BAB V TATA LAMPU. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami hakikat tata lampu (Lighting) pertunjukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI TATA SUARA. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa mampu memahami hakikat Tata Suara dalam sebuah pertunjukan.

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias

BAB VIII TATA BUSANA. STANDAR KOMPETENSI: Mampu memahami Hakikat Tata Busana

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery)

Tata Cahaya/Lampu a. Fungsi Tata Cahaya/Lampu Penerangan Dimensi. Pemilihan. Atmosfir.

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BASIC LIGHTING. Anita Iskhayati, S.Kom

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

PERTEMUAN IX. Rudi Heri Marwan, S.Sn., M.Ds DESAIN KOMUNIKASI VISUAL & FAKULTAS DESAIN DAN INDUSTRI KREATIF

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

1. Tingkat pendengaran (listening level), biasanya besaran ini dinyatakan dengan besaran dba.

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

Produksi Media PR Audio-Visual

Fotografi 2. Lighting. Pendidikan Seni Rupa UNY

Elemen Elemen Desain Grafis

B A B 5. tetap terkesan elegan, dan memperlihat cerita epic didalam film animasi ini.

KONSEP DASAR PENCAHAYAAN (LIGHTING)

TATA ARTISTIK DALAM PERTUNJUKAN (Stage Manager, Tata Rias, Tata Kostum, Tata Lampu, dan Dekorasi)

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP DESAIN. Konsep utama dari pool dan lounge yang akan dibuat adalah FUN atau menyenangkan

TATA CAHAYA PROGRAM KEAHLIAN MULTIMEDIA SMK NEGERI 1 BANTUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Warna Perancangan Ruang Dalam 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB IV Konsep dan Tema Perancangan

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPAS.com - Ungu itu bukan warna jomblo. Malah sebaliknya. Ungu itu membuat tubuh menjadi lebih rileks?

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

BAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

STUDI PUSTAKA PSIKOLOGI WARNA

Konsep Artistik Pementasan Internasional The Great Sundanese Culture In Malaysia, 2004 Oleh: Drs. Tri Karyono, M.Sn.

Matahari dan Kehidupan Kita

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

Bab IV. Konsep Perancangan

BAB V PENUTUP. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

BAB V REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan berdasarkan fakta

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

ULANGAN KENAIKAN KELAS VII Semester 2

[2] PENCAHAYAAN (LIGHTING)

Unsur dasar senirupa. Pertemuan ke 1

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel

Pertemuan 13 Fotografi Konsep Foto ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

LIGHTING 1. Dasar Pencahayaan 2. Unsur-Unsur Lighting

8 Macam Nuansa Warna Interior Minimalis

Dramatic Lighting. Pencahayaan menjadi kekuatan desain pada apartemen yang terinspirasi dari gaya Jepang ini.

GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

MATA DIAFRAGMA VISUALISASI DENAH DENAH STUDIO

Preset Color Grading Buat Premiere dan AE

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

PERTEMUAN 13 STUDIO FOTO

MEMAHAMI CARA PENGGUNAAN PERALATAN TATA CAHAYA

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan

Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang).

LEMBAR KERJA SISWA PERPINDAHAN KALOR

II. METODOLOGI A. KERANGKA BERFIKIR

BAB II TATA PENTAS A. Sejarah Pentas (tempat pertunjukan) 2. Zaman Yunani :

Gambar 3 Tata Rias Wajah Penari Pria dan Wanita

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL DESAIN

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

4. Simbol dan makna tari

BAGIAN III W A R N A

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

KELISTRIKAN BODI SISTEM KELISTRIKAN BODY

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

PRODUCT PHOTOGRAPHY. Pertemuan ke 9. Dosen Pembimbing : Muhammad Fauzi S.Des., M.Ds Program Studi : Desain Produk Universitas Esa Unggul

BAB IV ANALISIS KARYA

Standar Kompetensi Guru SI/SK Kompetensi Guru Mapel KD Indikator Esensial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Erwinsyah Hasibuan (1996) dalam penelitian Tugas Akhirnya : kualitas

