INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Peta Daerah Penelitian...3. Gambar 2. Peta Fisiografi Daerah Lampung...5. Gambar 3. Peta Mendala Geologi Sumatera...

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO 4D UNTUK IDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI AIR PADA LAPANGAN MINYAK AREA X DAERAH SUMATRA SELATAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA CEKUNGAN X : STUDI KASUS EKSPLORASI GEOFISIKA UNTUK MENCARI AREA PROSPEK MIGAS

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

Unnes Physics Journal

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

ANALISIS DATA MICROSEISMIC MENGGUNAKAN MATLAB2010 UNTUK PENENTUAN KEBERADAAN HIDROKARBON DI LAPANGAN LCY CEKUNGAN OMBILIN.

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

STUDI METODA TAHANAN JENIS ARUS SEARAH ( DC ) UNTUK EKSPLORASI HIDROKARBON PADA LAPANGAN X, IRIAN JAYA BARAT TUGAS AKHIR

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

GEOFISIKA GEOFISIKA

ANALISIS BURIAL GEOHISTORY PLATFORM MUSI, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

Manifestasi Panas Bumi Gradien Geothermal Eksplorasi Panas Bumi Analisis Geologi

BAB III METODE PENELITIAN

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

PENGEMBANGAN METODE PENGELOLAAN AIRTANAH DENGAN TEORI PERMAINAN (Studi Kasus Cekungan Air Tanah Salatiga) TESIS

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

Eksplorasi Parameter Fisik Cekungan Migas di Perairan Blok Ambalat Dengan Metode Gravitasi

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH RIA-RIA, SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIMULASI GELOMBANG SEISMIK UNTUK MODEL SESAR DAN LIPATAN PADA MEDIUM AKUSTIK DAN ELASTIK ISOTROPIK TUGAS AKHIR

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

TUGAS AKHIR. oleh: NIM

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1

Oleh. Muhammad Legi Prayoga

GEOLOGI DAERAH CIHEA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

Kata kunci: Interpretasi seismik, Petrofisika, Volumetrik, OOIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Quantitative Interpretation of Gravity Anomaly Data in Geothermal Field Seulawah Agam, Aceh Besar

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

J.G.S.M. Vol. 15 No. 4 November 2014 hal

GEOLOGI DAERAH KALIKANGKUNG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BLORA, JAWA TENGAH

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

2014 PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. 23 Juli 2012 Lutfia P.I.A

Metode Geofisika untuk Eksplorasi Panasbumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penulis. 1. TUHAN YESUS KRISTUS yang telah memberikan kesehatan, kekuatan, iii

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR DAN PROSPEK HIDROKARBON DAERAH FRONTIER PADA CEKUNGAN MELAWI-KETUNGAU, KALIMANTAN BARAT DENGAN METODE GAYABERAT

STUDI ANOMALI MAGNETIK TOTAL UNTUK PENCARIAN DAERAH PROSPEK HIDROKARBON DAERAH PULAU BURU PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya memiliki status plug and abandon, satu sumur menunggu

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Hasil perkembangan dari metode seismik ini, khususnya dalam

PEMODELAN RESERVOIR BATUPASIR A, FORMASI MENGGALA DAN PENGARUH HETEROGENITAS TERHADAP OOIP, LAPANGAN RINDANG, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel...

Transkripsi:

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNIK Pada Program Studi Teknik Geofisika Oleh : BAHARIANTO I.P. 1 2 3 0 2 0 1 3 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS ILMU KEBUMIAN DAN TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

HALAMAN PENGESAHAN INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH Oleh : BAHARIANTO I.P. 1 2 3 0 2 0 1 3 Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Darharta Dahrin NIP : 131 467 109

