PEMANFAATAN JAMUR Phanerochaete chrysosporium Burds UNTUK PENINGKATAN KWALITAS PULP KAYU RANDU

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH INOKULASI JAMUR Phanerochaete chrysosporium Burds TERHADAP KANDUNGAN KIMIA KAYU RANDU (Ceiba pentandra Gaertn)

SIFAT PULP CAMPURAN KAYU RANDU DAN TUSAM PADA KONSENTRASI ALKALI AKTIF YANG BERBEDA

DELIGNIFIKASI AMPAS TEBU UNTUK PEMBUATAN PULP RENDEMEN TINGGI DENGAN PROSES PEROKSIDA ALKALI

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU CAMPURAN BATANG TERHADAP KUALITAS PULP DAN KERTAS KAYU LEDA (Eucalyptus deglupta Blume) DENGAN PROSES KRAFT

PENGARUH PEMUTIHAN OKSIGEN DUA TAHAP TERHADAP KUALITAS PULP Acacia mangium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KONDISI OPTIMUM PEMASAKAN ABACA (MUSA TEXTILIS NEE) DENGAN PROSES SULFAT (THE OPTIMUM OF COOKING CONDITION OF MUSA TEXTILIS NEE WITH SULPHATE PROCESS)

PEMBUATAN PULP DARI SERABUT GAMBAS TUA KERING DENGAN PROSES ALKALI DENGAN ALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. DESKRIPSI PROSES

Pembuatan Pulp Semi Mekanis dari Batang Jagung dengan Ekstrak Abu Tandan Kosong Sawit

SIFAT KIMIA TIGA JENIS KAYU RAKYAT

LAPORAN AKHIR PEMBUATAN PULP DARI BAHAN BAKU SERAT LIDAH MERTUA (SANSEVIERIA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORGANOSOLV

I. PENDAHULUAN. sampai ke pengemasan (Syafii, 2000). Seiring dengan meningkatnya jumlah

OPTIMASI PEMASAKAN PROSES SODA TERBUKA DAN PENGGILINGAN PULP BAMBU BETUNG DAN BAMBU KUNING

PEMBUATAN PULP DARI SERAT LIDAH MERTUA (Sansevieria) DENGAN MENGGUNAKAN PROSES ORGANOSOLV

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

Kertas adalah barang ciptaan manusia berwujud lembaranlembaran tipis yang dapat dirobek, digulung, dilipat, direkat, dicoret. Kertas dibuat untuk

PENGARUH RASIO CAIRAN PEMASAK (AA CHARGE) PADA PROSES PEMBUATAN PULP DARI KAYU SENGON (ALBIZIA FALCATARIA ) TERHADAP KUALITAS PULP

Pulp - Cara uji bilangan kappa

Pemanfaatan Limbah Pelepah Pisang di Meteseh sebagai Bahan Baku pembuatan kertas dengan Proses Soda menggunakan Alat Digester

BIOPULPING PELEPAH TANAMAN SALAK MENGGUNAKAN JAMUR PELAPUK PUTIH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kertas seni atau biasa disebut kertas daur ulang merupakan kertas yang biasa digunakan sebagai bahan pembuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pembuatan Pulp dari Batang Pisang

SfFAT PULP SULF BBEBERAPA TAWAF UM BERDASWRKAN A DBMENSI SERAT F Oleh FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. keperluan pendidikan, perkantoran, dan pengemasan dalam perindustrian.

PENENTUAN TEMPERATUR TERHADAP KEMURNIAN SELULOSA BATANG SAWIT MENGGUNAKAN EKSTRAK ABU TKS

ANALISIS KANDUNGAN KIMIA SLUDGE DARI INDUSTRI PULP PT. TOBA PULP LESTARI Tbk. SKRIPSI. Oleh SIMSON FUAD HASAN PURBA /TEKNOLOGI HASIL HUTAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Eucalyptus berserat pendek dan dikelompokkan dalam kayu keras (Training and

PEMANFAATAN SERBUK KAYU UNTUK PRODUKSI ETANOL DENNY IRAWATI

TUGAS AKHIR Pembuatan Pulp. dari Pelepah Pisang dengan Alat Digester. ( Making Of Pulp From Musa Paradiciasa with a Digester )

