I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan komoditas perikanan yang sangat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida merupakan jenis bakteri Aeromonas sp, yang

I. PENDAHULUAN. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi dalam usaha

I. PENDAHULUAN. Salah satu ikan air tawar yang terus dikembangkan di Indonesia yaitu ikan mas.

I. PENDAHULUAN. terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia. Ikan mas atau yang juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Potensi budidaya ikan air tawar di Indonesia sangat baik, mengingat

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

I. PENDAHULUAN. tinggi. Budidaya ikan mas telah lama berkembang di Indonesia, karena selain

I. PENDAHULUAN. Aeromonas salmonicida adalah salahsatu jenis dari bakteri Aeromonas sp. Secara

BAB I PENDAHULUAN. ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan lele lokal (Bachtiar, 2007).

IMUNOGENISITAS HEAT KILLED VAKSIN INAKTIF Aeromonas salmonicida PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Ikan konsumsi yang dinilai memiliki nilai ekonomis tinggi adalah ikan mas. Data

I. PENDAHULUAN. patin termasuk komoditi yang memiliki prospek cerah untuk dibudidayakan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. terutama ikan air tawar. Ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus)

BAB I PENDAHULUAN. relatif mudah, dapat memanfaatkan berbagai jenis bahan sebagai makanannya,

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan ikan konsumsi air

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan salah satu jenis ikan air tawar

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Penyakit ini juga dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. patin merupakan salah satu jenis ikan penghuni sungai-sungai besar. Jenis ikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN ADJUVANT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ikan mas tergolong dalam jenis ikan air tawar. Ikan mas terkadang juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN meningkat menjadi 31,64 kg per kapita per tahun (KKP, 2012).

I. PENDAHULUAN. Bidang perikanan memegang peranan penting dalam penyediaan protein

IMUNOGENISITAS KOMBINASI VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DAN VITAMIN C PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) ABSTRAK

PENDAHULUAN. Latar Belakang. tidak saja dapat tumbuh baik di air tawar, namun juga air payau dan laut. Sebagai

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan satu diantara beberapa kegiatan yang. daerah termasuk Sumatera Utara. Sehingga dengan peningkatan kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. motil, tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsul, aerob, katalase positif,

I. PENDAHULUAN. disebut dengan kerapu bebek (Cromileptes altivelis). Ikan ini memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. tawar yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Ikan ini memiliki nilai

BAB I. PENDAHULUAN. yang bernilai ekonomis adalah ikan Nila (Orcochromis niloticus). Budidaya ikan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Ordo : Ostariophysi. Sub Ordo : Cyprinoidea. Famili : Cyprinidae

BAB I PENDAHULUAN. Ikan air tawar merupakan komoditas perikanan yang saat ini banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kurang lebih pulau besar dan kecil, juga memiliki garis pantai terpanjang

PENDAHULUAN. perikanan laut yang sangat besar. Sebagai negara maritim, usaha budidaya laut

IMUNOGENISITAS KOMBINASI VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DAN JINTAN HITAM (Nigella sativa) PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio) ABSTRAK

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun

PENDAHULUAN. Perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia. merupakan salah satu sektor usaha yang sangat potensial, sehingga

I. PENDAHULUAN. air tawar yang saat ini menjadi primadona di sub sektor perikanan. Ikan ini di. terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele

PENDAHULUAN. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta. didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ikan merupakan komoditas budidaya unggulan di Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah serius yang dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ancaman dalam usaha budidaya ikan air tawar (Zonneveld, et al

BAB I PENDAHULUAN. Pembudidayaan ikan saat ini merupakan kegiatan yang marak dilakukan, baik

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2012 di

BAB I PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L.) merupakan jenis ikan air tawar yang banyak

-2- yang optimal dengan tetap menjamin kelestarian Sumber Daya Ikan dan lingkungannya. Adapun pokok materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerint

IMUNOGENISITAS HEAT KILLED Aeromonas hydrophila Strain GB-01, GPd-02, dan GPl-05 SEBAGAI KANDIDAT VAKSIN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

PENYIMPANAN VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida DENGAN PENAMBAHAN GLISEROL ABSTRAK

PENGEMBANGAN VAKSIN BAKTERI UNTUK MENINGKATKAN IMUNITAS IKAN KERAPU MACAN, Epinephelus fuscoguttatus TERHADAP PENYAKIT INFEKSI

