PREPARASI DAN KARAKTERISASI NANOSUSPENSI DENGAN POLIVINILPIROLIDON (PVP) SEBAGAI PEMBAWA NANOPARTIKEL SENYAWA ASAM MEFENAMAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 4000

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

FAHMI AZMI FORMULASI DISPERSI PADAT IBUPROFEN MENGGUNAKAN HPMC 6 cps PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi

Peningkatan Disolusi Ibuprofen dengan Sistem Dispersi Padat Ibuprofen - PVP K90

PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... SURAT PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL...

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PROSEDUR KERJA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data kalibrasi piroksikam dalam medium lambung ph 1,2. NO C (mcg/ml) =X A (nm) = Y X.Y X 2 Y 2

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT GLIKLAZID MENGGUNAKAN UREA DAN TWEEN-80 WILLI PRATAMA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

PENGEMBANGAN SEDIAAN LEPAS LAMBAT SISTEM MATRIKS BERBASIS ETILSELULOSA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DENGAN TEKNIK DISPERSI SOLIDA

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN HIDROKLORTIAZIDA DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 60

BAB I PENDAHULUAN. Pemberian pulveres kepada pasien ini dilakukan dengan cara

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

KARAKTERISASI DAN PENINGKATAN DISOLUSI KALSIUM ATORVASTATIN MELALUI PROSES MIKROKRISTALISASI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR ROASTING DAN ALKALISASI TERHADAP JENIS WARNA DAN MUTU BUBUK KAKAO *) Justus E.Loppies, Ruslan M.Yunus,Imran Thamrin,Yulius Sattu

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH SUHU PEMBENTUKAN KRISTAL TERHADAP KARAKTERISTIK KOKRISTAL ASAM MEFENAMAT DENGAN ASAM TARTRAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

FORMULASI GLIBENKLAMID DENGAN METODE SELF EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SEDDS) DAN UJI IN- VITRO DISOLUSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN SEDIAAN DENGAN PELEPASAN DIMODIFIKASI MENGANDUNG FUROSEMID SEBAGAI MODEL ZAT AKTIF MENGGUNAKAN SISTEM MUKOADHESIF

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH MILLING TERHADAP LAJU DISOLUSI CAMPURAN METAMPIRON-FENILBUTASON (7:3)

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

STUDI SISTEM DISPERSI PADAT ASAM MEFENAMAT MENGGUNAKAN POLIVINILPIROLIDON K-30 ABSTACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

KETERSEDIAAN HAYATI RELATIF FUROSEMIDA DALAM BENTUK DISPERSI PADAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DISOLUSI ASAM FENOFIBRAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT PERMUKAAN DENGAN SODIUM STARCH GLYCOLATE SKRIPSI

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

SKRIPSI OLEH: PIANTA GINTING NIM

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER

MIKROENKAPSULASI METFORMIN HIDROKLORIDA DENGAN PENYALUT ETILSELLULOSA MENGGUNAKAN METODA PENGUAPAN PELARUT ABSTRACT

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

FORMULASI TABLET HISAP NANOPARTIKEL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) SECARA GRANULASI BASAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan viskositas larutan alginat. Pengukuran viskositas menggunakan viskosimeter Broookfield

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODE

Peningkatan Kelarutan Furosemide Menggunakan PEG 6000 secara Mikroenkapsulasi

PENGGUNAAN EUDRAGIT L 100 DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT TESIS RAHMADEVI

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

LAMPIRAN. Larutan dapar fosfat ph 7,4 isotonis

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

PENGARUH KONSENTRASI FOSFATIDILKOLIN TERHADAP HERBOSOM EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH KAKAO (Theobroma cacao L.) Makassar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR.. vii. DAFTAR ISI.. viii. DAFTAR GAMBAR. xi. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. xiv. INTISARI.. xv. ABSTRAC.

