hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

dokumen-dokumen yang mirip
seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. lahan untuk bermukim. Beberapa diantara mereka akhirnya memilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bising didefinisikan sebagai bunyi tidak dikehendaki yang merupakan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan aktivitas masyarakat perkotaan dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, kota-kota di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan sejalan dengan penetapan status Bandara Adisutjipto

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Total Penumpang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

PENGKAJIAN KEBISINGAN DI SEKITAR BANDARA DI BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA (AIRPORT NOISE)

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan. Dalam jangka panjang bunyibunyian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penguasaan pemahaman mereka terhadap setiap materi yang diajarkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN STRES MASYARAKAT DI PEMUKIMAN SEKITAR REL KERETA API SRAGO GEDE

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi (Mahfuddin, 2009). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota besar di Indonesia sebagai pusat pembangunan telah. banyak mengalami perubahan dan kemajuan baik dalam bidang politik,

Suma mur (2009) dalam bukunya menyatakan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

KEBISINGAN DI BAWAH LAUT

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. terpapar bising melebihi 90 db di tempat kerjanya. Diperkirakan lebih dari 20 juta

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Selain itu faktor fisik juga berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

SUPADI NIM : NIRM :

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini diketahui dari bertambahnya jumlah kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang digunakan sebagai tempat

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg

ANALISIS PROFIL PENAMPANG GENTENG RUMAH TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN SUARA AKIBAT LALU LINTAS PENERBANGAN DI SEKITAR BANDARA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban telah menggeser perkembangan industri ke arah

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. lingkungan yang utama di dunia, khususnya di negara berkembang. Pencemaran udara dapat

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pada tahun 1992 memberikan dampak positif sebagai penghasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sektor dan Wilayah (Undang-undang Lalu Lintas No. 14 Tahun 1992). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak buah yang dikelilingi oleh garis pantai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kendaraan juga berbanding lurus dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan sebuah tempat di mana berlangsungnya sebuah

I. PENDAHULUAN. membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal, tempat pendidikan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat. (Permenakertrans RI Nomor PER.13/MEN/X/2011).

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sehat 2015 adalah lanjutan dari visi pembangunan kesehatan

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

JURNAL ILMU-ILMU TEKNIK - SISTEM, Vol. 10 No. 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah negara kesatuan republik indonesia dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945. Transportasi adalah memindahkan sesuatu ketempat yang diinginkan. Sedangkan alat transportasi adalah benda atau alat yang dapat menjalankan transportasi. Alat transportasi yang dikenal dibagi tiga yaitu transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Kebutuhan manusia akan transportasi membuat alat ini semakin banyak dan berkembang. Mulai dari alat tranportasi tanpa mesin dan menggunakan mesin mesin yang canggih (Djalante, 2010). Kebutuhan manusia terhadap transportasi semakin lama semakin meningkat, terutama kebutuhan akan transportasi darat atau dalam bahasan ini berkaitan dengan kereta api. Kereta api merupakan alat transportasi yang dirasa paling efisien dijadikan sebagai alat transportasi jarak jauh karena merupakan alat transportasi yang cepat dan juga terjangkau. Tetapi tidak disadari bahwa mesinmesin kereta api ini merupakan penyumbang kebisingan terbesar bagi makhluk hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kotakota besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Laporan WHO tahun 1988 sebagaimana yang disampaikan oleh Ditjen PPM & PLP, Depkes RI (1995), menyatakan bahwa 8 12% penduduk dunia telah menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk dan diperkirakan angka tersebut terus akan meningkat. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 48/1996, Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang dapat mengganggu kegiatan dan kesehatan makhluk hidup beserta dengan lingkungannya (Feidihai, 2007 ). Kebisingan tidak hanya dapat menyebabkan gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional yaitu berupa terganggunya kenyamanan kerja, mudah tersinggung, mudah marah. Selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas kebisingan yang tinggi, kebisingan juga berpengaruh secara fisiologis yaitu terganggu kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung meningkat, dan gangguan pencernaan (Tarwaka dkk, 2004). Ningrum (2009), Alat transportasi kereta api memiliki tingkat kebisingan berkisar 90 db yang dampaknya mempengaruhi kerusakan pendengaran tetapi juga mempengaruhi konsentrasi belajar. Priyanto (2007), menyatakan bahwa

seseorang untuk dapat berkonsentrasi dalam belajar perlu tempat yang tenang tanpa suara yang mengganggu yaitu berkisar 35 db. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang digunakan tempat kegiatan belajar mengajar. Sehingga dalam perencanaannya, sebuah bangunan perlu memperhatikan beberapa faktor, yakni faktor keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan yang tentunya dapat dirasakan oleh siswa. Namun dalam kenyataannya, sebuah bangunan sekolah dapat mengalami permasalahan dalam pemenuhan ketiga faktor tersebut, misalnya faktor kenyamanan. Ketidaknyamanan yang dapat terjadi di lingkungan sekolah salah satunya adalah kebisingan yang terjadi ketika pelajaran tengah berlangsung. Belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan sekitarnya. Kebisingan merupakan hal yang mengganggu dalam proses belajar mengajar, pada intensitas yang lama dan tingkat tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, zona pendidikan memerlukan suasana yang tenang dari kebisingan termasuk kebisingan akibat lalu lintas. Ketenangan menghasilkan sebuah lingkungan yang meningkatkan daya pembelajaran siswa. Menurut Metawati (2013) yang mengutip pendapat Earthman, menyatakan bahwa kebisingan suatu kelas pasti mengganggu proses belajar. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi siswa untuk mencerna informasi yang diperoleh. Beliau mengatakan bahwa belajar dalam lingkungan bising akan lebih sulit bagi siswa pada dasarnya sudah sulit untuk fokus dalam belajar. Beliau

