BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MEMBENTUK KARAKTER MANDIRI SANTRI DI PONDOK MODERN ARRISALAH PROGRAM INTERNASIONAL PONOROGO

Masih Spiritualitas Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISA DATA. menguntungkan. Dimanapun dan kapanpun manusia itu menjalani proses

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan antara satu

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Hidayatullah (STAIN Jember,

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB II LANDASAN TEORI. sejarah konvensional, paparan yang analitis harus digunakan untuk. memberikan nilai lebih bagi penulisan sejarah modern.

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah keterbatasan dari teori awal adalah ambiguitas tentang proses pengaruh. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakrta, 1999, hlm Pradjarta Dirdjosantojo, Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai langgar di Jawa, LKis,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para

BAB V PEMBAHASAN. A. Bentuk-Bentuk Hukuman di Pondok Pesantren Al-Mursyid Ngetal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

BAB IV ANALISA. bingkai akhlakul karimah. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya tentang tujuan pendidikan Islam yang terutama dan tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB V PEMBAHASAN. A. Tentang Pendidikan Karakter di SMP Negeri 19 Surabaya. karakter peserta didik di SMP Negeri 19 Surabaya ialah dengan menggunakan

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Sarana dan Prasarana DDII, Bekasi, 27 Juni 2011 Senin, 27 Juni 2011

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas tentang

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren telah mulai dikenal di bumi Nusantara ini dalam periode abad ke

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

I. PENDAHULUAN. oleh Durkheim (Betty Schraf, 1995), bahwa fungsi agama adalah. mempertahankan dan memperkuat solidaritas dan kewajiban sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bernegara. Islam telah mengaturnya sedemikian rupa sehingga

BAB IV. asusila di Kotamadya Daerah Tingkat II Surabaya. kegiatan maupun praktik asusila, baik yang dilakukan di jalan-jalan yang

MUQODDIMAH DAN ISI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH. Pertemuan ke-6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren,

BAB I PENDAHULUAN. kepada Allah SWT, terampil cerdas memiliki etos kerja yang tinggi, budi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB I PENDAHULUAN. Adapun firman Allah tentang jual beli terdapat dalam QS. An-Nisa ayat 29

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1313 Psikolgi Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. baik di dunia maupun di Akhirat. Islam mendorong umatnya untuk berilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB IV ANALISIS PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PROGRAM PEMBELAJARAN BTQ DI SMP NEGERI 12 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. santri di Pondok Pesantren Al-Itqon Kota Semarang merupakan pendapat

و إ نك ل ع ل ى خ ل ق ع ظ يم

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. asasnya. Masing-masing nilai itu dapat diimplementasikan dalam berbagai. persatuan dan kesatuan, kerakyatan dan keadilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

Transkripsi:

29 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Kyai Kyai merupakan bagian terpenting di dalam pondok. Kepemimpinan kyai sangat berpengaruh di dalam kehidupan suatu pondok pesantren. Kyai adalah pimpinan sekaligus pemegang kendali dalam melaksanakan segala kegiatan yang ada di dalam pondok. Kyai sebagai pimpinan merupakan sosok yang kuat dan sangat disegani baik oleh Ustadz maupun santri sesuai dengan pendapat Ziemek 1 bahwa kepemimpinan kyai juga dapat digambarkan sebagai sosok kyai yang kuat kecakapan dan pancaran kepribadiannya sebagai seorang pimpinan pesantren, yang hal itu menentukan kedudukan dan kaliber suatu pesantren. Sosok kyai sebagai pimpinan pondok merupakan gambaran bagi santri dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas di dalam pondok terutama dalam membentuk karakter mandiri santri. Kyai dalam memimpin santri selalu memegang teguh sifat-sifat Rosulullah sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang mencontoh dan menerapkan sifat-sifat Rosulullah kepada santri di dalam pondok. Kyai memberikan contoh kepada santri seperti yang telah dilaksanakan oleh Rosulullah. Dengan mendidik dan memberi contoh sifat 1 Ziemek, M, Pesantren dalam Perubahan Sosial. (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1986), hlm 138. 29

