroba topikal setelah tindakan scaling dan root planing memberikan hasil perawatan yang lebih memuaskan dibanding terapi tunggal dengan pembersihan secara mekanis. Menurut Sukumar dan Dhrizal (2007) agen khemoterapis sebagai terapi tambahan pada kasus penyakit periodontal telah meningkat pesat dalam 20 tahun terakhir. Studi klinis membuktikan bahwa tambahan terapi antimikroba lebih efektif dan mempercepat penyembuhan dibanding hanya terapi tunggal dengan 2
kuretase. Antimikroba yang sering dipakai dalam perawatan penyakit periodontal adalah tetrasiklin, minosiklin, doksisiklin, klorheksidin, dan metronidazol Gel asam hialuronatsebagai terapi tambahan setelah terapi mekanis adalah mempercepat penyembuhan luka, anti inflamasi, proliferasi, dan migrasi sel, angiogenesis serta reepitelisasi melalui proliferasi sel basal keratin. Dalam perawatan gingivitis dan periodontitis, aplikasi topikal asam hialuronat juga sebagai antibakteri setelah tindakan scaling dan root planing (Kapoor dan Sachdeva, 2011). Menurut Gupta (2012) pada penyakit periodontal, asam hialuronat bekerja dengan memperlemah ikatan sel sel jaringan yang mengalami inflamasi kronis sehingga mudah terlepas dan digantikan oleh regenerasi sel baru. Molekul molekul asam hialuronat mengurangi proliferasi sel epitel seperti fibroblas dan limfosit yang berperan aktif pada keadaan inflamasi kronis sehingga mempercepat regenerasi sel jaringan sehat yang baru (Mesa dkk., 2002). Sifat viskoelastik pada asam hialuronat dapat menghambat penetrasi bakteri dan virus pada luka paska operasi. Asam hialuronat sangat efektif menghambat pertumbuhan kuman Agregatibacter actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, dan Staphylococus aureus yang banyak ditemukan pada kasus gingivitis dan periodontitis. Aplikasi gel asam hialuronatpada luka bekas operasi terbukti secara klinis menghambat kontaminasi bakteri dan mencegah infeksi serta mempercepat penyembuhan luka (Jyoti dkk., 2010). Gel metronidazol sebagai terapi antimikroba lokal terhadap bakteri anaerob gram negatif penyebab periodontitis seperti Porphyromonas gingivalis dan Agregatibacter actinomycetemcomitans. Metronidazol sebagai antimikroba 3
lokal masih poten sampai hari ke 7 dan setelah itu mengalami penurunan daya kerjanya terhadap bakteri (Sato dkk., 2008). Metronidazol adalah zat aktif yang telah banyak digunakan dalam pengobatan terhadap infeksi protozoa dan bakteri anaerob (Yellanky dkk., 2010). Gel metronidazol efektif untuk membunuh bakteri anareob sub ginggiva yang berperan penting terhadap terjadinya periodontitis seperti Agregatibacter actinomycetemcomitans dan Porphyromonas gingivalis (Loesche dkk., 2001). Aplikasi metronidazol setelah tindakan scaling dan root planing tidak berperan secara langsung terhadap penyembuhan jaringan. Eliminasi bakteri akan menghilangkan semua kontaminasi yang dapat menghambat penyembuhan luka (Winkel dkk., 2002). Menurut Trijani (2003) meskipun efektif dalam membunuh bakteri anaerob penyebab periodontitis, gel metronidazol sering kali meninggalkan rasa pahit di mulut setelah diaplikasikan ke dalam poket periodontal. B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian tersebut timbul permasalahan apakah terdapat perbedaan efektivitas antara gel asam hialuronat dan gel metronidazol terhadap penyembuhan jaringan periodontal setelah kuretase pada periodontitis kronis? 4
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan umum untuk mengetahui manfaat penggunaan gel asam hialuronat dalam bidang kedokteran gigi. Tujuan khusus dari penelitian untuk mengetahui perbedaan efektivitas gel asam hialuronatdan gel metronidazol terhadap penyembuhan jaringan periodontal setelah kuretase pada periodontitis kronis. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat : 1. Sebagai sumbangan pengetahuan dalam bidang Periodonsia tentang perbedaan efektivitas gel asam hialuronatdan gel metronidazol terhadap penyembuhan jaringan periodontal sebagai terapi tambahan setelah kuretase pada periodontitis kronis. 2. Memberikan informasi ilmiah mengenai alternatif perawatan setelah tindakan kuretase dengan gel asam hialuronat. 5
E. Keaslian Penelitian Johansen dkk. (2009) meneliti tentang efek lokal dari gel asam hialuronat sebagai bahan tambahan setelah scaling dan root planing pada perawatan periodontitis kronis.stesel dan Flores (2011) pernah melakukan penelitian tentang aplikasi topikal gel metronidazol dibanding dengan scalingsubgingiva pada perawatan periodontitis kronis. Penelitian ini tentang perbedaan efektivitas gel asam hialuronat dan gel metronidazolterhadap penyembuhan jaringan periodontal setelah kuretase pada periodontitis kronis sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. 6