KATA PENGANTAR Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak dan Ibu di Purworejo atas segala dukungan baik yang bersifat moril dan material selama ini. Dan tanpa doa restu keduanya mustahil bagi penulis menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Mbak Andri dan Dimas di Yogya, yang selalu menyindir sekaligus memberikan doa dan semangat selama penulisan tugas akhir ini. 3. Dr. Darharta Dahrin, M.Sc., selaku dosen pembimbing atas bantuan, bimbingan dan arahannya selama penulis mengerjakan tugas akhir. 4. Dr. Darharta Dahrin, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Teknik Geofisika ITB dan Dr.rer.nat. Wahyudi W. Parnadi selaku Sekretaris Program Studi Teknik Geofisika ITB atas diskusi dan pengetahuan selama penulis mengerjakan tugas akhir ini. 5. Susanti Alawiyah, S.T., M.T., selaku dosen wali yang telah memberikan nasehat dan bimbingan selama masa studi. 6. Seluruh Staf Pengajar di lingkungan Program Studi Teknik Geofisika atas dedikasi dan bekal pengetahuan yang diberikan selama perkuliahan. 7. Mbak Lilik, Ibu Ning, Staf Penata Usaha dan seluruh karyawan Program Studi Teknik Geofisika ITB atas dedikasinya dan kemudahan selama penulis melakukan perkuliahan. iii

8. Arif, Saor, Rio, Aang, Budi dan Andre para pejuang metoda gayaberat atas semua diskusi dan pencerahan yang penulis dapat selama penulisan tugas akhir ini. 9. Muty Desrini dan Ermin atas segala kritik, diskusi dan arahannya selama penulis menyusun tugas akhir. 10. Jon, Boy, Aking, Agoy, Rangga, Deni dan teman-teman angkatan 2002 atas segala dukungan dan kerjasama selama menempuh studi. 11. Saudaraku satu rumah Dea, Miftah, Fendi, Wiwit dan Irawan yang telah bersama-sama berjuang di perantauan ini. 12. Terakhir, terima kasihku untuk Nila Rau Fanza atas doa, diskusi dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna karena masih terbatasnya pengetahuan yang penulis miliki sehingga saran dan kritik yang bermanfaat sangat diharapkan. Akhirnya semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bandung, Mei 2007 Penulis iv

ABSTRAK INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH Identifikasi ketersediaan cadangan hidrokarbon diantaranya bisa diketahui dengan menggambarkan struktur geologi bawah permukaan. Penggambaran struktur bawah permukaan pada penelitian ini dilakukan dengan metoda gaya berat yang mengukur variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa pada batuan. Selain itu, untuk mengurangi kesalahan penggambaran struktur bawah tanah, diperlukan analisa turunan kedua dan analisa spektrum Analisa second horizontal derivative diperlukan untuk mengetahui kriteria struktur bawah permukaan yang berupa anomali negatif. Anomali negatif yang bersumber dari sedimentary basin menjadi penting karena merupakan daerah potensial yang dimungkinkan terdapat cadangan hidrokarbon. Sedangkan analisa spektrum mampu menghasilkan estimasi kedalaman sumber penyebab anomali yang membantu proses pembuatan model dua dimensi. Pemodelan dua dimensi anomali gaya berat dibuat menggunakan software Grav2DC. Pemodelan menunjukkan bahwa daerah Luwuk Selatan mempunyai prospek cadangan hidrokarbon. Anomali negatif yang muncul pada daerah penelitian disebabkan oleh adanya sedimentary basin atau cekungan sedimen. Pada daerah penelitian terdapat suatu cekungan sedimen besar berarah Barat-Timur yang dapat dilihat polanya pada peta anomali Bouguer. kata kunci : gaya berat, second horizontal derivative, anomali negatif, pemodelan i