30 Rosulullah, maka santri dapat meniru dan mencontoh apa yang telah dilaksanakan oleh Kyai sebagai pimpinan pondok sesuai dengan pendapat Bandura dalam buku Hall & Linzey 2 bahwa subjek-subjek yang dibiarkan mengamati serangkaian respon tak lazim yang dilakukan oleh orang lain (model) cenderung melakukan respon- respon yang sama ini apabila ditempatkan dalam situasi yang sama. Anak-anak dapat mempelajari responrespon baru hanya dengan mengamati orang lain. Kemandirian santri di dalam pondok akan terbentuk dengan cara santri menerapkan apa yang telah diajarkan kyai di dalam pondok. Kyai adalah orang yang memiliki ilmu agama (Islam) plus amal dan akhlak yang sesuai dengan ilmunya. 3 Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dan kharisma sang kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang kyai di salah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren tersebut merosot karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai yang telah wafat itu 4. Menurut Abdullah ibn Abbas, kyai adalah orang-orang yang mengetahui bahwa Allah SWT adalah Dzat yang berkuasa atas segala 2 Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), hlm 281. 3 Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, Menghidupkan Ruh Pemikiran KH. Ahmad Siddiq, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 101 4 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta, elsaq Press, 2007), hlm. 169.

31 sesuatu. 5 Menurut Mustafa al-maraghi, kyai adalah orang-orang yang mengetahui kekuasaan dan keagungan Allah SWT sehingga mereka takut melakukan perbuatan maksiat. Menurut Sayyid Quthb mengartikan bahwa kyai adalah orang-orang yang memikirkan dan menghayati ayat-ayat Allah yang mengagumkan sehingga mereka dapat mencapai ma rifatullah secara hakiki.menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa kyai adalah sebutan untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok pesantren 6 Sebutan kyai sangat popular digunakan di kalangan komunitas santri. Kyai merupakan elemen sentral dalam kehidupan pesantren, tidak saja karena kyai yang menjadi penyangga utama kelangsungan sistem pendidikan di pesantren, tetapi juga karena sosok kyai merupakan cerminan dari nilai yang hidup di lingkungan komunitas santri. Kedudukan dan pengaruh kyai terletak pada keutamaan yang dimiliki pribadi kyai, yaitu penguasaan dan kedalaman ilmu agama; kesalehan yang tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari yang sekaligus mencerminkan nilai-nilai yang hidup dan menjadi ciri dari pesantren seperti ikhlas, tawadhu, dan orientasi kepada kehidupan ukhrowi untuk mencapai riyadhah. 5 Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta: Pustaka Beta, 2007), hal. 18 6 Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca kemerdekaan (Jakarta : PT RajaGrafinda Persada, 2008), hlm. 55

32 Sedangkan kyai, menurut Zamakhsyari Dhofier 7 merupakan gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya. Di Jawa Barat mereka disebut ajengan. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ulama yang memimpin pesantren disebut kiai. Di Indonesia sekarang, banyak juga ulama yang cukup berpengaruh di masyarakat juga mendapat gelar kiai walaupun mereka tidak memimpin pesantren. Gelar kiai biasanya dipakai untuk menunjuk para ulama dari kelompok Islam tradisional. Para kiai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam, seringkali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam, hingga dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tidak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam beberapa hal, mereka menunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk pakaian yang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah dan surban 8. B. Ciri Ciri Kyai Menurut Munawar Fuad Noeh menyebutkan ciri-ciri kyai diantaranya yaitu: 1. Tekun beribadah, yang wajib dan yang sunnah 2. Zuhud, melepaskan diri dari ukuran dan kepentingan materi duniawi 3. Memiliki ilmu akhirat, ilmu agama dalam kadar yang cukup 7 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982) hlm, 55. 8 Ibid, hlm, 56.

33 4. Mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum 5. Dan mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah Swt, niat yang benar dalam berilmu dan beramal. 9 Sedangkan Menurut Imam Ghazali membagi ciri-ciri seorang Kyai diantaranya yaitu : 10 1. Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia. Perilakunya sejalan dengan ucapannya dan tidak menyuruh orang berbuat kebaikan sebelum ia mengamalkannya. 2. Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senantiasa dalam mendalami ilmu pengetahuan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, dan menjauhi segala perdebatan yang sia-sia. 3. Mengejar kehidupan akhirat dengan mengamalkan ilmunya dan menunaikan berbagai ibadah. 4. Menjauhi godaan penguasa jahat 5. Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya dari Al-Qur an dan As-Sunnah. 6. Senang kepada setiap ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Cinta kepada musyahadah (ilmu untuk menyingkap kebesaran 9 Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, Menghidupkan Ruh Pemikiran KH. Ahmad Siddiq, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 102. 10 Hsubky, Badruddin, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman. (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm 57.

