BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian. Tanggung Jawab Hukum Perusahaan Terhadap Pelayanan Kesehatan Yang Dilakukan Oleh Klinik Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU KABUPATEN BLORA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab. terbanyak terjadinya cedera di seluruh

RUS DIANA NOVIANTI J

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

Nomor SOP Tgl Pembuatan Tgl Revisi Tgl Efektif. Nama SOP

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan masalah global yang sering dihadapi di dunia baik di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, sepeda motor menjadi alat transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hak atas kesehatan ini dilindungi oleh konstitusi, seperti : tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

1 BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Menurut

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Negara tertinggi kasus kecelakaan Indonesia setelah India ( WHO, 2012). Hasil

URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN. Kepala Puskesmas A. Tugas Pokok Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik.

2016, No Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,

RUJUKAN. Ditetapkan Oleh Ka.Puskesmas SOP. Sambungmacan II. Kab. Sragen. Puskesmas. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsekuensi serius dan berkaitan dengan kehilangan nyawa. Penelitian yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data terbaru yang dikeluarkan World Health Organization (WHO) menunjukkan 1,2 juta jiwa meninggal setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas, sebagian besar kematian ini terjadi di negara-negara penghasilan rendah dan menengah (World Health Organization (WHO), 2013). Hal ini sering terjadi disebabkan oleh kurangnya kemampuan manajemen gawat darurat dan keterbatasan infrastruktur yang ada serta kualitas pelayanan kesehatan masih kurang, namun kemampuan tenaga kesehatan merupakan faktor utama dalam pemberian pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Kecelakaan lalu lintas telah muncul sebagai masalah kesehatan yang utama karena dapat menyebabkan kematian, cedera dan hilangnya produktivitas. Hal ini menempatkan beban yang tidak semestinya pada sistem pelayanan kesehatan yang sedang berjuang mengatasi masalah kesehatan penyakit menular dan penyakit tidak menular lainnya (Kar et al. 2015). Perlu upaya dan kebijakan disemua bidang yang terkait seperti keselamatan jalan, penegakkan hukum, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan (Radha, 2015). Pendekatan sistem untuk pencegahan kecelakaan lalu lintas juga menjadi perhatian penting untuk mengkoordinasikan kegiatan pencegahan dan perubahan sikap dan perilaku semua stakeholder terhadap kecelakaan lalu lintas. Fokus dari semua kegiatan harus dilakukan pada keselamatan pengguna jalan (Khorasani-Zavareh et al. 2009). Cedera dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas sebenarnya dapat diprediksi, dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan (Sánchez-Mangas et al. 2010). Cakupan sarana kesehatan yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pelayanan gawat darurat sesuai standar dan dapat diakses oleh masyarakat dalam kurun waktu tertentu (Sulaeman, 2014). 1

2 The Institute of Medicine (IOM) menggambarkan enam tujuan kualitas pelayanan yaitu perawatan yang aman, efektif, berpusat pada pasien, tepat waktu, efisien dan merata. Manajemen Unit Gawat Darurat (UGD) harus mendesain sumber daya manusia yang spesifik, fasilitas dan peralatan yang berfungsi untuk memastikan kualitas perawatan yang tepat, efektif dan terkoordinasi pada pemberian layananan kesehatan dalam kondisi gawat darurat khususnya pelayanan kesehatan pada pasien kecelakaan lalu lintas (El Sayed, 2012). Karakteristik UGD dapat didefinisikan sebagai fasiltas kesehatan yang didedikasikan untuk manajemen perawatan darurat dan spontanitas serta kondisi patologis traumatis yang membutuhkan perawatan dan pengobatan sesegera mungkin. Karena kedatangan pasien kecelakaan lalu lintas di unit gawat darurat tidak dapat diprediksi dan direncanakan maka kebijakan pelayanan harus berbasis prioritas pada pasien yang kondisinya dapat mengancam jiwa atau kematian (Leo et al. 2016). Identifikasi pasien pada saat masuk harus cermat, dengan tujuan akan tercapai sistem penomoran oleh unit sesuai dengan nomor rekam medis, pencatatan rekam medis harus disimpan agar dapat digunakan dalam pelaporan dan statistik. Semua pasien yang masuk harus melalui triase, yang dilakukan sebelum identifikasi. Triase adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien. Sistem triase merupakan salah satu penerapan sistem manajemen resiko di unit gawat darurat. Triase harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah. Triase sangat penting untuk penilaian kegawatan pasien dan pemberian pertolongan sesuai dengan derajat kegawatan dan kedaruratan yang dihadapi. Petugas triase juga bertanggung jawab dalam organisasi dan pengawasan penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu (Vatnøy et al. 2013). Keberhasilan pertolongan penderita kecelakaan lalu lintas yang mengalami kondisi gawat darurat tidak hanya ditentukan oleh kualitas dari pelayanan gawat darurat di Unit gawat darurat namun juga keberhasilan pertolongan yang diberikan sebelum pasien berada di ruang unit gawat darurat, diantaranya yaitu kecepatan menemukan korban, kecepatan minta pertolongan,

