BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

I. PENDAHULUAN. mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang digemari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat setiap tahunnya. Konsumsi daging ayam pada tahun 2013

I. PENDAHULUAN. bahan bakunya banyak jenis kerupuk yang dapat dihasilkan seperti kerupuk ikan,

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adhita Dwi Septiani, 2014

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. digiling halus ditambah bahan pengisi pati atau tepung topioka dan bumbubumbu.

TANAMAN PENGHASIL PATI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan dengan kuah dan mie.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP) adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu. permasalahan gizi di Indonesia (Herman, 2007). Balita yang menderita KEP

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar dari daging dan tepung. Pada umumnya bakso disajikan berdampingan

BAB I PENDAHULUAN. familiar, selain familiar dodol juga terasa enak dan banyak macamnya. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan protein hewani. Umumnya bakso terbuat dari daging sapi. Tetapi, bahan baku pembuatan bakso dapat berasal dari berbagai daging jenis ternak, antara lain ayam dan ikan (Purmomo, 1998). Bakso yang sering dikonsumsi oleh masyarakat adalah bakso sapi, bakso ayam, bakso udang dan bakso ikan. Bakso ikan yang umum diolah dan dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah ikan tengiri, ikan kakap, ikan gindara dan ikan gurami (Suprapti, 2003). Salah satu jenis ikan yang dapat dibuat bakso adalah ikan lele. Ikan lele merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar. Ikan lele banyak disukai dan digemari oleh banyak orang. Hal ini dikarenakan ikan lele memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan gizi yang terkandung dalam ikan lele memiliki peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh dan apabila tidak terpenuhi maka dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit. Kandungan gizi ikan lele sebanding dengan daging ikan lainnya. Beberapa jenis ikan, termasuk ikan lele mengandung protein yang lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan dengan daging hewan. Menurut Suyanto (2010), ikan lele adalah salah satu ikan air tawar yang paling banyak diminati serta dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan. Harganya terjangkau membuat ikan lele terdistribusi secara merata hampir diseluruh pelosok tanah air. Ikan lele memiliki banyak keunggulan diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan kandungan gizinya cukup tinggi (Annonymous 2006) 1

2 Menurut Suprapti (2001), menunjukkan kandungan gizi ikan lele tiap 100 g yaitu protein 18, 2 g; lemak 2,2 g; kalsium 34 mg, fosfor 116 mg, air 78,1 g dan vitamin A 85 mg. Bagian ikan lele yang sering digunakan menjadi bahan makanan adalah daging. Daging ikan lele mengandung asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan untuk membantu perkembangan sel otak pada anak dibawah usia 12 tahun sekaligus memelihara sel otak. Kandungan komponen gizi ikan lele mudah dicerna dan diserap oleh tubuh manusia baik pada anak anak, dewasa dan orang tua (Abbas, 2004) Ikan lele juga mempunyai beberapa kekurangan, yaitu kandungan air yang tinggi (80%) dan ph tubuh ikan yang mendekati netral menyebabkan daging ikan mudah rusak. Selain itu kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan daging ikan mudah mengalami proses oksidasi sehingga menyebabkan bau tengik. Hal tersebut dapat menghambat penggunaan ikan lele sebagai bahan pangan. Oleh karena itu diperlukan proses pengolahan untuk menambah nilai, baik dari segi gizi, rasa, bau, bentuk, maupun daya awetnya (Adawyah 2007) Hasil penelitian Susiati (2015), menunjukkan bahwa bakso ikan lele yang terbuat dari tepung biji cempedak dan tepung biji durian memiliki kandungan gizi yaitu karbohidrat sebesar 14 18%, protein sebesar 3 19% dan lemak sebesar 1 2%. Selain daging ikan lele, bahan makanan lainnya yang dapat diolah menjadi bakso dan mempunyai kandungan protein adalah ubi jalar. Ubi jalar merupakan jenis umbi umbian yang dapat ditemui di seluruh wilayah Indonesia. Ubi jalar dapat hidup di dataran rendah dan dataran tinggi. Ubi jalar memiliki banyak varietas. Warna kulit dan daging ubi jalar juga bermacam macam. Berdasarkan warna umbinya, ubi jalar terdiri dari ubi jalar putih, ubi jalar kuning, ubi jalar orange, ubi jalar jingga dan ubi jalar ungu. Perbedaan jenis warna umbi ubi jalar disebabkan kandungan beta karoten dalam ubi jalar tersebut. Umumnya masyarakat mengkonsumsi ubi jalar hanya dengan cara merebus, mengukus atau menggoreng. Hal ini dikarenakan minat masyarakat