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

PERBANDINGAN MUTU TABLET IBUPROFEN GENERIK DAN MEREK DAGANG

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

OPTIMASI NANOKAPSUL ASPIRIN YANG TERSALUT KITOSAN GOM GUAR YANG DIPAUT SILANG DENGAN NATRIUM TRIPOLIFOSFAT

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

Transkripsi:

PREPARASI DAN KARAKTERISASI NANOSUSPENSI DENGAN POLIVINILPIROLIDON (PVP) SEBAGAI PEMBAWA NANOPARTIKEL SENYAWA ASAM MEFENAMAT Iskandarsyah, Alip Mutakim Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2010, 52-61 ABSTRACT Several methods and technologies to increasing the solubility and dissolution rate of a drug substance has been successfully developed, such as forming of a complexing compound, salt preparation, adjusting the ph, making of solid dispersions, etc. One of the technologies that are being developed is nanoparticle technology. Micronization of drug that is processed to produce particles with nano-size. This research aims to create and characterize nanosuspension with Polyvinylpyrrolidone (PVP) as the vehicle of mefenamic acid nanoparticles using vibrating mill and ultrasound equipment. Nanosuspension obtained was characterized by optical microscope and PSA to perform optimization nanosuspension formed. The result of characterization showed that the nanosuspension have an average diameter is 623.9 nm. Then, nanosuspension of mefenamic acid was freeze drying. Nanosuspension and bulk of mefenamic acid were characterization by XRD and put in a hard capsule shell for dissolution test. Profile of dissolution test with tris buffer media indicates that nanosuspension of mefenamic acid has a pattern of drug release is slower and constant compared with the mefenamic acid. bulk. Keywords: Mefenamic acid, Polyvinylpyrrolidone, Nanosuspension, freeze dyer, Dissolution profile test. ABSTRAK Beberapa metode dan teknologi peningkat kelarutan dan laju disolusi suatu bahan obat telah berhasil dikembangkan, antara lain dengan penambahan senyawa pengompleks, pembuatan sediaan garam, pengaturan ph, pembuatan sediaan dispersi padat, dan lain-lain Salah satu teknologi yang sedang dikembangkan adalah teknologi nanopartikel. Pada metode dan teknologi ini, partikel obat yang berukuran mikrometer diproses sehingga menghasilkan partikel dengan ukuran nanometer. Penelitian ini Corresponding author : E-mail : aya_2803@yahoo.com 52 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN Corresponding author :

bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi nanosuspensi dengan polivinilpirolidon (PVP) sebagai pembawa nanopartikel asam mefenamat menggunakan vibrating mill dan alat ultrasound. Nanosuspensi yang telah diperoleh dikarakterisasi menggunakan mikroskop optik dan PSA untuk melakukan optimasi nanosuspensi yang terbentuk. Hasil karakterisasi nanosuspensi yang terbentuk memperlihatkan ukuran diameter rata-rata sebesar 623,9 nm.nanosuspensi asam mefenamat dikering bekukan. Nanosuspensi dan baku asam mefenamat dikarakterisasi dengan XRD dan dimasukkan kedalam cangkang kapsul keras untuk dilakukan uji disolusi. Hasil uji profil disolusi pada medium dapar tris memperlihatkan bahwa nanosuspensi asam mefenamat mempunyai pola pelepasan obat yang lebih lambat dan konstan dibandingkan dengan bahan baku asam mefenamat. Kata Kunci: Asam mefenamat, polivinilpirolidon, nanosuspensi, metode pengeringan beku, PSA, XRD, uji profil disolusi, vibrating mill. PENDAHULUAN Dengan banyaknya perkembangan teknologi dalam dunia farmasi, banyak dilakukan penelitian untuk mendapatkan formula obat agar memenuhi persyaratan memenuhi efek terapi yang cepat sehingga dapat mengoptimalkan pemakaian obat. Senyawa obat harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup untuk dapat masuk ke sistem sirkulasi dan menghasilkan suatu efek terapeutik. Senyawa-senyawa yang tidak larut seringkali menunjukan absorbsi yang tidak sempurna (Herlina, 2008). Kenyataan tersebut mengakibatkan perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan kecepatan pelarutan senyawa obat yang mempunyai kelarutan rendah dalam air. Umumnya senyawa obat yang memiliki kelarutan rendah dalam air atau yang dinyatakan praktis tidak larut, cenderung lebih mudah larut dalam cairan organik (Martin, Swarbrick, & Cammarata, 1993). Hal ini merupakan tantangan besar bagi formulator untuk menemukan suatu metode peningkatan laju pelarutan guna memperbaiki jumlah obat yang diabsorbsi. Beberapa metode dan teknologi peningkatan kelarutan dan laju disolusi suatu bahan obat telah dikembangkan, antara lain dengan penambahan senyawa pengompleks, pembuatan sediaan garam, pengaturan ph, pembuatan sediaan dispersi padat, dan lain-lain (Sweetana and Ajers, 1996). Salah satu teknologi yang sedang dikembangkan adalah teknologi nanopartikel. Pada metode dan teknologi ini, partikel obat yang berukuran mikrometer diproses sehingga menghasilkan partikel dengan ukuran nanometer (100 nm - 1000 nm) (Moschwitzer, 2010). Akibatnya luas permukaan partikel Vol. VII, No.2, Agustus 2010 53

