BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah dan pemersatu wilayah negara kesatuan republik indonesia dalam rangka mewujudkan wawasan nusantara, serta memperkukuh ketahanan nasional dalam usaha mencapai tujuan nasional berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945. Transportasi adalah memindahkan sesuatu ketempat yang diinginkan. Sedangkan alat transportasi adalah benda atau alat yang dapat menjalankan transportasi. Alat transportasi yang dikenal dibagi tiga yaitu transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Kebutuhan manusia akan transportasi membuat alat ini semakin banyak dan berkembang. Mulai dari alat tranportasi tanpa mesin dan menggunakan mesin mesin yang canggih (Djalante, 2010). Kebutuhan manusia terhadap transportasi semakin lama semakin meningkat, terutama kebutuhan akan transportasi darat atau dalam bahasan ini berkaitan dengan kereta api. Kereta api merupakan alat transportasi yang dirasa paling efisien dijadikan sebagai alat transportasi jarak jauh karena merupakan alat transportasi yang cepat dan juga terjangkau. Tetapi tidak disadari bahwa mesinmesin kereta api ini merupakan penyumbang kebisingan terbesar bagi makhluk hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.
Kebisingan merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan di kotakota besar. Bising adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. Laporan WHO tahun 1988 sebagaimana yang disampaikan oleh Ditjen PPM & PLP, Depkes RI (1995), menyatakan bahwa 8 12% penduduk dunia telah menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk dan diperkirakan angka tersebut terus akan meningkat. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI No. 48/1996, Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang dapat mengganggu kegiatan dan kesehatan makhluk hidup beserta dengan lingkungannya (Feidihai, 2007 ). Kebisingan tidak hanya dapat menyebabkan gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional yaitu berupa terganggunya kenyamanan kerja, mudah tersinggung, mudah marah. Selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas kebisingan yang tinggi, kebisingan juga berpengaruh secara fisiologis yaitu terganggu kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung meningkat, dan gangguan pencernaan (Tarwaka dkk, 2004). Ningrum (2009), Alat transportasi kereta api memiliki tingkat kebisingan berkisar 90 db yang dampaknya mempengaruhi kerusakan pendengaran tetapi juga mempengaruhi konsentrasi belajar. Priyanto (2007), menyatakan bahwa
seseorang untuk dapat berkonsentrasi dalam belajar perlu tempat yang tenang tanpa suara yang mengganggu yaitu berkisar 35 db. Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang digunakan tempat kegiatan belajar mengajar. Sehingga dalam perencanaannya, sebuah bangunan perlu memperhatikan beberapa faktor, yakni faktor keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan yang tentunya dapat dirasakan oleh siswa. Namun dalam kenyataannya, sebuah bangunan sekolah dapat mengalami permasalahan dalam pemenuhan ketiga faktor tersebut, misalnya faktor kenyamanan. Ketidaknyamanan yang dapat terjadi di lingkungan sekolah salah satunya adalah kebisingan yang terjadi ketika pelajaran tengah berlangsung. Belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan sekitarnya. Kebisingan merupakan hal yang mengganggu dalam proses belajar mengajar, pada intensitas yang lama dan tingkat tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, zona pendidikan memerlukan suasana yang tenang dari kebisingan termasuk kebisingan akibat lalu lintas. Ketenangan menghasilkan sebuah lingkungan yang meningkatkan daya pembelajaran siswa. Menurut Metawati (2013) yang mengutip pendapat Earthman, menyatakan bahwa kebisingan suatu kelas pasti mengganggu proses belajar. Hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi siswa untuk mencerna informasi yang diperoleh. Beliau mengatakan bahwa belajar dalam lingkungan bising akan lebih sulit bagi siswa pada dasarnya sudah sulit untuk fokus dalam belajar. Beliau