34 Allah SWT), muraqabah (ilmu untuk mencintai perintah Allah dan menjauhi larangan-nya), dan optimis terhadap rahmat- Nya. 7. Berusaha sekuat-kuatnya mencapai tingkat haqqul-yaqin 8. Senantiasa khasyyah kepada Allah, takzim atas segala kebesaran- Nya, tawadhu, hidup sederhana, dan berakhlak mulia terhadap Allah maupun sesamanya. 9. Menjauhi ilmu yang dapat membatalkan amal dan kesucian hatinya. 10. Memiliki ilmu yang berpangkal di dalam hati, bukan di atas kitab. Ia hanya taklid kepada hal-hal yang telah diajarkan Rasulullah saw. Di samping kita mengetahui beberapa kriteria atau ciri-ciri seorang kyai diatas, adapun tugas dan kewajiban kyai, Menurut Hamdan Rasyid bahwa kyai mempunyai tugas di antaranya adalah : 11 Pertama, Melaksanakan tablikh dan dakwah untuk membimbing umat. Kyai mempunyai kewajiban mengajar, mendidik dan membimbing umat manusia agar menjadi orang-orang yang beriman dan melaksanakan ajaran Islam. Kedua, Melaksanakan amar ma ruf nahy munkar. Seorang kyai harus melaksanakan amar ma ruf dan nahy munkar, baik kepada rakyat kebanyakan (umat) maupun kepada para pejabat dan penguasa 11 Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat,,,hlm 22.

35 Negara (umara), terutama kepada para pemimpin, karena sikap dan perilaku mereka banyak berpengaruh terhadap masyarakat. Ketiga, Memberikan contoh dan teladan yang baik kepada masyarakat. Para kyai harus konsekwen dalam melaksanakan ajaran Islam untuk diri mereka sendiri maupun keluarga, saudara-saudara, dan sanak familinya. Salah satu penyebab keberhasilan dakwah Rasulullah SAW adalah karena beliau dapat dijadikan teladan bagi umatnya. Keempat, Memberikan penjelasan kepada masyarakat terhadap berbagai macam ajaran Islam yang bersumber dari al-qur an dan al- Sunnah. Para kyai harus menjelaskan hal-hal tersebut agar dapat dijadikan pedoman dan rujukan dalam menjalani kehidupan. Kelima, Memberikan Solusi bagi persoalan-persoalan umat. Kyai harus bisa memberi keputusan terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat secara adil berdasarkan al-qur an dan al- Sunnah. Keenam, Membentuk orientasi kehidupan masyarakat yang bermoral dan berbudi luhur. Dengan demikian, nilai-nilai agama Islam dapat terinternalisasi ke dalam jiwa mereka, yang pada akhirnya mereka memiliki watak mandiri, karakter yang kuat dan terpuji, ketaatan dalam beragama, kedisiplinan dalam beribadah, serta

36 menghormati sesama manusia. Jika masyarakat telah memiliki orientasi kehidupan yang bermoral, maka mereka akan mampu memfilter infiltrasi budaya asing dengan mengambil sisi positif dan membuang sisi negatif. Ketujuh, Menjadi rahmat bagi seluruh alam terutama pada masamasa kritis seperti ketika terjadi ketidakadilan, pelanggaran terhadap Hak asasi manusia (HAM), bencana yang melanda manusia, perampokan, pencurian yang terjadi dimana-mana, pembunuhan, sehingga umat pun merasa diayomi, tenang, tenteram, bahagia, dan sejahtera di bawah bimbingannya. C. Pengertian Santri Santri adalah mereka yang dengan taat melaksanakan perintah agamanya, yaitu Islam. Dalam terminologi lain, kelompok ini juga sering disebut sebagai muslim ortodoks. Di pihak lain, terdapat suatu kelompok yang secara berbeda dengan kelompok santri, yaitu mereka yang disebut sebagai kaum abangan. Menurut berbagai sarjana yang melakukan studi tentang Islam di Indonesia, kelompok abangan adalah mereka yang lebih dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Islam pra-islam, khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam mistisme Hindu atau Buddha. 12 12 Bachtiar Effendi, Nilai-nilai Kaum Santri dalam M. Dawam Raharjo (ed), Pergulatan Dunia Pesantren, Membangun dari Bawah, (Jakarta: P3M, 1985) hlm.37.