TINGKAT KELULUSAN HIDUP BENIH KERAPU MACAN (Ephinephelus fuscoguttatus) PADA FASE PENDEDERAN YANG DIBERI VAKSIN POLYVALEN

EFEKTIVITAS EKSTRAK MIMBA (Azadirachta indica A. juss.) DENGAN DOSIS BERBEDA PADA PEMBERANTASAN PARASIT BENIH IKAN KARPER (Cyprinus carpio, L)

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4. Borok Pada Ikan Mas yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting yang terdapat di perairan Indonesia. Ikan kerapu bernilai gizi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori yang Relevan. Ichthyophthirius multifiliis adalah parasit dari golongan protozoa yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya udang merupakan salah satu komuditas perikanan dengan

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

PENDAHULUAN. pedederan, dan pembesaran. Tahap pembenihan biasanya dimulai dengan. pedederan, merupakan upaya untuk adaptasi benih terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. rata-rata konsumsi daging sapi selama periode adalah 1,88

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

I. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang

BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

Ganjar Adhy Wirawan 1 & Hany Handajani 2

BAB I PENDAHULUAN. ikan budidaya pada air tawar adalah penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS)

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN. Sidat dikenal sebagai ikan katadromous yaitu memijah di laut, tumbuh dan

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C DALAM PERCOBAAN IMMUNOPROFILAKSIS TERHADAP INFEKSI BAKTERI. Oleh AHMAD FIRDAUS C SKRIPSI

IMUNOGENISITAS Aeromonas hydrophila STRAIN GK 01 DAN GB 01 TERHADAP LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

EFFECT OF DIFFERENT TIME OF PROBIOTIC ADMINISTRATION TO NON- SPECIFIC IMMUNE RESPONSE OF COMMON CARP (Cyprinus carpio) AGAINST Aeromonas salmonicida

I. PENDAHULUAN. Ikan lele sangkuriang (C. gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Budidaya udang merupakan salah satu industri skala besar dengan tingkat

PENGUJIAN APLIKASI PROBIOTIK POWDER DALAM MEMPERBAIKI PERFORMA BENIH BANDENG (Chanos chanos Forskal) YANG BERKUALITAS

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh secara liar maupun yang sengaja dibudidayakan. Sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang 70% alamnya merupakan perairan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan adalah budidaya kerapu tikus (Cromileptes altivelis) (Putri dkk.,

IMUNOGENISITAS VAKSIN INAKTIF WHOLE CELL Aeromonas salmonicida PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan komoditas perikanan yang sangat populer dan termasuk jenis ikan konsumsi yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia karena mudah didapatkan, dagingnya empuk, dan rasanya yang gurih (Mones, 2008). Produksi ikan mas di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya permintaan. Produksi ikan mas selalu meningkat yaitu berturut-turut dari tahun 2005-2009 yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Produksi Ikan Mas No Tahun Jumlah (ton) 1 2005 216,920 2 2006 247,633 3 2007 285,100 4 2008 375,000 5 2009 446,800 Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2009 Keberhasilan budidaya ikan mas dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kualitas benih yang baik. Namun, salah satu kendala produksi benih yang baik adalah serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian ikan budidaya hingga 100%. Hal ini tentunya sangat merugikan para pembudidaya ikan

khususnya dari segi ekonomi. Timbulnya penyakit pada ikan merupakan interaksi antara jasad patogen (parasit), ikan (inang) dan lingkungan. Penyakit pada ikan dapat disebabkan oleh jamur, parasit, bakteri, dan virus. Salah satu jenis penyakit yang disebabkan bakteri Aeromonas salmonicida dan dapat menjadi masalah serius pada kegiatan budidaya khususnya pada budidaya ikan Salmon Atlantik disebut dengan penyakit furunculosis (Anonim, 2007). Bakteri A. salmonicida ini dapat juga mengginfeksi ikan air tawar, contohnya ikan mas yang disebut dengan penyakit carp erytrodermatitis. A. salmonicida banyak terdapat di daerah budidaya salmonid Amerika Serikat, Jepang, Eropa, Australia kecuali di Tasmania dan Selandia Baru. Sedangkan di Indonesia dijumpai di Jawa, Aceh Tengah, dan Kalimantan Barat (Anonim, 2007). Upaya yang dilakukan dalam pengendalian penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. salmonicida umumnya menggunakan antibiotik. Antibiotik dapat diberikan melalui penyuntikan, perendaman, atau dicampur dengan pakan. Di Norwegia pada tahun 1990, untuk mengontrol A. salmonicida pada ikan digunakan 30 ton antibiotik (Sorum, 2000 dalam Soeripto, 2002). Penggunaan antibiotik dapat mengobati ikan yang terinfeksi dengan cepat, namun penggunaan dalam jangka panjang dapat menyebabkan timbulnya resistensi dan bersifat residu pada ikan (Astuti, dkk., 2003). Oleh sebab itu untuk pengendalian penyakit tersebut diperlukan adanya pencegahan penyakit yang aman bagi ikan, manusia, dan lingkungan yaitu dengan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit dengan cara pemberian vaksin ke dalam tubuh ikan (Soeripto, 2002). Vaksin terdiri dari