juga mengatakan bahwa tingkat kebisingan pada suatu kelas juga dapat mengganggu pembelajaran dan meningkatkan ketegangan dalam nada bicara guru. Sesuai dengan KEPMENLH No. 48 Tahun 1996 baku tingkat kebisingan peruntukan kawasan lingkungan kesehatan/lingkungan kegiatan di sekolah atau sejenisnya, tingkat kebisingan tidak diperbolehkan melebihi 55 db. Pada penelitian Hidayati (2007) menjelaskan bahwa kebisingan pada intensitas yang lama dan dalam tingkat tertentu dapat membahayakan psikologi belajar dan kesehatan siswa yangterpapar oleh sumber kebisingan. Pada penelitian Djalante (2010) paparan tingkat kebisingan yang dapat ditolerir oleh seseorang, tergantung dari kegiatan apa yang dilakukan oleh orang yang terpapar tersebut. Misalnya, seseorang yang sedang melakukan belajar mengajar dan seseorang yang sedang melakukan kegiatan beribadah, akan merasa terganggu dengan kebisingan yang rendah sekalipun. Pengaruh kebisingan pada 55 65 db terhadap kesehatan antara lain berupa gangguan kenyamanan, gangguan komunikasi, gangguan konsentrasi dan menimbulkan rasa kesal (Berglund, 1996). Hasil penelitian yang telah dilakukan Shield dan Dockrell di London (2005) pada 142 sekolah dasar, menemukan 65% sekolah dasar terpapar bising melebihi standar WHO (55 db) ; 86% dari sumber bising tersebut berasal dari jalan raya, sedangkan sumber bising jalan raya tersebut 85% disebabkan oleh suara mesin mobil, disusul 55% dari bising pesawat udara yang melintas di atas lingkungan sekolah. Sutopo (2007) telah meneliti rata-rata kebisingan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kali Ajir Lor Berbah Sleman yang berada di sekitar Bandara Adi Sucipto
sebesar 71,40 db, dengan keluhan yang dirasakan oleh 70 murid SDN tersebut terdapat 46,5% sulit mulai tidur, 45,1% sering terbangun malam, dan 42,2% merasa kurang tidur, dan terdapat 43 siswa mengalami penurunan pendengaran hantaran udara. Sedangkan Ayuningtyas (2010), melakukan pengukuran tingkat kebisingan di SMAN 37 Jakarta sebesar 78,3-104,8 db dengan keadaan sekolah berada dekat dengan rel kereta api. Sekolah Dasar Negeri (SDN) 067240 Medan merupakan salah satu sarana dan prasarana yang ada dikota medan yang bergerak di bidang pendidikan. SD Negeri 064270 Medan terletak dekat dengan rel kereta api dan berada tepat di tengah-tengah pemukiman warga, sehingga paparan kebisingan diduga sering terjadi di lingkungan sekolah dasar tersebut. Di SD Negeri 064270 kebisingan sering kali terjadi pada saat proses belajar mengajar, karena letak kelas dari sekolah tersebut berdekatan dengan rel kereta api sedangkan kereta api yang melintas dalam sehari bisa berlalu lalang 30-40 kali per hari, ini bisa dikatakan jalur kereta api yang sangat sibuk aktifitasnya. Sehingga sangat rawan dengan paparan polusi kebisingan. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada awal Agustus 2015, masih terdapat beberapa siswa yang ketika kereta api melintas disaat jam pelajaran, siswa-siswa tersebut menghentikan aktifitas belajarnya dan berusaha untuk melihat kearah luar jendela. Maka dari itu penulis tertarik melakukan penelitian untuk melihat perbedaan tingkat konsentrasi sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015.
1.2 Perumusan Masalah Lokasi sekolah yang berada di dekat rel kereta api dan di tengah-tengah permukiman penduduk. Kereta api yang melintas dalam sehari bisa berlalu lalang 30-40 kali per hari, ini bisa dikatakan jalur kereta api yang sangat sibuk aktifitasnya. Sehingga sangat rawan dengan paparan polusi kebisingan. Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui perbedaan tingkat konsentrasi sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan tingkat konsentrasi sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di Sekolah Dasar Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik responden. 2. Untuk mengetahui tingkat kebisingan di dalam kelas sebelum dan saat kereta api melintas di SD Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan Tahun 2015. 3. Untuk mengetahui konsentrasi sebelum adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di SD Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan tahun 2015.
4. Untuk mengetahui konsentrasi sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api pada siswa di SD Negeri 067240 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan tahun 2015. 1.4 Hipotesis Penelitian Ho : Tidak ada perbedaan antara tingkat konsentrasi pada siswa sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api. Ha : Ada perbedaan antara tingkat konsentrasi pada siswa sebelum dan sesudah adanya bising akibat aktifitas perlintasan kereta api. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi pihak sekolah sebagai bahan informasi mengenai kebisingan dan akibat yang di timbulkannya serta masukan dalam melakukan upaya pengendalian lingkungan dan manajemen perbaikan ruangan kelasguna mereduksi bising yang bersumber dari aktifitas lalu lintas kereta api, dalam meningkatkan proses belajar mengajar. 2. Bagi fakultas sebagai bahan bacaan dan informasi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi peneliti sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari selama perkuliahan serta memberikan pengalaman langsung dalam pelaksanaan dan penulisan penelitian serta menyusun hasil penelitian.