meningkat secara signifikan, sehingga diharapkan laju disolusinya akan meningkat. Metode yang digunakan berbagai macam diantaranya formulasi sediaan nanolipid, formulasi sediaan nanoemulsi, metode nanopartikel secara kopresipitasi, wet milling atau wet grinding, dan nanopartikel dapat juga dibuat dari monomer seperti alkil-sianoakrilat dengan proses polimerisasi sederhana untuk sediaan obat tertarget (Ben, 1994). Asam mefenamat merupakan senyawa turunan N-asam fenilantranilat, yang banyak digunakan sebagai analgetika-antipiretika dan anti inflamasi. Asam mefenamat memiliki titik lebur yang tinggi (230 C - 231 C) dan sangat sedikit larut dalam air (0,008 g/100 ml pada air ph 7,1 temperatur 37 C) (The Merck Index, 1976). Asam mefenamat dengan titik lebur yang tinggi dan kelarutan yang kecil, akan menyebabkan bioavailabilitas obat menjadi rendah karena sebagian besar obat akan terbuang dari tempat absorbsinya sebelum obat sempat terdispersi molekuler. Laju disolusi suatu senyawa obat banyak dipengaruhi oleh luas permukaan partikel obat dan dengan pengurangan ukuran partikel dapat mempercepat laju disolusi (Müller, Jacobs, & Kayser, 2001). Pada penelitian ini akan dibuat nanopartikel asam mefenamat dengan metode nanosuspensi menggunakan alat ultrasound dengan pembawa polivinilpirolidon (PVP). Selanjutnya diamatii profil disolusi nanopartikel asam mefenamat dibandingkan dengan profil disolusi bahan baku asam mefenamat. METODE Alat dan Bahan Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik (Shimadzu EB 330H, Japan), stirrer (RT-5, Ika-werke), Vibrating ball mill (Shimadzu, Japan), Dissolution tester (Electrolab TDT-08L, India), Spektrofotometer UV-Vis 1800 series (Shimadzu, Japan), Spektrofotometer UV-Vis 1601 (Shimadzu, Japan), Ultrasound (Branson 3200), Homogenizer ultra-turrax (IKA T25 digital), Oven Vaccum (Salvis), Freeze Dryer (Labconco), X-Ray Diffractometer model PW-1710 (Philips, Holland), Particle Size Analyzer LS200, mikroskop optik (Nikon, Japan). Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asam mefenamat (Shangyu Forever Chemical Co., Ltd) dibeli dari PT. Global Chemindo, Polivinilpirolidon (PVP) K-90 (Ludwigshafen Germany) dibeli dari PT.BASF Indonesia, tris (hidroksimetil) aminometan (Merck), asam fosfat (Merck), natrium lauril sulfat (Merck), NaOH (Merck), etanol absolute (Merck), aquades. 54 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