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh dari Kementerian

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah padi dan singkong. Indonesia dengan luas area panen ha

= 2 hours) and factor 2 is a incubation duration (L 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Semua tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat dapat

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan alami dan lingkungan telah meningkat. Dari segi lingkungan barangbarang

ANALISIS KIMIA KAYU BATANG, CABANG DAN KULIT KAYU JENIS KAYU LEDA

BAB 3 METODELOGI PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH BAGIAN TANAMAN DAN LAMA PEMASAKAN TERHADAP RENDEMEN DAN SIFAT FISIK PULP SULFAT KAYU RANDU (Ceiba pentandra Gaertn.)

Pemanfaatan Limbah Jerami Padi dari Boyolali untuk Pembuatan Pulp dengan Proses Soda Menggunakan Digester Batch

DAFTAR TABEL. 7. Tabel Rendemen etanol dari uulp pada berbagai kandungan lignin

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENGANTAR. Robby Mukafi 13/348251/TK/40846 Azizah Nur Istiadzah 13/349240/TK/41066

UJI KINERJA DIGESTER DENGAN MENGGUNAKAN VARIABEL TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PROSES PULPING JERAMI PADI

PENENTUAN KADAR TOTAL AKTIF ALKALI DI DALAM WHITE LIQOUR PADA PROSES RECAUSTICIZING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk TUGAS AKHIR KHAIRUNNISA

STUDI ISOLASI DAN RENDEMEN LIGNIN DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS)

Rancangan Penelitian

PRETREATMENT DENGAN Phanerochaete chrysosporium DALAM HIDROLISIS ASAM ENCER SLUDGE KERTAS AI ROSAH AISAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan

KAJIAN AWAL PULP DARI KULIT BUAH KAKAO DENGAN METODE ORGANOSOLV SKRIPSI

OPTIMASI BIOKRAFT JAMUR Phanerochaete chrysosporium TERHADAP KOMPONEN KIMIA CAMPURAN BATANG DAN LIMBAH CABANG MANGIUM SEBAGAI BAHAN BAKU PULP

DELIGNIFIKASI BAMBU PETUNG (DENDROCALAMUS ASPER) DENGAN EKSTRAK ABU JERAMI PADI DAN KAYU. Endah Sulistiawati, Imam Santosa

KERTAS SENI DARI PELEPAH TANAMAN SALAK MELALUI BIOCHEMICAL PULPING KULTUR CAMPURAN JPP

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU (H-FAKTOR) TERHADAP BILANGAN KAPPA DAN VISKOSITAS PADA PROSES PEMASAKAN DI UNIT DIGESTER PT.TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA

PEMANFAATAN BATANG PISANG (MUSA PARADISIACA L) DALAM PEMBUATAN PULP DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACETOSOLV SERTA IMPLEMENTASINYA DI SEKOLAH

(The Change of Wood Acidity during Drying Process)

Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Pembuatan Kertas Seni. Faridah, Anwar Fuadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akan tetapi ini diproses dengan selulosa yang berbeda, seperti sebagai rayon sutera

INDUSTRI PULP DAN KERTAS. 11/2/2010 Universitas Darma Persada By YC

LAPORAN AKHIR PEMANFAATAN BATANG PELEPAH PISANG PUTRI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN PULP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah

PENELITIAN BAHAN BAKU KERTAS DARI JERAMI PADI DENGAN SUHU PEMASAKAN 140 C

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

JURNAL INTEGRASI PROSES. Website:

Wasrin Syafii dan Iskandar Z. Siregar. Abstract

PEMBUATAN PULP SECARA NON KONVENSIONAL (PROSES ORGANOSOLV) (Makalah Teknologi Pulp dan Kertas) Oleh Kelompok 5

ANALISIS HASIL DELIGNIFIKASI SEKAM PADI YANG BERPOTENSI SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan. No. Alat Ukuran Jumlah. Sendok. 1 buah. Ember. 1 buah. Pipet.