FOTOGRAFI merupakan SAINS dan SENI Kata PHOTOGRAPHY berasal dari bahasa Yunani, yang berarti MENULIS DGN SINAR. Aspek Sains Fotografi mengandung arti

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DESAIN

Transkripsi:

BAB V TATA LAMPU STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami hakikat tata lampu (Lighting) pertunjukan KOMPETENSI DASAR : Menyebutkan sistem pencahayaan seni pertunjukan Menyebutkan pengertian, tujuan, dan fungsi lighting Menyebutkan perlengkapan tata lampu (lighting) Menyebutkan jenis-jenis lampu (lighting) Menyebutkan pengaturan tata lampu (lighting) Materi pertunjukan seperti seni tari, seni musik, seni drama, seni film merupakan proyeksi dari hidup dan kehidupan manusia, tidak lepas pula dari masalah pencahayaan. Sejak zaman primitif kehidupan di dunia membutuhkan pencahayaan terutama matahari di siang hari, dan api di malam hari. Orang hidup memiliki sikap budaya yang selalu berkembang, kebutuhan terhadap pencahayaanpun berkembang tidak hanya sekedar untuk kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari saja, melainkan berkembang sebagai alat penerangan dalam melaksanakan upacara ritual dan akhirnya digunakan sebagai sumber penerangan dalam pertunjukan. Pencahayaan seni pertunjukan berasal dari dua sumber yang berbeda yaitu, berasal dari Tuhan atau alam dan berasal dari buatan manusia. Pencahayaan yang berasal dari alam andalah sinar matahari, bulan, dan bintang. Pencahayaan buatan manusia misalnya api unggun, obor, lilin, petromaks, dan listrik. Namun pentas/pertunjukan. A. Pengertian Tata lampu tidak seluruhnya dapat diproyeksikan dalam Tata lampu adalah segala perlengkapan perlampuan baik tradisional maupun modern yang digunakan untuk keperluan penerangan dan penyinaran dalam seni pertunjukan. B. Tujuan dan Fungsi Tata lampu 1. Menerangi Lampu digunakan sekedar untuk memberi terang, melenyapkan gelap. Penerangan ini bersifat penerangan umum yang dapat menerangi seluruh bagian pentas dengan rata (General Illumination/General Light). Seluruh pentas atau property yang ada

di pentas diterangi secara merata dengan lampu berwarna putih, merah, biru, hijau, kuning, atau violet. Misalnya: untuk adegan di hutan digunakan penerangan berwarna hijau dan untuk adegan di medan perang digunakan lampu berwarna merah. 1. Menyinari Tata lampu bertujuan untuk menyinari daerah permainan atau suatu objek tertentu sehingga dapat menimbulkan efek dramatik. Penyinaran ini merupakan jenis penerangan yang bersifat khusus (Specicific Illumination/ Spot Light). Dengan penerangan ini suatu daerah atau objek tertentu akan nampak lebih dominan sehingga situasi dramatis akan lebih kuat. Misalnya: untuk adegan dua pemain di tengah hutan, maka lampu yang berfungsi menyinari difokuskan pada panggung yang ditempati dua pemain, sedangkan bagian panggung yang lain secara merata diterangi oleh general light berwarna hijau. C. Perlengkapan Tata lampu Teater yang bermateri pokok manusia, pada mulanya sangat erat kaitannya dengan sifat religius. Tidaklah mengherankan apabila pada mulanya teater lebih banyak dipentaskan pada siang hari. Namun pekembangan situasi membawa manusia ke arah yang lebih dinamis dan kreatif. Dinamika dan kreatifitas manusia menimbulkan penemuan baru, dan makin lama makin berkembang sehingga makin sempurna. Dari perapian meningkat pada penggunaan lampu minyak sampai akhirnya memanfaatkan tenaga elektronik, kesemuanya itu juga merupakan perkembangan tata lampu dalam teater. Konstruksi teater tradisional yang bersifat spesifik (Pendopo, Bale, Banjar, Rumah Gadang) ternyata masih besar pengaruhnya terhadap nilai ritual dan keagungan teater tradisional. Demikian pula sebenarnya bila kita resapi dalam tata lampu untuk teater tradisional. Lidah api yang bergerak-gerak terkena hembusan angin (Blencong) ternyata mampu memberi nafas kehidupan kepad benda (wayang kulit). Ilusi kita ternyata terhanyut mengikuti gerak semu benda tersebut yang diakibatkan oleh gerakan lidah api. Tata lampu Pendopo ternyata membawa keagungan tersendiri yang bersifat karakteristik dan dapat memberikan efek spiritual magis. Oleh karena itulah maka tidak semua bentuk teater dapat menerapkan teknik lighting modern.