juga mengatakan bahwa tingkat kebisingan pada suatu kelas juga dapat mengganggu pembelajaran dan meningkatkan ketegangan dalam nada bicara guru. Sesuai dengan KEPMENLH No. 48 Tahun 1996 baku tingkat kebisingan peruntukan kawasan lingkungan kesehatan/lingkungan kegiatan di sekolah atau sejenisnya, tingkat kebisingan tidak diperbolehkan melebihi 55 db. Pada penelitian Hidayati (2007) menjelaskan bahwa kebisingan pada intensitas yang lama dan dalam tingkat tertentu dapat membahayakan psikologi belajar dan kesehatan siswa yangterpapar oleh sumber kebisingan. Pada penelitian Djalante (2010) paparan tingkat kebisingan yang dapat ditolerir oleh seseorang, tergantung dari kegiatan apa yang dilakukan oleh orang yang terpapar tersebut. Misalnya, seseorang yang sedang melakukan belajar mengajar dan seseorang yang sedang melakukan kegiatan beribadah, akan merasa terganggu dengan kebisingan yang rendah sekalipun. Pengaruh kebisingan pada 55 65 db terhadap kesehatan antara lain berupa gangguan kenyamanan, gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi dan menimbulkan rasa kesal (Berglund, 1996). Hasil penelitian yang telah dilakukan Shield dan Dockrell di London (2005) pada 142 sekolah dasar, menemukan 65% sekolah dasar terpapar bising melebihi standar WHO (55 db) ; 86% dari sumber bising tersebut berasal dari jalan raya, sedangkan sumber bising jalan raya tersebut 85% disebabkan oleh suara mesin mobil, disusul 55% dari bising pesawat udara yang melintas di atas lingkungan sekolah. Sutopo (2007) telah meneliti rata-rata kebisingan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kali Ajir Lor Berbah Sleman yang berada di sekitar Bandara Adi Sucipto

sebesar 71,40 db, dengan keluhan yang dirasakan oleh 70 murid SDN tersebut terdapat 46,5% sulit mulai tidur, 45,1% sering terbangun malam, dan 42,2% merasa kurang tidur, dan terdapat 43 siswa mengalami penurunan pendengaran hantaran udara. Sedangkan Ayuningtyas (2010), melakukan pengukuran tingkat kebisingan di SMAN 37 Jakarta sebesar 78,3-104,8 db dengan keadaan sekolah berada dekat dengan rel kereta api. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 067240 Medan merupakan salah satu sarana dan prasarana yang ada dikota medan yang bergerak di bidang pendidikan. SD Negeri 064270 Medan terletak dekat dengan rel kereta api dan berada tepat di tengah-tengah pemukiman warga, sehingga paparan kebisingan diduga sering terjadi di lingkungan sekolah dasar tersebut. Di SD Negeri 064270 kebisingan sering kali terjadi pada saat proses belajar mengajar, karena letak kelas dari sekolah tersebut berdekatan dengan rel kereta api sedangkan kereta api yang melintas dalam sehari bisa berlalu lalang 30-40 kali per hari, ini bisa dikatakan jalur kereta api yang sangat sibuk aktifitasnya. Sehingga sangat rawan dengan paparan polusi kebisingan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada awal Agustus 2015, masih terdapat beberapa siswa yang ketika kereta api melintas disaat jam pelajaran, siswa-siswa tersebut menghentikan aktifitas belajarnya dan berusaha untuk melihat kearah luar jendela. Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat perbedaan tingkat konsentrasi sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah Lokasi sekolah yang berada di dekat rel kereta api dan di tengah-tengah permukiman penduduk. Kereta api yang melintas dalam sehari bisa berlalu lalang 30-40 kali per hari, ini bisa dikatakan jalur kereta api yang sangat sibuk aktifitasnya. Sehingga sangat rawan dengan paparan polusi kebisingan. Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui perbedaan tingkat konsentrasi sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan tingkat konsentrasi sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik responden. 2. Untuk mengetahui tingkat kebisingan di dalam kelas sebelum dan saat kereta api melintas di SD Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015. 3. Untuk mengetahui konsentrasi sebelum adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di SD Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan tahun 2015.

4. Untuk mengetahui konsentrasi sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di SD Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan tahun 2015. 1.4 Hipotesis Penelitian Ho : Tidak ada perbedaan antara tingkat konsentrasi pada siswa sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api. Ha : Ada perbedaan antara tingkat konsentrasi pada siswa sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak sekolah sebagai bahan informasi mengenai kebisingan dan akibat yang di timbulkannya serta masukan dalam melakukan upaya pengendalian lingkungan dan manajemen perbaikan ruangan kelasguna mereduksi bising yang bersumber dari aktifitas lalu lintas kereta api, dalam meningkatkan proses belajar mengajar. 2. Bagi fakultas sebagai bahan bacaan dan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi peneliti sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari selama perkuliahan serta memberikan pengalaman langsung dalam pelaksanaan dan penulisan penelitian serta menyusun hasil penelitian.