dua macam, yaitu vaksin hidup (vaksin aktif) dan vaksin mati (vaksin inaktif). Pada penelitian kali ini jenis vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif. Vaksin Inaktif adalah vaksin yang berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan untuk merangsang agar tubuh memproduksi antibodi sendiri. Beberapa keuntungan dari vaksin inaktif antara lain dapat memberikan respon imun humoral jika diberikan vaksinasi ulang (booster), dan tidak menyebabkan mutasi atau reverse yang akan menimbulkan virulen kembali pada ikan (Radji, 2010). Pemberian vaksin dapat meningkatkan kekebalan ikan terhadap antigen yang diberikan dan tidak menimbulkan pencemaran di lingkungan perairan (Syawal dan Siregar, 2010). Keberhasilan vaksinasi pada ikan dapat dibuktikan pada tahun 1993 di Norwegia, vaksin A.salmonicida memberikan dampak yang luar biasa dengan menurunnya wabah penyakit furunculosis dan penggunaan antibiotik yang semula mencapai puluhan ton per tahun menjadi hanya beberapa ratus kilogram saja (Soeripto, 2002). Vaksinasi telah banyak dilakukan di Indonesia khususnya untuk mencegah beragam penyakit yang menyerang ikan. Contohnya saja pemberian vaksin polivalen untuk pengendalian vibriosis pada kerapu tikus (Cromileptes altivelis) (Kamiso, dkk., 2005), aplikasi dan efektivitas vaksin anti parasit pada pembenihan ikan kerapu pasir (Epinephelus corallicola) di hatchery (Johnny, dkk., 2008), dan Imunisasi Ikan Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus) dengan Vaksin Ichthyophthirius multifiliis (Syawal dan Siregar, 2010).

Vaksin yang baik harus efektif dalam merangsang sistem imun sehingga dapat mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme patogen. Vaksin juga harus stabil dan imunogenisitasnya tidak mudah berkurang, selain itu vaksin harus mudah didapat dengan harga yang terjangkau serta memenuhi persyaratan kualitas mutu yang baik dan aman untuk digunakan (Radji, 2010). Agar respon kekebalan yang disebabkan oleh vaksin semakin meningkat dan tahan lama, maka diperlukan penambahan adjuvant ke dalam vaksin untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan. Pada penelitian ini, vaksin disuntikan pada benih ikan dengan bobot ±30 gram atau berukuran panjang 12-15 cm (Liptan Mataram, 2000). Pemberian vaksin pada ukuran benih dikarenakan vaksin digunakan untuk pencegahan penyakit bukan mengobatinya. Ikan pada ukuran benih merupakan titik rawan untuk terserang infeksi bakteri (Azhar, 2011). Adjuvant seringkali ditambahkan ke dalam vaksin untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin. Baratawidjaya (2006) menyebutkan bahwa adjuvant yang baik harus mempunyai sifat dapat melepas antigen secara perlahan sehingga memperpanjang paparan antigen dengan sistem imun, mempertahankan integritas antigen, dan memacu respon imun dengan afinitas tinggi. Rajput, dkk., (2007) menyatakan bahwa vaksin dengan penambahan adjuvant dapat meningkatkan potensi sistem imun serta menambah lamanya perlindungan terhadap suatu infeksi penyakit pada hewan dan manusia. Penelitian tentang penambahan adjuvant ke dalam vaksin untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin pernah dilakukan oleh Retmonojati (2007), vaksin yang