D. Macam-macam Lampu 1. Lampu tradisional Lampu tradisional adalah semua lampu yang memiliki sumber cahaya yang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan pertunjukan atau pergelaran seni. Lampu ini memiliki bentuk yang sederhana dan dibuat secara turun temurun dan merupakan warisan budaya nenek moyang kita. Sebagai contoh bentuk lampu yang dapat digunakan mulai dari api unggun, blencong, obor dari bambu, oncor dari kaleng bekas, dari botol-botol bekas, lampu teplok, lampu gantung, sampai dengan petromaks. Lampu tradisional memiliki kelebihan dan kekurangan apabila dipergunakan dalam pertunjukan. Kelebihan dalam lampu tradisional, barang atau bahan mudah ditemukan/diperoleh, harga murah, bentuk sederhana, tidak memerlukan belajar di sekolah, serta memiliki nilai artistik yang tinggi dan membantu suasana pertunjukan. Kekurangannya antara lain, apabila bahan bakar habis segera diganti atau ditambah, membuat polusi udara, asap maupun langes membuat wajah menjadi kotor/hitam, warna cahaya satu warna dan tidak berubah, intensitas cahaya kecil, sinar menyorot ke pemain hanya satu arah. Contoh instrumen lampu tradisional: 2. Lampu Non Tradisional (Modern) Lampu non tradisional atau modern adalah lampu yang dihasilkan oleh manusia melalui pengembangan IPTEKS dengan menggunakan listrik sebagai bahan dasar utamanya.

Dengan kemajuan IPTEKS dan berkembangnya seni pertunjukan, maka kedua belah pihak saling membutuhkan, sehingga instrumen lighting di zaman sekarang ini telah canggih dan siap mendukung segala macam kebututuhan pertunjukan. Ada beberapa macam bentuk lighting modern. A.. Strip Light 1 Open System Deretan lampu yang berada dalam kotak panjang tanpa sekat, jenis ini dipasang pada Apron, untuk lampu kaki (Foot Light)). Di samping berfungsi sebagai penerangan umum juga dapat untuk menetralkan sinar dari atas. 2 Compartment System Deretan lampu dalam kotak panjang yang bersekat. Di dalam kesatuannya, deret lampu ini dapat dibagi menjadi beberapa kelompok warna. Lampu ini dipasang di daerah Border sebagai Border Light. B. Spot Light Sumber sinar berkekuatan besar, sinar yang dipantulkan oleh reflector dibiaskan oleh lensa dan biasannya sesuai dengan jenis lensanya. Ada berbagai macam lampu khusus atau Spot Light 1. Fresnell Spot light Fresnell adalah lampu spot yang menggunakan reflector spherical dan lensa patent fresnell yang memiliki cahaya menyatu tidak tajam (lembut). 2 Plano Convex Spot Light Lampu spot ini menggunakan reflector ellipsoidal dan lensa plano-konvex yang memiliki cahaya menyatu tajam. Lampu lensa dengan berbagai ukuran 5-8 dengan kekuatan antara 250 watt sampai 3000 watt. 3 Ellipsoidal Spot Light Lampu lensa berukuran 3-12 dengan kekuatan antara 250 watt sampai 3000 watt. 4.Follow spot light Follow spot adalah lampu yang memiliki intensitas atau berkekuatan besar dan voltase/tegangan tinggi. Sinar dapat dipergunakan untuk mengikuti pemain