37 Santri dalam pengertian umum adalah mereka yang memusatkan perhatiannya pada doktrin Islam, khususnya penafsiran moral dan sosialnya. Namun aplikasi terhadap tafsiran moral dan sosialnya mempunyai penekanan yang berbeda-beda. Kaum santri Jawa, sebagaimana di daerah-daerah lain, tidaklah terpusat pada suatu komunitas geografis tertentu. Kelompok ini banyak tersebar di dua wilayah yang secara diametral berbeda, khususnya jika dilihat dari perspektif kondisi sosial budaya, ekonomi, dan pandangan masing-masing terhadap tradisi yang berkembang Dua wilayah yang berbeda itu secara sederhana dapat disebut sebagai wilayah rural (desa) dan urban (kota). Perbedaan sederhana yang dapat dikenakan pada dua kelompok ini adalah, bahwa sifat kelompok santri modernis (kota) adalah apologetik dalam artian bahwa Islam dianggap sebagai kode etik yang paling tinggi untuk masyarakat modern. Islam sebagai doktrin sosial juga dapat dikenakan pada kehidupan masyarakat modern. Sedangkan santri tradisional (desa), sedikit tidak begitu menekankan aspek doktrinal. Karena itu bagi kelompok santri tradisional ini, pandangan dan cara hidup mereka relatif lebih dekat dengan kelompok abangan. Jika dibedakan dengan kelompok abangan, maka secara keagamaan kelompok santri memandang dirinya lebih tinggi. 13 13 Ibid, hlm 45.

38 Santri adalah santri yang belajar di pesantren, santri ini dapat digolongkan kepada dua kelompok : 14 1. Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnya, maka dia mondok (tinggal) di pesantren. Sebagai santri mukim mereka memiliki kewajiban-kewajiban tertentu. 2. Santri kalong, yaitu santri yang berasal dari daerah sekitar yang memungkinkan mereka pulang ke tempat kediaman masing-masing. Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang pergi antara rumahnya dengan pesantren. D. Ketokohan Kyai Terhadap Santri Kyai merupakan pemimpin tertinggi dalam pondok pesantren 15, sedangkan santri adalah orang yang menimba ilmu pada kyai di pesantren. Oleh karenanya pola komunikasi intens akan terjadi antara kyai dan santri. Seorang santri akan mempelajari berbagai ilmu dari kyai, terlebih pada ilmu agama, meskipun tidak menutup kemungkinan di era modern seperti sekarang ini banyak para kyai yang juga mengajarkan ilmu- ilmu duniawi kepada santri. 14 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), hlm. 143 15 kata pesantren berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat tinggal santri, dalam Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,,,hlm, 18.

39 Sehingga dalam berbagai hal, semua perilaku kyai dalam bentuk apapun patut ditiru oleh santri, sifat tawadlu santri kepada kyai merupakan salah satu bentuk tatacara menimba ilmu di pesantren. Terlebih dalam pemikiran keagamaan, seorang santri akan cenderung meniru kyai. Bahkan dalam cara pandang dalam melihat realita yang ada juga tak jarang santri meniru kyai. Dalam hal ideologi seorang santri juga akan meniru kyai, sebagai bentuk tawadlu dan taat kepada kyai. Menurut William F. O neill dan juga yang dikutip dalam buku Prof. Abu Achmadi dalam buku ideologi pendidikan Islam Ideologi adalah sistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup, ideologi sifatnya mengarah pada aksi dan dalam pendidikan ideologi bermakna konsep cita-cita dan nilai-nilai yang secara eksplisit dirumuskan, dipercaya dan diperuangkan 16 Sedangkan kaitannya dengan pengaruh, menurut Gramsci (1891-1937) 17 hegemoni meruakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok lainnya dimana kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh yang lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang seharusnya terjadi. 16 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam (Paradigma Humanisme Teodentris), Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 9. 17 Nezar Patria, Antonio Gramsci Negara & Hegemoni, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1999), hlm 42-54

40 Hegemoni merupakan supermasi suatu kelompok melalui kepemimpinan intelektual dan moral. Kontrol sosial dilakukan dengan membentuk keyakinan kedalam norma yang berlaku. Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang diraih melalui mekanisme konsensus dari langsung melakukan mekanisme kekerasan atau penindasan sosial secara langsung, ada berbagai cara yang dipakai semisal melalui institusi yang ada di masyarakat yang menentukan secara langsung struktur-struktur kognitif dari masyarakat. Cara penaklukan kelompok secara keseluruhan lewat penanaman norma, nilai serta budaya secara ideologis oleh kelas penguasa untuk mempertahankan penguasaannya. 18 Dalam hal ini bisa dilihat bagaimana Kyai selalu menanamkan pengaruhnya kepada santri, tanpa ada potensi konflik antara santri dan kyai maka bisa dikatakan bahwa hegemoni kyai terhadap santri berjalan mulus, termasuk pengaruh dalam menanamkan ideologi yang diyakininya. 18 Heru Hendarto, Mengenal Konsep Hegemoni Gramsic dalam Shinta Devi Ika SR, DinamikaUmat Klenteng Boen Bio Surabaya 1907-1967 (Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Airlangga Surabaya:2003) hlm 14