3 kualitas pertolongan ditempat kejadian dan penanganan dalam perjalanan ke rumah sakit (Prehospital) (Tazarourte et al. 2013). Pemerintah daerah wajib menjamin terselenggaranya pelayanan publik dan membangun manajemen publik dengan mengacu pada asas-asas pelayananan publik berdasarkan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah (UU No.23 tahun 2014). Undang-undang ini memberikan tanggung jawab besar kepada pemerintah daerah untuk merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014). Salah satu upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama adalah palayanan gawat darurat, khusunya pelayanan gawat darurat pada pasien kecelakaan lalu lintas. Puskesmas Paruga merupakan satu-satunya puskesmas perawatan yang ada pada wilayah Kota Bima. Puskesmas Paruga terletak di Kelurahan Dara Kecamatan Rasanae Barat Kota Bima dengan luas wilayah 10,15 Km2. Batas wilayah puskesmas paruga, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Melayu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Panda Kabupaten Bima, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Monggo Nao, sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bima. Puskesmas Paruga mewilayahi 6 Kelurahan, yaitu Kelurahan Dara, Kelurahan Paruga, Kelurahan Tanjung, Kelurahan Sarae, Kelurahan Pane, Kelurahan Nae, dengan jumlah jumlah penduduk sebanyak 32.487 jiwa, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah Puskesmas Paruga terdiri dari 1 gedung

4 puskesmas, 3 puskesmas pembantu, 5 poskesdes dan 32 posyandu, serta 2 unit mobil puskesmas keliling dan 1 unit ambulance (Puskesmas Paruga, 2015). Jumlah kunjungan pasien Puskesmas Paruga pada tahun 2015 sebanyak 28.453 pasien, yang mencakup kunjungan pasien di ruang UGD Puskesmas Paruga sebanyak 5.809 pasien, diantaranya kunjungan pasien kecelakaan lalu lintas sebanyak 608 pasien, atau rata-rata kunjungan pasien kecelakaan lalu lintas 51 pasien perbulan, angka kunjungan kecelakaan lalu lintas ini sangat tinggi. Luas ruangan UGD Puskesmas Paruga yaitu 36 m², dalam melaksanakan kegiatannya UGD Puskesmas Paruga memiliki sumber daya manusia kesehatan sebanyak 1 orang dokter umum sebagai kepala Puskesmas, 4 orang tenaga dokter umum, 14 orang tenaga perawat serta 1 unit ambulans untuk merujuk pasien. Manajemen UGD secara garis besarnya harus merencanakan dan mengevaluasi ketersediaan fasilitas serta sumber daya manusia yang ada di ruang UGD untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat, pelayanan informasi medis darurat serta pelayanan penyaringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan intensif (Azwar, 1996). Berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh peneliti tentang manajemen UGD pada pelayanan pasien kecelakaan lalu lintas di Puskesmas Paruga Kota Bima, didapatkan pelayanan pasien kecelakaan lalu lintas dilayani oleh petugas yang masih kurang miliki kualitas pengetahuan dan pengalaman. Keterlambatan penanganan disebabkan menunggu kehadiran tenaga medis, keterbatasan peralatan medis serta lemahnya manajemen di unit gawat darurat khususnya pelaksanaan pelayanan gawat darurat. Permasalahan lain yang muncul adalah keterbatasan ambulans untuk merujukan pasien dan tidak adanya sistem penanggulangan gawat darurat terpadu seperti penanganan awal pada tempat kejadian kecelakaan lalu lintas yang merupakan faktor yang utama untuk mengurangi resiko cedera dan kematian. Berdasarkan permasalahan di atas, menjadi sebuah kajian menarik bagi peneliti untuk melihat sejauh mana gambaran penanganan kasus kegawat daruratan pada pasien kecelakaan lalu lintas yang telah dilakukan oleh Puskesmas

