Analisis Penggunaan Majas dalam Kumpulan Puisi Beri Aku Malam Karya Iyut Fitra JURNAL ILMIAH RANI FITRIA WATI NPM. 09080301 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
ANALISIS PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI BERI AKU MALAM KARYA IYUT FITRA Oleh Rani Fitria Wati 1, Aruna Laila 2, Silvia Marni 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini mengkaji penggunaan majas dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian ini adalah teks yang tediri dari kata-kata dan kalimat dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra. Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Penelitian ini dianalisis dengan langkah: (1) mengiventarsasi penggunaan majas dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra, (2) mengelompokkan jenis majas yang dalam kumpulan Puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra, (3) mendeskripsikan kutipan majas dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra, (4) kesimpulan penelitian selanjutnya dilaporkan dalam bentuk skripsi. Hasil penelitian tentang penggunaan majas dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra ditemukan tiga majas yang digunakan Iyut Fitra yaitu majas perbandingan, majas personifikasi, dan majas metafora. Sedangkan, majas alegori, parabel, dan fabel tidak ditemukan dalam penelitian ini. Majas yang mendominasi dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra adalah majas personifikasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada kumpulan puisi Beri Aku Malam penyair lebih banyak menggunakan majas personifikasi. Kata Kunci: Majas, Kumpulan Puisi Beri Aku Malam
ANALISIS PENGGUNAAN MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI BERI AKU MALAM KARYA IYUT FITRA Oleh Rani Fitria Wati 1, Aruna Laila 2, Silvia Marni 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK This research was aimed at studying the use of majas in the collection of poetry Beri Aku Malam written by Iyut Fitra. This was a qualitative research wich applied descriptive method. The data of the research was the texts consisted of words and sentences in the collection of poetry Beri Aku Malam written by Iyut Fitra. The sources of the data were from primary data and secondary one. The data analysis involved some steps wich were: (1) identifying the use of majas, (2) classifying the type of majas used, (3) describing the excerption of majas used, (4) drawing conclusion of the research in the form of thesis. The result of the research showed that there were three kinds of majas used in the collection of poetry Beri Aku Malam written by Iyut Fitra which were comparison, personification, and metaphors. Meanwhile allegory, parable, and fable majas were not found. Furthermore, in the collection of poetry Beri Aku Malam written by Iyut Fitra, personification majas was used dominantly. Hence, it was concluded that personification majas was the most dominant majas used in the collection of poetry Beri Aku Malam written by Iyut Fitra. Key words: majas, collection of poetry Beri Aku Malam
PENDAHULUAN Puisi merupakan salah satu genre sastra yang menarik untuk dicermati di samping prosa dan drama. Sebagai salah satu genre sastra yang menggunakan bahasa figuratif dan bermakna konotasi, di dalam puisi banyak ditemukan bahasa bermajas yang berguna untuk menambah nilai estetika karya tersebut. Selain itu puisi juga menggunakan bahasa sebagai medianya. Melalui puisi, penyair bebas mengungkapkan perasaan dan imajinasinya untuk dituangkan dalam sebuah karya yang bernilai estetis. Majas sebagai salah satu bagian dari gaya bahasa merupakan style berbahasa yang menarik untuk diteliti. Penggunaan majas dalam berbagai karya sastra (khususnya puisi) secara tidak langsung akan menimbulkan keindahan tersendiri pada karya-karya sastra tersebut. Selain itu, pemakaian majas dalam karya-karya sastra juga dapat menimbulkan efek makna yang berbeda, sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca untuk mempelajari karya-karya sastra tersebut. Pemakaian majas dalam sebuah puisi lazim kita temui dalam berbagai kumpulan puisi, baik itu puisi-puisi penyair masa lalu maupun puisi-puisi penyair muda. Iyut Fitra adalah salah satu penyair muda yang menggunakan majas dalam karyanya. Iyut Fitra lahir di Payakumbuh, Sumatera Barat, 16 Febuari 1968. Karyanya dalam bentuk puisi dan cerpen telah diterbitkan di berbagai media di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Beberapakali menjadi pemenang dalam lomba cipta puisi seperti, pemenang lomba cipta puisi Sanggar Minum Kopi Bali, pemenang lomba cipta puisi Batu Beramal Malang, pemenang lomba cipta puisi 100 tahun Bung Hatta, pemenang lomba cipta puisi Sanggar Purbacaraka Universitas Udayana, pemenang lomba cipta puisi Anti Kekerasan Jakarta, pemenang lomba puisi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Selain itu ia juga mendapatkan anugerah sastra dari Balai Bahasa Padang sebagai penulis yang telah berjasa membina dunia sastra dan penulisan kreatif di Sumatera Barat. Beberapakali juga diundang dalam acara memperingarti peristiwa-peristiwa nasional dan internasional seperti Mimbar Penyair Abad 21 di Jakarta, pertemuan sastrawan nusantara di Johor Bahru Malaysia. Kini aktif di komunitas seni INTRO Payakumbuh. Kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra merupakan kumpulan puisi ketiga setelah kumpulan puisi Dongeng-dongeng Tua dan Musim Retak. Dipilih puisi-puisi dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra sebagai objek penelitian karena puisi-puisi Iyut Fitra mempunyai kesan visual yang kuat. Pengarang terlihat berusaha menyampaikan apa yang dilihat, dirasa, dan didengarnya dengan cara menyusun kata-kata yang rumit dan syarat akan latar ke daerahan. Hal inilah yang membuat kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra menjadi salah satu puisi yang menarik untuk dicermati. Selain itu, pemakaian majas dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra ini juga dapat diimplikasikan dalam pembelajaran