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

Pengaruh Komposisi Bahan Baku dan Lama Waktu Pemasakan terhadap Kekuatan Tarik pada Pembuatan Kertas Seni dari Limbah Batang Jagung dan Kertas Bekas

KAJIAN AWAL PEMBUATAN PULP AKASIA DENGAN METODE PULP BIOLOGIK

DEKOMPOSISI PELEPAH PISANG MENJADI GLUKOSA SECARA TERMOKIMIA DALAM AIR PANAS BERTEKANAN (HOT COMPRESSED WATER)

LAPORAN AKHIR PEMANFAATAN PELEPAH BATANG PISANG SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF PENGGANTI KAYU DALAM PEMBUATAN PULP DENGAN MENGGUNAKAN PROSES SODA

WOOD CHEMICAL PROPERTIES RESAK (Cotylelobium Burkii ) AND WOOD BANGKAL (Tarenna Costata ) POSITION BASED ON HEIGHT ROD

HASIL DAN PEMBAHASAN

Disusun oleh : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP

UJI KINERJA DIGESTER PADA PROSES PULPING KULIT JAGUNG DENGAN VARIABEL SUHU DAN WAKTU PEMASAKAN

UJI KUALITAS KERTAS SENI DARI ALANG-ALANG MELALUI PROSES ORGANOSOLV DENGAN KONSENTRASI PELARUT DAN LAMA PEMASAKAN YANG BERBEDA

Pengaruh prehidrolisis asam asetat terhadap komposisi kimia bambu duri (Bambusa blumeana J.A. and J.H. Schultes)

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERLAKUAN AWAL SERPIH KAYU KARET TIDAK PRODUKTIF UNTUK PULP SULFAT PRE-TREATMENT OF CHIPS RUBBER WOOD NON PRODUCTIVE FOR SULPHATE PULP.

Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Untuk Pembuatan Kertas Dekorasi Dengan Metode Organosolv

Disusun Oleh: Diyanti Rizki Rahayu Puspita Ardani Ir. Nuniek Hendriani, M.T. Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M.Eng

KANDUNGAN KIMIA DAN SIFAT SERAT ALANG-ALANG (Imperata cylindrica) SEBAGAI GAMBARAN BAHAN BAKU PULP DAN KERTAS

Pada bagian ini diuraikan tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian dan ruang lingkup penelitian.

PULP BIO-SEMI-MEKANIS KAYU TERENTANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kayu merupakan hasil hutan dari seumber kekayaan alam, merupakan bahan

Oleh : Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. NIP DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

51 PEMANFAATAN JAMUR Phanerochaete chrysosporium Burds UNTUK PENINGKATAN KWALITAS PULP KAYU RANDU UTILIZATION OF Phanerochaete chrysosporium Burds TO IMPROVE THE QUALITY OF KAPOK PULP Wiwin Tyas Istikowati ** *Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat,Banjarbaru ABSTRAK Jamur pelapuk putih adalah organisme pendegradasi kayu yang dapat mendekomposisi polimer-polimer kayu yaitu lignin, selulosa dan hemiselulosa. Jamur pelapuk putih lebih menyukai lignin pada kayu daripada selulosa yang diharapkan tetap ada pada aplikasi proses biopulping. Dalam penelitian ini dilakukan inokulasi jamur Phanerochaete chrysosporium pada serpih kayu randu sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh variasi masa inkubasi dan waktu pemasakan serpih terhadap rendemen pulp, bilangan kappa, konsumsi alkali pulp kayu randu. Jamur Phanerochaete chrysosporium dibiakkan pada medium agar (PDA) selama 10 hari, kemudian diinokulasikan pada serpih kayu randu selama 20,30 dan 40 hari. Selanjutnya serpih diamati sifat kimia, anatomi kemudian dimasak menggunakan proses kraft dengan alkali aktif 16 % selama 1 ; 1,5 dan 2 jam. Hasil penelitian menunjukkan nilai rendemen pulp berkisar pada 27,7 %-40,5%. Bilangan kappa berkisar antara 5,1-12,4. Konsumsi alkali terendah sebesar 1,53 diperoleh pada lama penyerangan 40 hari dengan waktu masak 1,5 dan 2 jam. Kata kunci: Biopulping, Phanerochaete chrysosporium, Ceiba pentandra, pulp dan kertas. ABSTRACT White rot fungi are wood degrading organism able to decompose wood polymers such as lignin, cellulose and hemicelluloses. Selectively, white rot fungi prefer to decompose wood lignin over wood polysaccharides e.g. cellulose while these polysaccharides are favored for applications of biopulping. In this study, Phanerochaete chrysosporium Burds fungi was inoculated to kapok chips commonly used raw materials of pulp and paper. The influences of various inoculation level and chips cooking time towards pulp yield, kappa number and alkali consumption were investigated. Phanerochaete chrysosporium fungi was incubated in PDA for 10 days, and then inoculated to kapok chips for 20, 30, and 40 days. The fiber s morphology and its chemical properties were analyzed, continued with a cooking process by kraft process using active alkali with a concentration of 16% for 1, 1.5, and 2 hours. The results showed that pulp yield ranges from 27.7% to 40.5%. Kappa number 5.1 to 12.4. The lowest alkali consumption of 1.53was reached after 40 days of inoculation with cooking time for 1.5 and 2 hour. Key words : Biopulping, Phanerochaete chrysosporium, Ceiba pentandra, pulp and paper * Email: wien.tyas@gmail.com Pemanfaatan Jamur Phanerochaete chrysosporium Burds (Wiwin Tyas Istikowati)

