Budidaya Kopi Robusta di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
Dairi merupakan salah satu daerah

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

I B M KELOMPOK TANI KOPI RAKYAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama

PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER )

Komasti, Varietas Komposit Kopi Arabika Tahan Penyakit Karat Daun. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

Ketersediaan klon kakao tahan VSD

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors. L. Setyobudi

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

Perbanyakan In-Vitro Klon-Klon Unggul Lokal Kopi Bengkulu. Reny Fauziah Oetami 1)

Prospek Klon-Klon Lokal Kopi Robusta Asal Bengkulu. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

BAB I PENDAHULUAN. tanaman ini sangat perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

Kasus Desa Sebadak Raya: Dapatkah Budidaya Kopi Mendukung Keberhasilan Hutan Desa?

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Way Kanan merupakan salah satu wilayah pemekaran dari wilayah

Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!!

Oleh : Ulfah J. Siregar

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

PERTUMBUHAN TANAMAN KAKAO HASIL SAMBUNG SAMPING (SIDE GRAFTING) PADA JUMLAH SAMBUNGAN DAN LINGKAR BATANG YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. perkebunan, khususnya pada sektor tanaman karet. Penduduk di Desa Negeri

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Christina Oktora Matondang, SP dan Muklasin, SP

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) termasuk tumbuhan berbatang lunak atau

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

Identifikasi Spesies Nematoda Parasit Kopi Arabika pada Beberapa Areal Calon Lahan di Jawa Barat. Soekadar Wiryadiputra 1)

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN KOPI ROBUSTA

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

:Agronomi dan agroindustri sebagai pembudidaya dan supplier komoditas buah naga segar.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

Budidaya Kopi Robusta di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan Fitria Yuliasmara 1) dan Novie Pranata Erdiansyah 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Areal tanaman kopi di Kabupaten Muara Enim menurut BPS tahun 2011 seluas 23.400 ha. Kopi Robusta merupakan salah satu komoditas unggulan yang mempunyai peranan cukup penting dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Muara Enim. Selain menjadi sumber penghasilan masyarakat, kopi Robusta juga merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup potensial. Kabupaten Muara Enim merupakan pusat produksi kopi Robusta di Provinsi Sumatera Selatan. Peluang pasar kopi yang masih terbuka serta luasnya ketersediaan lahan merupakan potensi yang patut dipertimbangkan dalam upaya pengembangan kopi di Kabupaten Muara Enim. Proses budidaya kopi mulai dari pembibitan sampai dengan panen telah diamati oleh tim peneliti agronomi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, petani di Kabupaten Muara Enim melakukan usaha budidaya kopi berdasarkan kebiasaan yang telah dilakukan secara turun menurun. Budidaya kopi Robusta dilakukan cukup baik dengan mengandalkan budaya yang berkembang pada masyarakat setempat. Bahan Tanam Bahan tanaman merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan usaha tani kopi. Bahan tanam kopi yang digunakan di Kabupaten Muara Enim sebagian besar merupakan kopi Robusta lokal yang berasal dari biji kopi dari tanaman lokal yang berbuah lebat. Kopi Robusta merupakan jenis kopi yang bersifat serbuk silang, sehingga biji yang ditanam akan menghasilkan individu tanaman yang beragam akibat adanya segregasi pada saat penyerbukan tanaman. Petani di Kabupaten Muara Enim telah melakukan penyambungan kopi Robusta, yang dalam istilah lokal disebut dengan stek. Pelaksanaan stek umumnya dilakukan dengan menggunakan klon-klon unggul yang berasal dari petani di Lampung, seperti klon Tugusari, Sidodadi, BP 939, BP 936 serta klon Bengkok yang berasal dari Bengkulu. Penggunaan klonklon ung g ul terseb ut secara nyata telah meningkatkan produktivitas tanaman kopi petani, sehingga kegiatan stek mulai ditiru oleh petani lain di daerah tersebut. 11 <<

