BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. tertinggi dia Asia sejumlah kasus. Laporan UNAIDS, memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 )

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

Pemutakhiran Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Ba

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

I. PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. imuno kompromis infeksius yang berbahaya, dikenal sejak tahun Pada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PREDIKTOR SUBSTITUSI ZIDOVUDIN PADA PASIEN HIV/AIDS DI KLINIK VCT SEKAR JEPUN RSUD BADUNG PERIODE TAHUN

ABSTRAK PREDIKTOR PENINGKATAN STATUS GIZI PASIEN YANG MENDAPATKAN TERAPI ANTIRETROVIRAL DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : CD4, HIV, obat antiretroviral Kepustakaan : 15 ( )

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

ABSTRACT. Yulian Rahmadini *, Retnosari Andrajati **, Rizka Andalusia *** *

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. Jumlah penderita HIV/AIDS menurut WHO 2014 di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V.

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

Dampak Perpaduan Obat ARV pada Pasien HIV/AIDS ditinjau dari Kenaikan Jumlah Limfosit CD4 + di RSUD Dok II Kota Jayapura

BAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kriteria WHO, anemia merupakan suatu keadaan klinis

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah virus yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai infeksi disebut dengan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

CURRENT DIAGNOSIS & THERAPY HIV. Dhani Redhono Tim CST VCT RS dr. Moewardi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

PREDIKTOR KEMATIAN PASIEN HIV/AIDS DENGAN TERAPI ANTIRETROVIRAL (ARV) DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BADUNG BALI PERIODE TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit infeksi yang hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

STUDI PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT KOTA MANADO ABSTRAK

Terapi antiretroviral untuk infeksi HIV pada bayi dan anak:

Silabus Mata Kuliah Kesehatan Seksual dan HIV/AIDS Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

sebuah tinjauan strategi dr. Abednego Dani N Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul PROGRAM PENGENDALIAN HIV&AIDS KABUPATEN BANTUL

Transkripsi:

1 BAB II PENDAHULUANN 1.1 Latar Belakangg Humann Immunodeficiencyy Viruss (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di dunia, dimana jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan secara global sekitar 34 juta, 2,55 juta diantaranya merupakan infeksi baruu dan 1,7 juta kasus kematian yang terjadi di tahun 2012. Periode 10 tahun terakhir, infeksi baru dan kematian HIV cenderung menurun di sebagian besar negara, terutama di Negara Bagian Sub-Sahara Afrika, namun epidemi dilaporkan meningkat di Bangladesh, Indonesia, Filipina dan Srilanka (UNAIDS, 2012). Indonesia merupakann salah satu negara di Asia yang mengalamii peningkatan kasus AIDS cukup signifikan dengan jumlah kasus sebanyak 380.000 pada tahun 2012 dan menduduki peringkat ketiga tertinggi di Asia setelah Tiongkok dan Thailand (UNAIDS, 2012). Berdasarkan laporan Kemenkes RI perkembangan HIV-AIDS sampai dengan Juni 2014 dilaporkan kumulatif kasus HIV di Indonesia sebanyak 142.961 dan kasus AIDS sebanyak 55.623. Namun angka kematian AIDS mengalami penurunan dari 3,79% pada tahun 2012 turun menjadi 0,04% pada Juni 2014. Provinsi Bali menduduki urutan kelima dengan kasus HIV sebanyak 9.051 dan urutan keempat kasus AIDS tertinggi dengan jumlah kasus 4.261 (Kemenkes RI, 2014).Berdasarkan laporan perawatan HIV dan terapi antiretroviral sampai dengan Juni 2014 odha yang menggunakan 1