52 PENDAHULUAN Kayu sebagai bahan baku pulp dan kertas masih merupakan primadona bagi perusahaan karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Namun sayangnya, kayu dari hutan alam dan HTI tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan industri pulp dan kertas di Indonesia. Salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan baku pulp adalah penggunaan kayu kebun. Tanaman kayu kebun yang mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp adalah randu. Randu pertumbuhannya relatif cepat, mudah dikembangbiakkan, mempunyai BJ rendah serta ketersediaannya yang cukup melimpah. Selain itu, selama ini randu lebih banyak diambil kapuk dan bijinya sedang kayunya kurang mendapat perhatian dalam pemanfaatannya. Industri pulp menghasilkan limbah dari proses pulpingnya sedangkan sekarang ini perhatian terhadap permasalahan lingkungan semakin meningkat. Oleh karena itu, industri pulp dan kertas dituntut untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan ramah lingkungan. Salah satu alternatif untuk mengurangi permasalahan yang ada adalah pemanfaatan bioteknologi, dalam hal ini beberapa peneliti telah melakukan kajian berbagai aspek dalam proses pulping dan pengelantangan dengan metode bipulping (Nishida dkk., 1988; Akhtar dkk., 1992; Fujita dkk., 1993; Messner dan Srebotnik, 1994; Messner dkk., 1998). Biopulping merupakan bentuk perlakuan pendahuluan dengan menginokulasi mikroorganisme (jamur) kepada serpih kayu atau ke dalam log sebelum proses pulping. Perlakuan ini merupakan awal proses pulping dengan memisahkan serat dan menghilangkan lignin serta ekstraktif. Teknologi biopulping mempunyai kemungkinan untuk meningkatkan kualitas pulp dan kualitas serat serta mengurangi biaya produksi serta dampak lingkungan yang ditimbulkan (Hataka, 1994; Castilo dkk, 2003). Perlakuan awal secara biologi akan mengurangi sejumlah bahan kimia dalam proses pemasakan, meningkatkan kapasitas pemasakan dan konsumsi bahan kimia yang lebih rendah dalam proses bleaching. Jamur pelapuk putih merupakan mikroorganisme yang menarik dalam proses penghilangan lignin secara biologi dalam proses kraft untuk pulping karena kemampuannya yang tinggi untuk memutus rantai polimer dan merusak lignin (Fujita, 1993). Pemanfaatan P. chrysosporium untuk biopulping dan biobleaching mengurangi jumlah kandungan lignin, meningkatkan beberapa Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 51-58