3 dalam mengkonsumsi ubi jalar masih rendah. Menurut Horton, dkk (1989) mengatakan bahwa dari segi nutrisi ubi jalar merupakan sumber energi yang baik, mengandung sedikit protein, vitamin dan mineral berkualitas tinggi. Kelebihan tersebut belum dimanfaatkan dengan baik sehingga diperlukan suatu pengolahan lebih lanjut. Padahal ubi jalar dapat diolah menjadi bahan makanan, pakan ternak ataupun bahan baku industri. Salah satu hasil pemanfaatan ubi jalar oranye yaitu mengolah ubi jalar orange menjadi tepung. Pengolahan ubi jalar oranye menjadi tepung dapat menjadikan suatu bentuk olahan produk pangan yang berbeda, sehingga mudah diolah dalam kehidupan sehari hari. Pengolahan ubi jalar menjadi tepung telah banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan kue, mie dan makanan lainnya. Tepung ubi jalar dibuat dengan cara pembersihan dan pengupasan umbi, pensawutan (pengirisan umbi), pengeringan, penepungan dan pengayakan sehingga berbentuk tepung halus. Dalam 100 g ubi jalar mengandung protein sebanyak 1,8 g, lemak 0,7 g, karbohidrat 27,9 g, mineral sebanyak 1,1 g, kalsium 49 mg, vitamin A 2310mg, vitamin C 20mg, gula sebanyak 2-6,7 g, amilosa 9,8 26 g dan air sebanyak 70 g (Cahyono, 2000) Hasil penelitian Liur, dkk (2013), menunjukkan bahwa kandungan protein ubi jalar dalam pembuatan bakso sapi, tertinggi dimiliki oleh tepung ubi jalar putih sebesar 1,31%, diikuti tepung ubi jalar ungu sebesar 0,67%, sedangkan kandungan protein tepung yang rendah dimiliki oleh tepung ubi jalar kuning yaitu sebesar 0,65%. Selain tepung ubi jalar oranye, tepung tapioka merupakan salah satu jenis tepung yang sering ditambahkan dalam pembuatan bakso. Menurut Somaatmajda (1984), tepung tapioka digunakan sebagai bahan pengisi atau bahan pengental, karena tepung tapioka mengandung unsur yang diperlukan oleh suatu bahan pengisi, yaitu pati (amylum). Tepung tapioka dapat berfungsi sebagai bahan perekat dan bahan pengisi adonan bakso, sehingga jumlah bakso yang dihasilkan lebih banyak. Komposisi tepung tapioka yang digunakan adalah 100 400 g untuk setiap