berpindah atau bergerak untuk berganti posisi. Intensitas lampu follow minimal 1000 watt dan maximal 2500 watt. 5 Flood Light Flood light adalah lampu yang mempunyai kekuatan yang besar tanpa lensa. Apa yang ditaruh di bawah dipancangkan pada suatu standar untuk menerangi jalanjalan keluar masuk, drop, cyclorama, dan sebagainya. Ada yang digantungkan untuk menerangi daerah permainan, sebuah backdrop, sebuah cyclorama. Contoh instrumen lampu modern: Gambar 18 a: Strip light Compartmen sistem Gambar 17.a : Pengembangan lampu tradisional

Gambar 19 c: Ellipsoidal Spot Light Gambar 19 d: Follow spot light E. Pengaturan Lampu Di dalam Stage Lighting terdapat dua permasalahan (1) masalah fisikal yaitu lighting unit yang dipergunakan serta penempatannya. (2) masalah mekanikal yaitu proses kerja lighting. Menata sinar tidak jauh bedanya dengan melukis di atas kanvas. Pengetahuan tentang sifat warna dapat membantu konsep lighting. Dengan penempatan lampu secara cermat, maka pelukisan situasi dramatis lewat warna dapat lebih mantap sehingga komunikasi akan lebih lancar. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah: 1) Tujuan lighting harus tercapai sesuai dengan rencananya dalam menyinari pentas dan aktor sehingga hidup. 2) Pelukisan situasi secara logis. 3) Keseimbangan tata warna di dalam lukisan sinar. 4) Perubahan kombinasi warna yang tepat dan cermat.

5) Oleh karena itu tata lampu bukan hanya sekedar menerangi, maka harus pula disesuaikan dengan situasi dan kondisi pentas beserta perlengkapannya. F. Alat Pengaturan Penyinaran: 1. Master Switch : sumber pengendali utama terhadap keselamatan kerja lighting. 2. Switch : tombol penyambung dan pemutus aliran. 3. Switch Board : papan untuk menempatkan tombol-tombol. 4. Dimmer : pengatur redup terangnya sinar. Denah alir lampu pertunjukan POWER 120 V SERVICE STEP- DOWN TRANSFORMER ELECTRONIC DIMMERS (SCR) LOW VOLTAGE INDIVIDUAL CONTROLLERS OR MEMORY INTERCONNECT OR PATCH PANEL AND CIRICUIT BREAKERS STAGE CIRCUIT LOADS LIGHTING INSTRUMENTS

G. Bentuk Penyinaran 1) Penyinaran primer, merupakan penyinaran yang langsung menuju pada satu daerah atau objek. Penyinaran ini akan menimbulkan bayangan. 2) Penyinaran sekunder, merupakan penyinaran untuk menetralisir bayangan. Perpaduan antara penyinaran primer dengan penyinaran sekunder akan dapat menghasilkan efek tiga dimensi dalam tata lampu. Maka lampu sekunder ditaruh berlawanan dengan lampu primer untuk menciptakan efek sinar yang tidak dimensional, caranya menggabungkan lampu primer dan lampu sekunder sehingga masing-masing sinar saling bersilangan. 3) Penyinaran latar belakang, khusus untuk menerangi Cyclorama. 4) Penghidup dekor, untuk membuat serta menghidupkan dekorasi. Dengan menggunakan spot kita dapat membuat dekorasi kebakaran, kilat, gelombang laut. Suasana pagi, siang, malam, dapat pula kita hadirkan dengan lighting. 5) Penghidup permainan, merupakan penyinaran yang langsung diarahkan pada aktor (dengan Follow Spot). Pada saat penyinaran di sekitar objeknya dibuat redup atau agak gelap. 6) Variasi penyinaran, dihasilkan dengan menggunakan alat pembentuk sinar yang disebut Shooter dan Gelatin. Gelatin dan Shooter ini dipasang di depan lensa. 7) Sistem dua penyinaran (Two Way System) merupakan Non Proscenium Lighting. 8) Sistem tiga penyinaran (Three Way System) juga merupakan bentuk penyinaran Non Proscenium Lighting. 9) Lighting Plot merupakan konsep pengaturan perlampuan yang dijadikan pedoman dalam menempatkan lampu-lampu pentas. Hal ini diperlukan agar lebih mudah dalam penanganan atau pengoperasionalan alat tersebut. Koreografer atau sutradara akan lebih cepat membuat formasi atau komposisi bagi para pemain untuk menyesuaikan tempat atau daerah yang tepat ada cahaya atau sinar lighting. Di samping lighting plot masih ada lagi yaitu scriptlighting atau catatan lampu yang harus dibuat oleh koreografer atau lighting designer.