apresiasi sastra di SMA. Hal ini terdapat dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMA kelas X semester 1. Standar Kompeteni (SK): memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung. Kompetensi Dasar (KD): mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair serta imajinatif dan disusun dengan mengosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengosentrasian struktur fisik dan struktur batinnya (Waluyo, 1991:25). Puisi sering juga diartikan sebagai suatu yang indah. Hadir dari rangkaian kata-kata yang puitis yang disusun sedemikian rupa. Sehubungan dengan itu, Atmazki (2007: 41) menuturkan bahwa puisi adalah keindahan dan suasana yang terdapat dalam kata-kata. Selanjutnya, Pradopo (1987: 7), menyatakan puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Diperkuat oleh Hasanuddin (2001: 5) yang menyatakan puisi merupakan pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ide dan perasaan penyair dimunculkan dalam sebuah karya yang berbentuk puisi. Penyair menyampaikan ide dan perasaannya melalui kata-kata dengan susunan yang indah. Unsur puisi menurut Marjorie Bulton (dalam Semi, 1988:107), ada dua yaitu bentuk fisik dan bentuk batin. Bentuk fisik merupakan unsur yang membangun puisi yang berhubungan dengan nada lirik puisi termasuk irama, persamaan bunyi, intonasi, pengulangan, dan perangkat kebahasaan lainnya. Bentuk batin yaitu unsur-unsur yang berkaitan dengan tema, urutan logis, pola asosiasi, satuan arti yang dilambangkan, dan pola-pola citraan serta emosi. Kedua bentuk ini, yaitu bentuk fisik dan bentuk batin terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan
memungkinkan sebuah puisi itu memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi pembacanya. Bentuk majas menurut Hasanuddin WS (2001:133) adalah: perbandingan, personifikasi, dan metafora. Di samping itu, sering pula dipergunakan oleh para penyair cerita-cerita berunsur majas yang menuntut makna tambahan yaitu alegori, parabel, dan fabel. Selanjutnya akan dijelaskan satu persatu. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunkan metode deskriptif. Data penelitian ini adalah teks yang tediri dari kata-kata dan kalimat dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra. Sumber data penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu oleh format analisis data berupa tabel-tabel yang dibuat berdasarkan teori yang digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisis dari segi penggunaan majas dalm kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra, ditemukan bahwa majas yang paling banyak digunakan adalah majas personifikasi. Majas personifikasi selalu muncul dari sebagian banyak puisi pada kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra. Dominannya penggunaan majas personifikasi pada lirik puisi tersebut, mempunyai tujuan yaitu untuk memperindah dan memperjelas pernyataan yang ada pada lirik puisi sehingga pembaca menjadi tertarik untuk membacanya. Penggunaan majas di dalam lirik puisi akan menimbulkan efek kepuitisan pada lirik puisi tersebut. Sebuah puisi dapat dikatakan puitis apabila mampu membangkitkan perasaan dan menarik perhatian serta menimbulkan keharuan bagi yang membacanya. Penggunaan majas dalam sebuah puisi berfungsi memperindah bahasa, selain itu majas juga berfungsi untuk memberikan efek makna yang kuat, memperjelas atau menegaskan suatu maksud tertentu, menyembunyikan maksud, memperhalus maksud, mempertajam pemahaman, dan memancing daya pikir. Pada kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra diketahui bahwa penyair menggunakan majas untuk memunculkan efek tertentu terhadap makna. Efek penggunaan majas terhadap lirik puisi diantaranya adalah membuat makna puisi yang diceritakan penyair tersebut sangat berkesan dan menyentuh bagi pembaca, sehingga pembaca seakan-akan ikut merasakan penderitaan yang dialami si aku-lirik. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian terhadap penggunaan majas dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga majas yang digunakan Iyut Fitra berdasarkan teori Hasanuddin WS (2002). Majas-majas tersebut adalah majas perbandingan, majas personifikasi, majas metafora. sedangkan majas alegori, majas parabel, dan majas fabel tidak ditemukan dalam penelitian ini. Penggunaan majas tersebut menimbulkan efek kepuitisan yang memang menjadi tujuan dalam penciptaan puisi. Majas yang dominan digunakan dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra adalah majas personifikasi. Dari lima puluh satu puisi yang diteliti, penulis lebih bayak menemukan majas personifikasi yang terdapat dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut FItra dibandingkan majas yang lain. Majas personifikasi merupakan kekuatan dari sajak puisi-puisi Iyut. Banyaknya majas personifikasi yang terdapat dalam kumpulan puisi Beri Aku Malam karya Iyut Fitra merupakan pengalaman batin penyair yang disampaikan melalui puisi. Dari kesimpulan di atas disarankan bahwa hasil penelitian ini hendaknya dapat menambah pemahaman pembaca mengenai karya sastra khususnua puisi. Kemudian, hasil penelitina ini hendaknya bisa dijadikan bahan pedoman bagi calan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam menganalisis majas dalam puisi. Selanjutnya, sebagai bahan perbandingan untuk penelitian lain dalam melakukan penelitian sastra yang jenis yaitu menganalisis majas pada puisi dengan menggunakan objek yang berbeda sehingga mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Dengan memahami majas, merupakan salah satu cara untuk memahami kata-kata dan makna dalam puisi. Disamping itu karya sastra diciptakan bukan hanya untuk pengarang saja melainkan juga untuk pembaca atau penikmat sastra.
KEPUSTAKAAN Atmazaki. 2008. Analisis Sajak Teori, Metodologi dan Aplikasi. Padang:UNP Press. Fitra, Iyut. 2012. Beri Aku Malam. Yogyakarta: AKAR Indonesia. Hasanuddin WS. 2001. Membaca dan Menilai Sajak. Bandung: Angkasa. Pradopo, Rachmat Djoko. 1987. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.