4 1 kg daging sapi atau ikan giling. Untuk menghasilkan bakso yang lezat dan bermutu tinggi jumlah tepung yang digunakan sebaiknya 15% dari berat daging. idealnya tepung tapioka yang ditambahkan sebanyak 10% dari berat daging (Wibowo, 2009) Menurut Usmiati (2009), tepung tapioka mengandung karbohidrat 86,55%, air 13,12%, protein 0,13%, lemak 0,04% dan abu 0,16%. Hasil penelitian Melia, dkk (2010), menunjukkan bahwa kualitas bakso ayam dengan penambahan tepung talas sebagai substitusi tepung tapioka, diperoleh kadar protein tepung talar (4,20 gram) lebih tinggi dibandingkan dengan tepung tapioka (1,75 gram) dan kadar lemak tepung talas (0,75 gram) lebih rendah dibandingkan kadar lemak tepung tapioka (1,35 gram). Oleh karena itu diperlukan suatu inovasi untuk menciptakan produk pangan baru yang bernilai gizi tinggi dan layak untuk dikonsumsi. Salah satu bentuk inovasi bakso adalah dengan pembuatan bakso goreng. Bakso goreng basreng merupakan produk makanan olahan khas dari daerah Bandung. Bakso untuk membuat basreng biasanya terbuat dari bakso sapi bukan dari bakso ikan. Bakso goreng basreng berbeda dengan bakso pada umumnya. Biasanya bakso berbentuk bulat atau seperti bola dan cara mensajikan dengan kuah yang panas. Sedangkan bakso goreng basreng sebagai makanan camilan atau keripik goreng yang bertekstur garing dan dapat dikonsumsi sebagai makanan selingan. Yang membedakan bakso goreng basreng dengan bakso lainnya, selain dari cara penyajiaannya, bakso goreng basreng melalui proses perebusan, pengeringan dan penggorengan. Pengeringan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan makanan dengan mengurangi aktivitas air, serta menghambat pertumbuhan bakteri dan kuman. Dengan berkurangnya kadar air di dalam bakso sehingga menghasilkan bakso goreng basreng yang gurih dan renyah. Dengan adanya kreasi olahan ikan lele, ubi jalar oranye dan tepung tapioka menjadi bakso goreng basreng diharapkan dapat meningkatkan jumlah konsumsi ikan lele dan meningkatkan nilai gizi masyarakat terutama

5 protein, mengingat hasil olahan makanan tersebut banyak disukai oleh masyarakat baik anak anak maupun dewasa. Berdasarkan pengalaman peneliti sebelumnya, menemukan permasalahan tentang kualitas bakso ikan lele bila dibandingkan dengan jenis bakso lainnya. Permasalahan bakso lele yang ditemukan adalah tidak kenyal dan tidak berserat halus, padahal bahan dan teknik mengolahnya telah mengacu pada resep standar bakso ikan yang menggunakan bahan pendamping seperti tepung tapioka, es batu dan bumbu bumbu. Untuk membuktikannya maka dilakukan variasi penambahan dan konsentrasi tepung ubi jalar oranye dan tepung tapioka. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian tentang Kadar Protein dan Sifat Organoleptik Bakso Gareng Basreng Ikan Lele (Clarias batrachus) dengan Penambahan Tepung Ubi Jalar Oranye (Ipomoea batatas L) dan Tepung Tapioka B. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan perlu dibatasi untuk menghindari perluasan masalah, agar lebih efektif dan efisien sesuai dengan judul. Adapun pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Subjek penelitian adalah ikan lele, tepung ubi jalar oranye dan tepung tapioka 2. Objek penelitian adalah bakso goreng basreng dengan penambahan tepung ubi jalar oranye (Ipomoea batatas L) dan tepung tapioka 3. Parameter yang diukur adalah kadar protein dan sifat organoleptiknya (warna, aroma, rasa, tekstur dan daya terima masyarakat) pada bakso goreng basreng C. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh penambahan tepung ubi jalar oranye (Ipomoea batatas L) dan tepung tapioka pada bakso goreng basreng ikan lele (Clarias batrachus) terhadap kadar protein dan sifat organoleptiknya?

6 D. Tujuan penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kadar protein bakso goreng ikan lele dengan penambahan tepung ubi jalar oranye dan tepung tapioka 2. Mengetahui sifat organoleptik (warna, aroma, rasa, tekstur dan daya terima) bakso goreng ikan lele dengan penambahan tepung ubi jalar oranye dan tepung tapioka E. Manfaat Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya : 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang kadar protein makanan khususnya bakso goreng 2. Bagi Masyarakat Dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang pemanfaatan ikan lele, tepung ubi jalar oranye dan tepung tapioka untuk diolah menjadi bahan makanan (bakso goreng) yang bergizi.