ABSTRACT GRAVITY ANOMALY INTERPRETATION OF LUWUK, CENTRAL SULAWESI One of many methods to estimate hydrocarbon reserve is subsurface geological structure modeling. In this research writer used gravity method which measuring the gravity field variation caused by densities variation among the rocks. Negative anomaly analysis and spectral analysis are used to reduce the ambiguity of subsurface modeling, Second horizontal derivative analysis used to analyze negative anomaly caused by geological structures down below. Negative anomaly caused by sedimentary basin is very important structure since sedimentary basin is potential for hydrocarbon reserve. While spectral analysis generates the depth estimation that caused by the source of anomaly which help the two dimensions forward modeling. Software Grav2DC are used to make the two dimensional forward modeling. Forward modeling generates that South Luwuk area has possibility containing hydrocarbon reserve. The negative anomaly caused by the same sedimentary basin. This East-West sedimentary basin can be seen by observing the pattern of negative anomaly in the contoured anomaly Bouguer map. keywords : gravity, second horizontal derivative, negative anomaly, forward modeling ii

DAFTAR ISI Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran Hlm i ii iii v vii ix x I. Pendahuluan 1.2. Latar belakang 1 1.3. Perumusan masalah 1 1.4. Ruang Lingkup Penelitian 2 1.5. Tujuan Penelitian 3 1.6. Sistematika Penyajian Laporan 4 II. Tinjauan Geologi Regional 2.1. Tinjauan Umum 5 2.2. Fisiografi 6 2.3. Stratigrafi 8 2.4. Banggai Basin 10 2.5. Struktur dan Tektonika 13 III. Teori Dasar 3.1. Prinsip Dasar Gravitasi 15 3.1.1. Hukum Newton 15 3.1.2. Percepatan Gravitasi 16 3.1.3. Potensial Gravitasi 16 3.1.4. Satuan Gaya Berat 16 3.2. Koreksi dalam Metoda Gaya Berat 17 3.2.1 Koreksi Pasang Surut 17 3.2.2 Koreksi Apungan 18 3.2.3 Koreksi Udara Bebas 19 v

3.2.4 Koreksi Bouguer 20 3.2.5 Koreksi Medan 20 3.3. Estimasi Densitas Batuan Rata-rata 21 3.4. Analisa Spektrum 22 3.5. Kriteria Anomali Negatif 24 IV. Pengolahan Dan Analisa Anomali Bouguer 4.1. Anomali Bouguer 28 4.1.1 Analisa Anomali Bouguer 31 4.2. Analisa Spektrum 34 4.2.1 Lintasan A-A 34 4.2.2 Lintasan C-C 35 4.2.3 Lintasan D-D 35 4.3. Kriteria Anomali Negatif 36 4.3.1 Analisa Second Horizontal Derivative 37 4.3.2 Pola Anomali Negatif 41 4.4. Pemodelan 42 4.4.1 Lintasan A-A 43 4.4.2 Lintasan C-C 45 4.4.3 Lintasan D-D 47 4.5. Analisa Petroleum System 48 4.5.1 Batuan Induk 49 4.5.2 Batuan Reservoir 49 4.5.3 Batuan Tudung 50 4.5.4 Perangkap Hidrokarbon 50 4.5.5 Petroleum System 51 4.5.5.1 Lintasan A-A 51 4.5.5.2 Lintasan C-C dan D-D 51 V. Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan 53 6.2. Saran 54 Daftar Pustaka 55 vi

DAFTAR GAMBAR Hlm Gambar 1.1. Daerah lokasi penelitian 2 Gambar 1.2. Peta titik-titik observasi terhadap garis pantai 3 Gambar 2.1. Peta Sulawesi dan mendala geologinya 6 Gambar 2.2. Fisiografi daerah Luwuk 7 Gambar 2.3. Kolom Stratigrafi daerah penelitian 8 Gambar 2.4. Peta Geologi Daerah Penelitian 10 Gambar 2.5. Peta Banggai Basin 11 Gambar 2.6. Pembagian Formasi Salodik 11 Gambar 2.7. Peta lokasi eksplorasi di Banggai Basin 12 Gambar 2.8 Perkembangan Tektonik 14 Gambar 3.1. Gaya tarik-menarik benda 15 Gambar 3.2. Gambar desain rangkaian tertutup 18 Gambar 3.3. Koreksi Udara Bebas 19 Gambar 3.4. Koreksi Bouguer 20 Gambar 3.5. Koreksi Medan 21 Gambar 3.6. Metode Nettleton untuk estimasi densitas 21 Gambar 3.7. Pembagian zona anomali dengan grafik Ln A vs K 24 Gambar 3.8. Perhitungan SHD 25 Gambar 3.9. Respon SHD dan anomali Bouguer pada struktur cekungan dan intrusi 25 Gambar 4.1. Diagram alir pengolahan data 27 Gambar 4.2. Grafik antara Gobs dan stasiun pengukuran 29 Gambar 4.3. Grafik antara Elevasi dan stasiun pengukuran 29 Gambar 4.4. Grafik perbandingan beberapa rapat massa 30 Gambar 4.5. Grafik nilai Korelasi 30 Gambar 4.6. Peta Geologi dan titik-titik Pengamatan 32 Gambar 4.7. Peta Anomali Bouguer 33 Gambar 4.8. Pembagian zona anomali lintasan A-A 34 Gambar 4.9. Pembagian zona anomali lintasan C-C 35 Gambar 4.10. Pembagian zona anomali lintasan D-D 36 vii