5 Paruga serta mengidentifikasi masalah medis dan non-medis yang menyebabkan keterlambatan penanganan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu kurangnya kemampuan manajemen unit gawat darurat di Puskesmas Paruga Kota Bima dalam pelaksanaan penanganan kasus kedawat daruratan pasien kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan cedera yang parah dan kematian. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui manajemen pelayanan unit gawat darurat di Puskesmas Paruga Kota Bima dalam pelaksanaan pelayanan gawat darurat pada kasus kegawat daruratan pasien kecelakaan lalu lintas yang dapat mengakibatkan cedera yang lebih parah dan kematian. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengelolaan pasien kecelakaan lalu lintas di unit gawat darurat Puskesmas Paruga Kota Bima. b. Untuk mengetahui pengelolaan rujukan pasien kecelakaan lalu lintas di unit gawat darurat Puskesmas Paruga Kota Bima. c. Untuk mengetahui kebijakan struktur organisasi pimpinan unit gawat darurat dalam penanganan kegawat daruratan pasien kecelakaan lalu lintas di Puskesmas Paruga Kota Bima. d. Untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan staf dan program pendidikan pengendalian mutu pelayanan di unit gawat darurat dalam penanganan kegawat daruratan pasien kecelakaan lalu lintas di Puskesmas Paruga Kota Bima. e. Untuk mengetahui sarana dan fasilitas penunjang medis dalam penanganan kegawat daruratan pasien kecelakaan lalu lintas di Puskesmas Paruga Kota Bima.

6 D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pihak manajemen puskesmas untuk pengembangan manajemen unit gawat darurat, khususnya penanganan kasus kegawat daruratan pasien kecelakaan lalu lintas. 2. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan di tingkat pemerintah daerah dalam mengembangkan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu di Kota Bima. 3. Sebagai sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan pelayanan dan pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan penanganan pasien kecelakaan lalu lintas di ruang unit gawat darurat puskesmas. 4. Memberikan pengalaman dan pengetahuan serta wawasan yang berharga bagi peneliti dalam penelitian di bidang kesehatan. E. Keaslian Penelitian 1. (Yuniari 2011), manajemen penanganan kasus kecelakaan lalu lintas korban napza di RSUD Kota Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi penyalah gunaan napza pada korban kecelakaan lalu lintas, manajemen pelayanan medis dan standar pelayanan medis terhadap korban napza pada kecelakaan lalu lintas di RSUD Kota Yogyakarta. Rancangan penelitian menggunakan observasional dan cross sectional dengan pengumpulan data secara retrospektif pada pengendara sepeda motor korban kecelakaan lalu lintas baik mati maupun hidup, data yang diambil dari rekam medis yang dilaporkan pada bulan januari 2008 sampai desember 2008 yang diperiksa di RSUD Kota Yogyakarta. Analisa data menggunakan analisa secara kualitatif dan kuantitatif dengan analisa statistik deskriptif dan uji beda proporsi chi square. Kesamaan dengan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang kasus kecelakaan lalu lintas. Perbedaannya adalah metode analisa yang digunakan dan lokasi penelitian berbeda.

7 2. (Purwanti 2015), Tingkat pengetahuan perawat prehospital dalam penanganan korban kecelakaan lalu lintas di Kota Yogyakarta, Tujuan Penelitian Untuk mengetahui tingkat pengetahuan perawat ambulance yes 118 dalam memberikan pertolongan kepada korban kecelakaan lalu lintas kota Yogyakarta. Metode yang digunakan adalah diskriptif kuantitatif non eksperimental. Subjek penelitian adalah perawat yang tergabung dalam ambulance yes 118 Kota Jogyakarta.. Kesamaan dengan peneliti adalah samasama meneliti tentang kasus kecelakaan lalu lintas. Perbedaannya adalah metode analisa yang digunakan dan lokasi penelitian berbeda.