53 sifat kekuatan kertas (Akhtar dkk, 1993). Penurunan bilangan kappa dan peningkatan derajat kecerahan dalam kayu sehingga dapat membantu dalam proses pulping (Fujita dkk,1993). BAHAN DAN METODE Kayu randu (Ceiba pentandra Gaertn) dari daerah Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah dengan diameter 40 cm yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian yang diambil adalah batang pokoknya yang dibuat serpih berukuran 3cm x 3 cm x 2mm. Jamur Pelapuk putih Phanerochaete chrysosporium Burds tipe NRLL 6361 diperoleh dari Intstitut Pertanian Bogor yang dibiakkan dalam media PDA diinokulasikan pada serpih kayu randu selama 20;30 dan 40 hari. Proses pulping menggunakan proses Kraft dengan bahan pemasak Na 2 S unbleach dan NaOH. Penelitian ini menggunakan peralatan autoklaf untuk memasak pulp, flat screen (saringan datar bergetar) bercelah 0,2 mm untuk menyaring pulp masak. hollander beater digunakan untuk menggiling pulp hingga mencapai derajat giling 200-300 ml csf (Canadian Standard Freeness), freeness Tester digunakan untuk mengukur derajat giling pulp. Nilai rendemen diperoleh dengan membandingkan pulp yang lolos dalam saringan datar bergetar dengan berat serpih kering tanur sebelum pemasakan dalam persen. Penentuan bilangan kappa mengikuti standar TAPPI T 236 cm-85 sedang untuk konsumsi alkali dilakukan dengan mengambil lindi hitam 25 ml, ditambahkan BaCl 2 10% sebanyak 25 ml, kemudian diencerkan sampai 500 ml dengan aquades. Larutan tersebut diendapkan 1 hari hingga kelihatan mengendap. Kemudian bagian jernihnya diambil sebanyak 25 ml dan diberi indikator metil oranye sampai berubah warna, setelah itu dititrasi dengan HCl 0,1N sampai berubah warna. Selanjutnya dilakukan penghitungan nilai alkali sisa dan konsumsi alkali berdasar lindi yang ditampung dan banyaknya titrasi HCl. HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian pulp kayu randu pada serpih yang dikenai perlakuan dengan jamur Phanerochaete chrysosporium menunjukkan pengaruh pada nilai rendemen, konsumsi alkali dan bilangan kappa. Penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil sebagai berikut : Rendemen Hasil analisis menunjukkan bahwa semua faktor baik faktor masa inkubasi, waktu Pemanfaatan Jamur Phanerochaete chrysosporium Burds (Wiwin Tyas Istikowati)

54 pemasakan dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen tersaring pulp namun terdapat kecenderungan kenaikan rendemen dengan adanya penyerangan pada jamur sampai penyerangan selama 30 hari. Setelah 40 hari inkubasi, rendemen pulp tersaring mulai menurun. Waktu pemasakan juga menunjukkan kecenderungan kenaikan rendemen pulp (Tabel 1). Tabel 1. Rerata rendemen (%) pulp tersaring Masa Inkubasi Waktu Pemasakan 1 jam 1.5 jam 2 jam Rerata 20 hari 33.4 33.7 33.9 33.6 30 hari 35.3 35.8 35.9 35.7 40 hari 33.9 34.3 34.2 34.1 Rerata 34.2 34.6 34.7 34.5 Kontrol 28.2 Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rendemen tersaring dari serpih yang diberi perlakuan pendahuluan dengan jamur terhadap serpih sehat. Peningkatan rendemen tersaring ini dikarenakan berkurangnya kandungan ekstraktif dan lignin pada serpih yang diberi perlakuan pendahuluan dengan jamur P. chrysosporium sedangkan degradasi terhadap selulosa relatif kecil. Hattaka (2007) menyatakan jamur ini mendegradasi hemiselulosa, lignin kemudian selulosa. Eaton(1992) menyatakan salah satu kelebihan jamur ini adalah mendegradasi lignin dengan meninggalkan selulosa nyaris tak tersentuh. Hilangnya lignin dari serpih juga mengakibatkan swelling (Nishida dkk., 1998; Akhtar dkk., 1993; Fujita dkk., 1993) sehingga pulp lebih lunak dan menyebabkan penetrasi cairan pemasak lebih mudah yang akan menaikkan rendemen pulp. Dari penelitian ini juga terlihat semakin lama waktu pemasakan akan menaikkan rendemen tersaring pulp tetapi kenaikan rendemen tidak signifikan. Standar rendemen untuk pulp sulfat 47~50% (Biermann, 1996) sedangkan pada pulp kayu randu diperoleh rendemen sebesar 28.2% ~ 35.9%. Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 51-58