H. Proses Penyinaran 1).Pembagian 6 daerah permaian Suatu adegan yang dititikberatkan pada daerah permainan tertentu perlu disoroti dengan Baby Spot yang khusus untuk daerah tersebut. Daerah khusus ini dapat diperluas menjadi satu ruangan pentas penuh. Agar supaya seluruh pentas tersebut dapat memberi kesan bahwa sebenarnya adalah daerah khusus yang diperluas, maka penyinaran Baby Spot tadi secara lembut diganti menjadi penyinaran warna yang sama dengan menggunakan kombinasi Border Light dan Foot Light. Pada sustu saat sutradara menghendaki penonjolan pada tokoh atau bagian dari adegan tertentu atas dasar interpretasinya terhadap nafas lakon. Untuk keperluan ini maka penyinaran Border dan Foot diredupkan, kemudian tokoh atau daerah tertentu tersebut disoroti dengan Spot light. Apabila penonjolan tadi lebih dititikberatkan pada tokoh, baik dalam keadaandiam maupun bergerak, maka tokoh tersebut kita ikuti dengan sorotan Follow Spot. 2). Pembagian sembilan (9) daerah permainan Proses penyinaran bagi pentas dibagi menjadi 9 daerah permaian pada pentas dengan 6 ruangan. Untuk membentuk pentas ini mengadi 9 daerah permainan, maka penyinaran daerah khusus tidak menggunakan kombinasi Baby Spot, melainkan menggunakan sekelompok lampu jenis lampu PAR yang memiliki reflektor dan warna sama. I. Sifat Daerah Permainan 1) Pentas 6 daerah permaian : Up Right (UR) : tegang, kejam, warna merah Up Cetre (UC) : agung, wibawa, warna biru Up Left (UL) : sedih, hening, warna kuning Down Right (DR) : romantis, warna merah muda Down Centre(DC) : sejuk, tenang, warna biru muda Down Left (DL) : ceris, gairah, warna hijau muda 2) Pentas 9 daerah permainan Up Right (UR) : tegang, kejam, warna merah

Up Centre (UC) : agung, wibawa, warna biru Up Left (UL) : sedih, hening, warna kuning Midle Right (MR) : kosong, lemah, warna ungu Midle Centre (MC): netral, warna kuning muda Midle Left (ML) : kosong, lemah, warna ungu Down Right (DR) : romantis, warna merah muda Down Centre (DC): sejuk, tenang, warna biru muda Down Left (DL) : ceria, gairah, warna hijau muda Berdasarkan proses penyinaran dengan tembakan warna tertentu yang dikaitkan dengan sifat dan kesan masing-masing daerah permaianan menurut pembagian yang ada, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa: a. Setiap bagian dari pentas dapat diperbesar menjadisatu ruangan penuh b. Di sembarang daerah permaianan dapat ditampilkan pengungkapan karakter dan emosi.

Tabel Scrpitlighting

NO ADEGAN SUASANA POLA. LANTAI LAMPU Referensi: Harimawan, RMA. 1988. Diktat Dramaturgi. Bandung: Rosda (hal.146-158). Padmodarmaya, Pramana. 1987. Tata dan Teknik Pentas untuk SMK. Jakarta: Depdikbud (hal 114-144). Tjahjono. 1987. Tata Teknik Pentas untuk SMKI. Yogyakarta: SMKI (halalaman 42-55).