Tabel 1. Rancangan variasi waktu terhadap kadar PVP 1% untuk pembuatan nanosuspensi No Berat asam mefenamat (0,5%) Kadar PVP Waktu Ultrasound Waktu Homogenizer (10000 rpm) 1. 2,5 g 1 % (5,0 g) 1 jam 15 menit 2. 2,5 g 1 % (5,0 g) 2 jam 15 menit 3. 2,5 g 1 % (5,0 g) 3 jam 15 menit Cara Kerja Pembuatan nanosuspensi asam mefenamat Ukuran partikel serbuk asam mefenamat yang akan dibuat nanosuspensi dikurangi terlebih dahulu dengan menggunakan alat vibrating ball mill. Waktu yang terbaik dari optimasi akan digunakan untuk proses pembuatan nanosuspensi asam mefenamat lebih lanjut. Nanosuspensi asam mefenamat 2,5 g per 500 ml dibuat dengan pendispersi PVP sebesar 1, 2, atau 3% dalam aquades. Optimasi waktu ultrasound pada pembuatan nanosuspensi Suspensi homogen asam mefenamat beri energi ultrasound selama variasi waktu tertentu yaitu 1, 2, dan 3 jam untuk membentuk nanosuspensi. Setelah selesai ultrasound, kemudian masing-masing sampel diaduk menggunakan homogenizer dengan kecepatan 10000 rpm selama 15 menit. Ukuran partikel hasil PSA digunakan untuk menentukan optimasi dari waktu sonikasi yang terbaik yang akan dikembangkan lebih lanjut untuk melihat variasi PVP yang akan digunakan untuk membuat nanosuspensi. Optimasi kadar PVP pada pembuatan nanosuspensi asam mefenamat Nanosuspensi asam mefenamat 2,5 g per 500 ml dibuat dengan pendispersi PVP sebesar 1, 2, atau 3% dalam aquades. Asam mefenamat ditimbang sebanyak 2,5 g, selanjutnya dimasukkan asam mefenamat sedikit demi sedikit ke dalam larutan PVP sambil diaduk sampai homogen dengan menggunakan stirrer. Setelah homogen, larutan suspensi asam mefenamat disonikasi dalam alat ultrasound selama waktu tertentu untuk membentuk nanosuspensi. Selanjutnya diaduk dengan homogenizer kecepatan 10000 rpm selama 15 menit. Pembuatan suspensi kering menggunakan freeze dyer Pada sampel nanosuspensi yang terbaik berdasarkan ukuran partikel yang diukur dengan alat PSA dan Vol. VII, No.2, Agustus 2010 55

hasil rekristalisasi nanosuspensi dengan pelarut etanol dilakukan pengeringan dengan menggunakan freeze dyer sehingga diperoleh nanosuspensi kering yang selanjutnya dievaluasi. Uji profil disolusi Uji profil disolusi dilakukan masing-masing terhadap 9 kapsul yang mengandung nanosuspensi kering asam mefenamat, bahan baku asam mefenamat, dan nanosuspensi kering menggunakan pelarut organik setara dengan 100,0 mg. Uji profil disolusi dilakukan dengan alat dissolution apparatus tipe 1 dengan cara keranjang. Medium yang digunakan adalah dapar tris 0,05 M sebanyak 800,0 ml. Uji dilakukan pada suhu 37 C ± 0,5 C dengan kecepatan putar 100 rpm. Masing-masing 10 ml sampel diambil dari medium disolusi pada interval waktu 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit. Kemudian diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis.. HASIL DAN PEMBAHASAN Mengurangi Ukuran Partikel Serbuk Asam Mefenamat dengan Menggunakan Alat Vibrating Ball Mill Sebelum dilakukan pembuatan nanosuspensi asam mefenamat, dilakukan dahulu pengecilan ukuran partikel dari serbuk asam mefenamat dengan menggunakan vibrating ball mill. Pengurangan ukuran partikel selama waktu 12 menit memperlihatkan ukuran partikel dan distribusi ukuran yang baik dibanding waktu 3, 6, 9, dan 15 menit. Gambar 1. Grafik simpangan diameter rata-rata partikel dengan variasi waktu sonikasi dari nanosuspensi asam mefenamat 56 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

Variasi waktu sonikasi Pembuatan nanosuspensi asam mefenamat dilakukan dengan variasi waktu sonikasi untuk mengetahui waktu yang tepat dalam pembuatan nanosuspensi berdasarkan variasi kadar PVP. Dari ketiga sampel nanosuspensi dengan variasi waktu sonikasi, hasil PSA memperlihatkan bahwa sonikasi selama 1 jam dan 3 jam masih berukuran besar serta distribusi yang tidak homogen. Sedangkan hasil sonikasi selama 2 jam dihasilkan ukuran partikel yang semakin kecil dan distribusinya yang semakin homogen. Ukuran partikel hasil PSA untuk sonikasi selama 2 jam yaitu 0,6079 µm dibanding hasil sonikasi selama 1 jam (0,6239 µm) dan 0,6269 µm untuk sonikasi selama 3 jam. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena waktu sonikasi selama dua jam adalah waktu optimal, karena bila waktu sonikasi terlalu lama maka partikel akan mengalami agregasi kembali sehingga ukuran partikel menjadi besar kembali (Xiaohui, P., Jin, S., Mo, L., & Zhonggui, H. 2009). Gambar 2. Grafik diameter rata-rata partikel bahan baku asam mefenamat, hasil vibrating ball mill, nanosuspensi dalam pelarut organik, dan nanosuspensi dengan PVP 1% pada sonikasi 1 jam. Sampel 1 : Diameter rata-rata partikel bahan baku asam mefenamat tanpa perlakuan Sampel 2 : Diameter rata-rata partikel hasil vibrating ball mill asam mefenamat selama 12 menit Sampel 3 : Diameter rata-rata partikel dari nanosuspensi asam mefenamat dalam pelarut organik Sampel 4 : Diameter rata-rata partikel dari nanosuspensi asam mefenamat dengan PVP 1% pada waktu sonikasi selama 1 jam Vol. VII, No.2, Agustus 2010 57