Gambar 4.11. Lokasi anomali negatif yang dianalisa pada lintasan A-A 37 Gambar 4.12. Lokasi anomali negatif yang dianalisa pada lintasan A-A 38 Gambar 4.13. Lokasi anomali negatif yang dianalisa pada lintasan A-A 38 Gambar 4.14. Perkiraan Pola Cekungan 41 Gambar 4.15. Model dua dimensi lintasan A-A' 43 Gambar 4.16. Model dua dimensi lintasan C-C 45 Gambar 4.17. Model dua dimensi lintasan D-D 47 viii

DAFTAR TABEL Hlm Tabel 1. Korelasi dan Densitas 30 Tabel 2. Nilai turunan kedua tiap lintasan 39 Tabel 3. Kontras Densitas yang digunakan dalam pemodelan 42 ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Nilai CBA pada jarak 1100-1700 meter pada lintasan A-A Lampiran B Nilai SHD sesar-1 pada jarak 1200-1400 meter pada lintasan A-A Lampiran C Nilai CBA pada jarak 6300-6900 meter pada lintasan A-A Lampiran D Nilai SHD sesar-2 pada jarak 6700-6800 meter pada lintasan A-A Lampiran E Nilai CBA pada jarak 5100-5600 meter pada lintasan A-A Lampiran F Nilai SHD struktur cekungan pada jarak 5300-5500 meter pada lintasan A-A Lampiran G Nilai CBA pada jarak 5100-5600 meter pada lintasan C-C Lampiran H Nilai SHD sesar-1 pada jarak 5300-5400 meter pada lintasan C-C Lampiran I Nilai CBA pada jarak 8200-8700 meter pada lintasan C-C Lampiran J Nilai SHD sesar-2 pada jarak 8400-8600 meter pada lintasan C-C Lampiran K Nilai CBA pada jarak 16100-16700 meter pada lintasan C-C Lampiran L Nilai SHD sesar-3 pada jarak 16200-16300 meter pada lintasan C-C Lampiran M Nilai CBA pada jarak 9100-9800 meter pada lintasan C-C Lampiran N Nilai SHD struktur cekungan pada jarak 9400-9600 meter pada lintasan C-C Lampiran O Nilai CBA pada jarak 8600-9100 meter pada lintasan D-D Lampiran P Nilai SHD sesar-1 pada jarak 8700-8800 meter pada lintasan D-D Lampiran Q Nilai CBA pada jarak 11200-11700 meter pada lintasan D-D Lampiran R Nilai sesar-2 pada jarak 11300-11400 meter pada lintasan D-D Lampiran S Nilai CBA pada jarak 19500-20200 meter pada lintasan D-D Lampiran T Nilai SHD sesar-3 pada jarak 19900-20000 meter pada lintasan D-D Lampiran U Nilai CBA pada jarak 10200-10700 meter pada lintasan D-D Lampiran V Nilai SHD struktur cekungan pada jarak 10500-10600 meter pada lintasan D-D x