2 regimen lini pertama sejumlah 32.728 (74,93%) dan yang mengalami substitusi sebanyak 9.666 (22,13%). Berdasarkan pengunaan regimen awal ARV untuk lini pertama sejumlah 74.9%, penggunaan lini dua sejumlah 2.9% dan jumlah substitusi yaitu 22% (Kemenkes RI, 2014). Kabupaten Badung merupakan kabupaten ketiga dengan jumlah pasien HIV/AIDS tertinggi setelah Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng. RSUD Badung memiliki cakupan layanan yang luas untuk wilayah Bali Selatan khususnya Kabupaten Badung dengan dua satelit yaitu Klinik Bali Medika yang fokus pada layanan untuk kelompok LSL (lelaki seks lelaki) dan RSUD Negara. Data pasien juga tercatat dengan lengkap pada rekam medis yang tersimpan tersendiri di Layanan VCT sehingga lebih mudah untuk memperoleh data. Jumlah kumulatif odha sampai periode Juli 2014 yang menggunakan ARV 644 orang dimana 322 orang yang mendapatkan regimen awal zidovudin. Kejadian substitusi dengan awal pemakaian zidovudin sejumlah 77 (24.5%), substitusi stavudin (10%), dan tenofofir (0,5%) dimana substitusi zidovudin merupakan substitusi tertinggi diantara regimen lainnya yang disebabkan oleh karena efek samping obat. Pemberian obat antiretroviral (ARV) merupakan langkah yang efektif dalam perawatan orang dengan HIV/AIDS. Terapi ARV mampu menghentikan progresif virus HIV dengan menekan viral load (replikasi virus HIV), mengurangi terjadinya infeksi oportunistik dan meningkatkan kualitas hidup odha. Walaupun ARV belum dapat membunuh virus dan menambah tantangan dalam hal terjadinya efek samping serta resisten terhadap obat, pemberian ARV dapat

3 menurunkan angka kesakitan dan kematian pada odha (Depkes RI, 2006). Pemberian ARV di Indonesia berdasarkan anjuran Kemenkes RI dibagi menjadi dua yaitu pemberian pada lini pertama dan kedua, pada lini pertama ARV diberikan kombinasi tiga jenis obat. Untuk Jumlah CD4 berdasarkan pedoman ARV sebelum tahun 2011 pemberian ARV diberikan dengan CD4 < 200 sel/mm 3 kemudian berkembang setelah tahun 2011 pemberian ARV mulai diberika npada CD4 < 350 sel/mm 3 terlepas dari ada tidaknya gejala klinis.tentu hal ini dapat berdampak pada kejadian substitusi zidovudin.(kemenkes. RI, 2011) Zidovudin merupakan obat pertama yang digunakan secara klinis dalam pengobatan AIDS. Zidovudin sekarang ini masih merupakan komponen regimen HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy). Di Indonesia obat ini di awal sering digunakan dimana obat ini aman digunakan pada ibu hamil dan anak yang positif-hiv (Kemenkes, 2011), dengan kombinasi regimen lini pertama yang digunakan adalah 2 NRTI + 1 NNRTI ( zidovudin atau stavudin + lamivudin + nevirapin atau efaviren). Terkait kebijakan pemberian regimen di RSUD Badung zidovudin pada awal tahun 2006 sudah diberikan dalam bentuk kombinasi,untuk tenofofir tahun 2009 sudah tersedia namun terbatas dan mulai banyak diberikan pada tahun 2011 diserta dilanjutkan dengan pemberian FDC tahun 2013. Efekk samping merupakannsalah satu aspek yang perluu diperhatikan dalam pemberian ARV. Efek samping menjadi alasan medis untuk mengganti (substitusi) dan menghentikan pengobatan. Bila efek samping obat tidak ditangani secara dini maka efek samping dapat bertambah beratt dan menimbulkan resistensi obat yang berakibat pada menurunnya kualitas

4 pengobatan. Efek samping yang sering timbul pada awal pengobatan zidovudin adalah anemia (Kemenkes RI, 2011). Beberapa hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara terkait prediktor yang berhubungan dengan substitusi zidovudin pada pasien dengan HIV / AIDS yaitu : jenis kelamin dimana penggunaan zidovudin dengan efek samping anemia tertinggi lebih rentan dialami oleh wanita (Phe et al., 2013), Jumlah CD4 saat memulai terapi, berhubungan dengan substitusi penggunaan AZT dengan CD4 + T- cell awal perhitungan < 50 cell/ul (Boulle et al., 2007; Wisaksana et al., 2011; Taisheng et al., 2014;), berdasarkan risiko penularan didapatkan adanya peningkatan substitusi ARV pada kelompok pengguna narkoba suntik (Jarrett et al., 2013), variabel umur menyatakan bahwa umur lebih tua berhubungan dengan terjadinya substitusi (Ridana,et al, 2010; Boulle et al., 2007; Taisheng et al., 2014), untuk kadar hemoglobin yang rendah yang dibawah 10 gr% lebih berisiko untuk pemberhentian terapi AZT (Ridana et al, 2010; Wisaksana et al., 2011; Taisheng et all., 2014; Phe et al., 2013; Taisheng et al., 2014). Penelitian mengenai status TB menyatakan bahwa pengobatan TB berhubungan dengan kejadian Anemia pada odha didapatkan nilai p < 0,001 (Wisaksana et al., 2011). Namun ada penelitian mengenai prediktor berat badan yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten (Willig et.al, 2010 ; Phe et al., 2013). Hasil penelitian yang membahas tentang substitusi zidovudin di Indonesia belum terlalu mendalam, beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan di Indonesia sebagian besar dengan studi cross-sectional serta masih terbatasnya penelitian yang membahas mengenai waktu terjadinya substitusi zidovudin.