55 Konsumsi Alkali Hasil analisis varian menunjukkan bahwa masa inkubasi memberikan pengaruh yang nyata pada konsumsi alkali, sedangkan waktu pemasakan dan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata. Masa inkubasi jamur akan menurunkan konsumsi alkali pulp (Tabel 2). Tabel 2. Rerata hasil perhitungan konsumsi alkali (%) pada beberapa dan waktu pemasakan masainkubasi Masa Inkubasi Waktu Pemasakan 1 jam 1.5 jam 2 jam Rerata 20 hari 5.67 4.63 3.60 4.63 30 hari 4.63 4.63 3.60 4.29 40 hari 2.57 1.53 1.53 1.88 Rerata 4.29 3.60 2.91 3.60 Kontrol 6.7 Penurunan konsumsi alkali ini dikarenakan lignin dan hemiselulosa telah terdegradasi terlebih dahulu oleh jamur. Sjostrom (1998) menyatakan bahwa 60~70% alkali yang dimasukkan diperlukan untuk menetralkan asam-asam hidroksi yang terbentuk dari degradasi alkali dari polisakarida, 20~30% digunakan untuk menetralkan produk-produk degradasi lignin dan 10% untuk menetralkan asam uronat dan asetat. Namun karena hemiselulosa dan lignin telah terdegradasi terlebih dahulu oleh jamur P.chrysosporium maka jumlah yang terdegradasi oleh alkali dalam pemasakan lebih sedikit serta menghasilkan asamasam hidroksi dan produk degradasi lignin yang harus dinetralkan sedikit maka konsumsi alkali juga menurun. Bilangan Kappa Hasil analisis varian yang dilakukan menunjukkan bahwa masa inkubasi dan waktu pemasakan memberikan pengaruh yang nyata pada bilangan kappa, sedangkan interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata. Bilangan kappa terendah dihasilkan pada masa inkubasi 40 hari dengan waktu masak 2 jam sebesar 5.10; bilangan kappa tertinggi Pemanfaatan Jamur Phanerochaete chrysosporium Burds (Wiwin Tyas Istikowati)

56 diperoleh pada masa inkubasi 20 hari dan waktu masaknya 1 jam yaitu sebesar 10.04. Bilangan kappa pada kontrol bernilai 12.4 dan mengalami penurunan sebesar 27.3% pada masa inkubasi 20 hari; 41.8% pada inkubasi 30 hari dan 51.5% pada inkubasi 40 hari (Tabel 3). Tabel 3. Bilangan kappa pulp pada beberapa masa inkubasi dan waktu penyerangan Masa Inkubasi Waktu Pemasakan 1 jam 1.5 jam 2 jam Rerata 20 hari 10.04 9.15 7.87 9.02 30 hari 8.68 6.73 6.25 7.22 40 hari 6.75 6.23 5.10 6.02 Rerata 8.49 7.37 6.41 7.42 Kontrol 12.4 Bilangan kappa yang diperoleh sudah memenuhi standar TAPPI dalam Biermann (1996) dimana standar bilangan kappa antara 6 sampai 20. Dari nilai bilangan kappa yang diperoleh terlihat bahwa pulp sudah matang. Pada penelitian Islam dkk., (2008) bilangan kappa dari Acacia dan Eucalyptus yang diinokulasi dengan jamur P. chrysosporium selama 16 hari mengalami penurunan. Bilangan kappa Acacia dan Eucalyptus tanpa perlakuan dengan jamur sebesar 23.6 dan 21.5. Setelah serpih diinokulasi dengan jamur, bilangan kappa Acacia turun sebesar 24.15% menjadi 17.9 sedangkan Eukalyptus turun 22.8% menjadi 16.6. Bilangan kappa menunjukkan tingkat kematangan pulp. Semakin rendah bilangan kappa semakin matang pulpnya dan semakin mudah untuk diputihkan karena komponen ligninnya terdegradasi sempurna. Dari Tabel 3 terlihat bahwa semakin lama masa inkubasi dan waktu pemasakan pulp bilangan kappanya semakin rendah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin matang pulp yang dihasilkan. Bilangan kappa juga menunjukkan banyak sedikitnya komponen lignin yang Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 51-58