dipergunakan adalah vaksin polivalen vibrio yang ditambahkan jenis adjuvant alumunium hidroksida (Al(OH) 3 ) dan alumunium potasium sulfat (KAl(SO 4 ) 2 ) yang disuntikan pada mencit. Hasil yang didapatkan berdasarkan grafik titer antibodi menunjukkan hasil tertinggi pada dosis 6 ppm. Penggunaan adjuvant KAl(SO 4 ) 2 dan Al(OH) 3 memberikan pengaruh terhadap hasil titer antibodi yang hampir sama, yaitu sekitar 2 9. Saat ini sedang dikembangkan vaksin A. salmonicida, untuk itu perlu dilakukan penelitian penambahan adjuvant pada vaksin A. salmonicida untuk mengetahui tingkat imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan jenis adjuvant yang berbeda pada ikan mas (Cyprinus carpio L). Pengamatan tingkat imunogenisitas vaksin dengan penambahan adjuvant dilakukan secara in vitro skala laboratorium dengan menggunakan titer antibodi. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan jenis adjuvant yang berbeda pada ikan mas (Cyprinus carpio L). 1.3 Kerangka Pikir Budidaya ikan mas tidak terlepas dari adanya kemungkinan terserang penyakit. Penyebab penyakit pada ikan mas salah satunya oleh bakteri, contohnya bakteri A salmonicida yang dapat menyebabkan kematian pada ikan yang dibudidayakan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri A. salmonicida yang menyerang ikan mas disebut penyakit carp erytrodermatitis. Upaya penanggulangan penyakit ini salah

satunya dengan menggunakan antibiotik. Namun, pemakaian antibiotik yang terus-menerus dapat menyebabkan resistensi dan residu bagi ikan. Oleh karena itu diperlukan pencegahan penyakit yang aman bagi ikan, manusia dan lingkungan. Salah satunya dengan menggunakan vaksin. Vaksin yang digunakan pada penelitian ini adalah vaksin inaktif. Keuntungan dari vaksin inaktif antara lain dapat memberikan respon imun humoral jika diberikan vaksinasi ulang (booster), dan tidak menyebabkan mutasi atau reverse yang akan menimbulkan virulen kembali pada ikan (Radji, 2010). Vaksinasi sudah menjadi cara yang paling efektif untuk menanggulangi penyakit (Lindblad, 2007). Soeripto (2002) menyatakan bahwa vaksin Aeromonas yang digunakan untuk mencegah penyakit berhasil menurunkan penggunaan antibakteria secara drastis. Vaksin yang baik digunakan adalah vaksin yang stabil dan imunogenisitasnya tidak mudah berkurang (Radji, 2010). Salah satu cara untuk memperkuat sistem imunogenisitas vaksin adalah dengan penambahan adjuvant. Adjuvant dapat memperlambat proses penghancuran antigen dalam tubuh serta merangsang pembentukan kekebalan, sehingga akan terjadi kontak yang lebih lama dengan makrofag dan limposit. Vaksin dengan penambahan adjuvant dapat meningkatkan potensi sistem imun serta menambah lamanya perlindungan terhadap suatu infeksi penyakit pada hewan dan manusia (Rajput, dkk., 2007). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian penambahan adjuvant pada vaksin A. salmonicida untuk mengetahui

tingkat imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida dengan penambahan jenis adjuvant yang berbeda pada ikan mas (Cyprinus carpio L). Pengamatan tingkat imunogenisitas vaksin dengan penambahan adjuvant dilakukan secara in vitro skala laboratorium dengan menggunakan titer antibodi. Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Carp erytrodermatitis Adjuvant Vaksin inaktif A.salmonicida Peningkatan imunogenisitas vaksin Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Peningkatan sistem imun ikan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian 1.4 Hipotesis (1) H0 = σi = 0 (Tidak ada satupun jenis adjuvant yang dapat meningkatkan imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida). (2) H1 = σi 0 (Minimal ada satu jenis adjuvant yang dapat meningkatkan imunogenisitas vaksin inaktif A. salmonicida). 1.5 Manfaat dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru tentang pengaruh penambahan adjuvant untuk meningkatkan imunogenisitas vaksin, sehingga nantinya penggunaan vaksin ini akan menjadi lebih optimal.