5 Penelitian terdahulu juga belum ada yang membahas mengenai variabel status TB, kepatuhan minum obat, tempat pelayanan ARV dan kombinasi regimen dimana variabel ini secara tidak langsung berhubungan dengan substitusi zidovudin. Penelitian ini dilakukan dengan studi longitudinal menggunakan data kohort retospektif dengan analisis survival, sehingga dapat diketahui waktu kritis terhadap terjadinya penggantian obat ARV yang telah berlangsung, khususnya yang berhubungan dengan substitusi zidovudin yang tidak hanya terbatas pada pada populasi umum namun juga pada populasi berisiko terutama LSL. Penelitian mengenai substitusi zidovudin juga belum pernah dilakukan di RSUD Badung. Mengingat cukup tingginya kejadian substitusi serta efek samping yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas hidup odha, sehingga penting dilakukan penelitian lebih lanjut yang membahas tentang prediktor substitusi zidovudin serta lamanya waktu untuk terjadinya substitusi zidovudin pada odha di Indonesia dan khususnya di RSUD Badung. 1.2 Rumusan Masalahh Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitiann ini yaitu 1.2.1 Berapakah median time untuk terjadinya substitusi zidovudin? 1.2.2 Berapakah insiden rate untuk terjadinya substitusi zidovudin? 1.2.3 Bagaimana karakteristik demografi, karakteristik klinis, risiko penularan dan tempat pelayanan ART dengan substitusi AZT?

6 1.2.4 Bagaimana kondisi klinis pasien pada akhir pengamatan dengan substitusi zidovudin? 1.2.5 Adakah hubungan antara karakteristik demografi pasien meliputi umur dan jenis kelamin terhadap kejadian substitusi zidovudin? 1.2.6 Adakah hubungan antara karakteristik klinis pasien saat mulai terapi yang meliputi berat badan, kadar hemoglobin, Jumlah CD4, stadium klinis, status tuberkulosis, kombinasi regimen NNRTI (NEV dan EFV) dengan substitusi zidovudin? 1.2.7 Adakah hubungan antara karakteristik risiko penularan dan tempat pelayanan ARV dengan substitusi zidovudin? 1.2.8 Adakah hubungan antara kebijakan CD4 sebelum tahun 2011 dan setelah tahun 2011 dengan substitusi zidovudin? 1.3 Tujuan Penelitiann 1.3.1 Tujuan umumm Mengetahui prediktor substitusi Zidovudin pada pasien HIV/AIDS yang berkunjung di layanan VCT Sekar Jepun RSUD Badung tahun 2006-2014. 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Median time terjadinya substitusi zidovudin 2. Insiden rate terjadinya substitusi zidovudin 3. Karakteristik demographi, karakteristik klinis, dan karakteristik sosial pada pasien ARV?

7 4. Kondisi klinis pasien pada akhir pengamatan terhadap substitusi zidovudin? 5. Hubungan antara karakteristik demografi pasien meliputi umur dan jenis kelamin dengan substitusi zidovudin? 6. Hubungan antara karakteristik klinis pasien saat mulai terapi yang meliputi berat badan, kadar hemoglobin, Jumlah CD4, stadium klinis, status tuberkulosis, kombinasi regimen NNRTI (NEV dan EFV) dengan substitusi zidovudin? 7. Hubungan antara karakteristik sosial pasien yang meliputi faktor risiko penularan dan tempat pelayanan ARV dengan substitusi zidovudin? 8. Hubungan antara pedoman kebijakan ARV sebelum tahun 2011 dan setelah 2011 dengan substitusi zidovudin? 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritiss 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan tentang prediktor yang berhubungan dengan substitusi regimen zidovudin pada odha yang pelayanan terapi ARV. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan masukan dalam monitoring layanan VCT di RSUD Badung melalui indikator substitusi zidovudin dan penggunaan regimen dalam pengobatan ARV. 2. Memberi informasi bagi pemegang kebijakan dalam membuat kebijakan dalam pemberian ARV. 3. Menjadi acuan bagi peneliti berikutnya dalam hal yang berkenaan dengan substitusi regimen zidovudin.