57 tersisa pada pulp. Jika komponen lignin yang tersisa semakin sedikit maka bilangan kappa yang didapatkan semakin rendah. Perlakuan pendahuluan dengan jamur menyebabkan swelling pada serpih dan berubahnya struktur dinding sel yang akan meningkatkan porositas serpih. Peningkatan porositas ini dikarenakan lignin pada kayu yang terdegradasi (Nishida dkk., 1988; Akhtar dkk., 1992; Fujita dkk., 1993). Dengan peningkatan porositas pada serpih mengakibatkan penetrasi bahan kimia pemasak lebih mudah dan akan membuat pulp lebih matang atau menurunkan bilangan kappanya. Penurunan kadar lignin pada serpih kayu randu berpengaruh pada penurunan nilai bilangan kappa. Semakin sedikit kandungan lignin akan menurunkan nilai bilangan kappa atau lebih mematangkan pulpnya. SIMPULAN Serat yang dikenai perlakuan dengan jamur dengan fariasi masa inkubasi dan waktu pemasakan menaikkan rendemen pulp tersaring, menurunkan bilangan kappa dan konsumsi alkali sehingga proses ini layak untuk digunakan dalam memproduksi pulp yang berkwalitas dan ramah lingkungan. SANWACANA Ucapan terimakasih ditujukan kepada Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui dana beasiswa pendidikan pasca sarjana. DAFTAR PUSTAKA Akhtar, M., et al. 1992. Biotechnology in pulp and paper industry. In: Proceedings of the 5th International Conference on Biotechnology in the Pulp and Paper Industry. University Publishers Ltd., Tokyo. Akhtar, M., et al. 1993. Biomechanical pulping of loblolly pine chips with selected white rot fungi. Holzforschung. Bierman, C.J., 1996. Pulping and Papermaking. Academic Press. San Diego. California. Castillo, M del Pilar, J. Dorado, R Sierera and J Field. 2003. Biopulping by White Rot Fungi. (http:/ftns.wau.ne/imb/research/wrf/bio bl/html). Eaton, R.A and M.D.C. Hale., 1992. Wood Decay, Pest and Protection. Scool of Wood Science University of Wales. Bangor. Pemanfaatan Jamur Phanerochaete chrysosporium Burds (Wiwin Tyas Istikowati)

58 Fujita, K., R. Kondo, K. Sakai, Y. Kashino, T. Nishida and Y. Takahara., 1993. Biobleaching of softwood Kraft pulp with white rot fungus IZU-154. Tappi J. 76: 81-84. Hataka, A., 1994. Lignin Modifying Enzymes from Selected White Rot Fungi Production and Role in Lignin Degradation. FEMS Microbial Review. Nishida, T., Y. Kashino, A Mimura and Y.Takahara., 1988. Lignin biodegradation by wood-rotting fungi I. Screening of lignin-degrading fungi. Mokuzai gakkaishi 34:530-536. Sj Ö str Ö m, E., 1998. Kimia Kayu, Dasar- Dasar dan Penggunaan, Terjemahan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hatakka, A., 2007. Biodegradation of lignin. In: Hofrichter, M., Steinbüchel, A., editors. Biopolymers. Vol 1: Lignin, humic substances and coal. Weinheim, Germany: Wiley- VCH, pp. 129-180. Islam, N., R. Karim and O. Malinen., 2007. Beneficial Effects of Fungal Treatment Before Pulping and Bleaching of Acacia mangium and Eucalyptus camaldulensis. Turky journal 32 (2008) 331-338 Messner, K. and E. Srebotnik., 1994. Biopulping: An overview of developments in an environmentally safe paper-making technology. FEMS Microbiol. Rev. 13: 351-362. Messner, K., et al. 1998. Fungal treatment of wood chips for chemical pulping. John Wiley and Sons,Inc., pp. 385-398. Sains dan Terapan Kimia, Vol.4, No. 1 (Januari 2010), 51-58