Karaktersasi nanosuspensi dengan variasi kadar PVP Dari ketiga sampel nanosuspensi yang terbentuk dari variasi kadar PVP terlihat bahwa semakin banyak digunakan PVP semakin kecil ukuran partikel dan semakin homogen distribusi ukuran partikelnya. Hal ini dikarenakan pada kadar PVP semakin tinggi maka semakin banyak partikel asam mefenamat yang dapat terselubungi oleh pembawa PVP. Pada kadar PVP 3% terlihat ukuran partikel yang semakin kecil dan distribusinya semakin homogen dibanding kadar PVP 1% dan 2%. Hasil PSA memperlihatkan diameter ukuran partikel yang lebih kecil ada pada nanosuspensi dengan kadar PVP 3% yaitu 0,5994 µm dibanding dengan 0,6079 µm (PVP 1%) dan 0,6022 µm (PVP 2%), tetapi secara statistik diameter ukuran partikel tidak berbeda secara signifikan (p>0.05 ). Tabel 2 terlihat bahwa dengan variasi waktu sonikasi dan kadar PVP memperoleh ukuran partikel (diameter rata-rata dan standar deviasi) yang tidak berbeda secara signifikan, sehingga sampel nanosuspensi yang dipakai untuk uji selanjutnya adalah dengan kadar PVP 1% dan lama waktu sonikasi 1 jam. Hal ini karena dengan kadar PVP yang rendah dan waktu sonikasi yang paling cepat telah dihasilkan ukuran partikel nanosuspensi yang tidak berbeda secara signifikan dari sampel lainnya. Karakterisasi nanosuspensi asam mefenamat menggunakan XRD Hasil difraktogram sinar x dari nanosuspensi kering asam mefenamat-pvp 1% waktu sonikasi 1 jam, dan nanosuspensi kering asam mefenamat dengan pelarut organik mempunyai pola difraktogram yang berbeda dengan bahan baku asam mefenamat. Pada pola difraktogram bahan baku asam mefenamat mempunyai puncak kristal yang tinggi pada sudut 20-40 0 yaitu adanya dua peak mencapai intensitas 4500. Sedangkan pada nanosuspensi kering asam mefenamat baik sampel dalam pelarut aquades maupun etanol Tabel 2. Data ukuran partikel dengan alat PSA dilihat dari diameter rata-rata dan standar deviasi sampel No waktu Kadar PVP Diameter rata-rata Standar Deviasi sonikasi (Mean) (SD) 1. 1 jam 1% 0,6239 µm 0,3107 µm 2. 2 jam 1% 0,6079 µm 0,2907 µm 3. 3 jam 1% 0,6269 µm 0,3430 µm 4. 2 jam 2% 0,6022 µm 0,2827 µm 5. 2 jam 3% 0,5994 µm 0,2784 µm 58 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

Gambar 3. Pola difraktogram nanosuspensi kering asam mefenamat-pvp 1% dengan waktu sonikasi 1 jam terlihat puncak kristal sedang pada sudut 20-30 0 yaitu adanya dua peak dengan intensitas 1200 pada nanosuspensi kering asam mefenamat dalam pelarut etanol dan dua peak dengan intensitas 1100 pada nanosuspensi asam mefenamat dalam pelarut aquades. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa pada bahan baku asam mefenamat masih banyak terdapat bentuk kristal dilihat dari adanya pola difraktogram yang tinggi pada daerah 20-40 0. Sedangkan pada sampel nanosuspensi kering baik dalam pelarut aquades maupun pelarut etanol memperlihatkan lebih ke bentuk amorf tetapi masih terdapat kristal dalam jumlah sedikit dengan adanya peak yang sedang pada daerah 20-30 0. Uji profil disolusi Uji profil disolusi pada 9 kapsul (3 kapsul sampel nanosuspensi kering asam mefenamat, 3 kapsul sampel nanosuspensi kering asam mefenamat dalam pelarut organik, dan 3 kapsul bahan baku asam mefenamat) diperlihatkan pada gambar 4. Dari hasil uji profil disolusi terlihat bahwa hasil disolusi yang lebih baik pada bahan baku asam mefenamat dibandingkan sampel nanosuspensi kering asam mefenamat dalam aquades yang profil disolusi tidak berbeda jauh dari sampel nanosuspensi kering asam mefenamat dalam pelarut etanol. Hal ini terlihat pada kurva profil disolusi bahan baku asam mefenamat yang kurvanya naik mencapai kadar 86,37% pada waktu 60 menit sedang- Vol. VII, No.2, Agustus 2010 59

kan pada nanosuspensi kering asam mefenamat dalam aquades kurvanya naik hanya mencapai kadar 43,91% pada waktu 60 menit dan pada nanosuspensi kering asam mefenamat dalam pelarut etanol kurvanya naik mencapai kadar 52,65% pada waktu 60 menit. Hasil profil disolusi sampel nanosuspensi kering baik dalam air maupun pelarut organik yang lebih rendah kadar disolusi dibandingkan dengan bahan baku asam mefenamat dikarenakan kemungkinan adanya penghambatan pada pelepasan partikel asam mefenamat dari pembawanya (PVP), Pembawanya dapat menghalangi pelepasan partikel zat tiap satuan waktu. Akan tetapi pada sampel nanosuspensi kering asam mefenamat ini pelepasannya menjadi lebih konstan terlihat pada kurva yang hampir membentuk garis lurus sehingga pelepasan obat yang konstan tiap satuan waktu. Hal positifyang dapat diambil dari profil disolusi ini adalah bahwa pembuatan nanosuspensi dengan pendispersi PVP mungkin dapat dimanfaatkan untuk pelepasan obat terkendali. KESIMPULAN Ukuran partikel rata-rata nanosuspensi asam mefenamat yang diperoleh dengan menggunakan vibrating ball mill dan alat ultrasound yaitu 623,9 nm dengan standar deviasi (SD) sebesar 310,7 nm sesuai dengan persyaratan nanosuspensi. Nanopartikel yang telah diperoleh memperlihatkan profil disolusi yang lebih rendah dari pada baku asam Gambar 4. Kurva profil disolusi dari bahan baku asam mefenamat, nanosuspensi kering asam mefenamat dalam pelarut organik dan sampel nanosuspensi kering asam mefenamat 60 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN

mefenamat sendiri, namun laju pelepasan obat nanopartikel lebih konstan dari pada baku asam mefenamat. DAFTAR ACUAN Ben ES. 1994. Nanopartikel Polialkilsianoakrilat Sebagai Sistem Pembawa Untuk Sasaran Drug. Universiti Sains Malaysia. Herlina H. 2008. Upaya Peningkatan Kelarutan Hidroklortiazida dengan Penambahan surfaktan Tween. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Martin A, Swarbick J, Cammarata A. 1990. Farmasi Fisik jilid 1 edisi 3.Universitas Indonesia Press. Jakarta. 560. Merck and Co, Inc. 1976. The Merck Index, Ninth edition, Rahway, New Jersey, USA. Moschwitzer Jan. 2010. Nanotechnology : Particle Size Reduction Technologies in the Pharmaceutical Development Process. Berlin : Early Pharmaceutical Development. Muller, Jacobs C, & Kayser O. 2001. Nanosuspensions as particulate drug formulations in therapy Rationale for development and what we can expect for the future. Advanced Drug Delivery Reviews 47. Sweetana S & Ajers,M J. 1996. Solubility Principles and Practice ForParenteral Drug Dosage Form Development. Pharmaceutical Sciences, Indiana: Lilly Research Laboratories. Xiaohui P, Jin S, Mo L & Zhonggui H. 2009. Formulation of Nanosuspensions as a New Approach for the Delivery of Poorly Soluble Drugs. Shenyang :Department of Biopharmaceutics, School of Pharmacy. Vol. VII, No.2, Agustus 2010 61