Keragaan tanaman kopi Robusta TBM 2 di Kecamatan Semendo Pembibitan Pembibitan kopi di Kabupaten Muara Enim dilakukan dengan sangat sederhana yaitu dengan membuat persemaian dengan membersihkan lahan dari rumput, penggemburan tanah, pemberian pembatas menggunakan kayu atau bambu untuk menghindari perusakan oleh hewan ternak dan babi liar serta tanpa penggunaan tanaman penaung. Setelah bibit berumur tiga bulan, bibit dipindahkan ke polibag atau langsung ditanam di lapangan. Pembibitan kopi di Kecamatan Semendo, Kabupaten Muara Enim Pola Tanam dan Penaung Pertanaman kopi di Muara Enim dikelola secara High Density Planting (HDP) yaitu pertanaman dengan populasi yang tinggi menggunakan jarak tanam 1,6 2,5 m, sehingga populasi tanaman mencapai 3.000 4.000 tanaman/ha. Penanaman umumnya dilakukan pada lahan miring dengan menggunakan sistem kontur (sabuk gunung). Penggunaaan sistem HDP yang disertai dengan perawatan yang baik menghasilkan produktivitas tanaman yang sangat tinggi. Namun, jika perawatan yang dilakukan tidak sesuai dengan standar baku teknis maka yang terjadi adalah kompetisi antar tanaman kopi dalam memperebutkan air, nutrisi maupun sinar matahari sehingga pertumbuhan dan produktivitas tanaman kurang maksimal. Daerah sentra penghasil kopi Robusta di Muara Enim yang tersebar di empat Kecamatan, yaitu Tanjung Agung, Semendo Darat Laut, Semendo Darat Tengah dan Semendo Darat Ulu memiliki topografi pegunungan dengan kelerengan sedang hingga curam. Meskipun demikian, sebagian besar petani kopi di wilayah kecamatan tersebut umumnya belum menggunakan sistem teras massal (teras bangku) untuk pertanaman kopinya, sebagian besar menggunakan sistem >> 12

Kebun kopi dengan jarak tanam sangat rapat Pola tanam kopi tanpa penaung dan teras Pola tanam kopi tanpa penaung 13 <<

teras individu atau tidak menggunakan teras sama sekali. Kebiasaan ini sangat menyulitkan dalam melakukan pemeliharaan kebun juga berbahaya bagi pekebun mengingat topografi lereng yang cukup curam. Dari aspek lingkungan, ketiadaan teras akan mengakibatkan laju erosi tanah terutama top soil berlangsung lebih cepat sehingga degradasi lahan berlangsung lebih cepat. Secara umum, pertanaman kopi di Kabupaten Muara Enim tidak menggunakan tanaman penaung. Proses fisiologis tanaman kopi yang ditanam tanpa naungan akan berjalan lebih cepat sehingga memungkinkan produktivitas tanaman kopi dapat lebih tinggi. Akan tetapi, tanaman kopi yang ditanam tanpa penaung akan memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan menggunakan penaung. Risiko tersebut antara lain umur produktif kopi lebih pendek, dibutuhkan perawatan ekstra seperti pemupukan dan penyiraman intensif. Sistem Pangkasan Pangkasan pada tanaman kopi merupakan salah satu penentu produktivitas tanaman. Sistem pangkasan yang tepat akan menghasilkan tanaman kopi yang memiliki produktivitas tinggi, stabil dan mudah dalam perawatan. Pada zaman dahulu, tanaman kopi dibiarkan tumbuh secara alami hingga mencapai ketinggian lebih dari lima meter, sehingga pemanenan dilakukan dengan cara memanjat pohon atau menggunakan tangga. Pangkasan kopi dilakukan oleh pekebun dengan tujuan membatasi ketinggian tanaman kopi sehingga pemanenan tidak terlalu sulit dilakukan. Metode pangkasan sederhana dilakukan dengan melakukan pemenggalan batang utama toping pada ketinggian tertentu. Metode ini memudahkan petani untuk melakukan pengelolaan pada tanaman kopi. Kerusakan toping, tanaman kopi menjadi lebih pendek sehingga jumlah populasi per hektar dapat meningkat dan produktivitas dalam satuan luas juga meningkat. Di sisi lain, jumlah tenaga kerja yang digunakan akan berkurang sehingga keuntungan petani dapat meningkat. Secara umum terdapat tiga tipe pangkasan kopi di Muara Enim yaitu: 1. Pangkasan batang ganda Tanaman kopi dibiarkan tumbuh dengan batang tunggal sampai tanaman berumur sekitar tiga tahun. Selanjutnya, dilakukan toping pada ketinggian 150 170 cm yang bertujuan untuk memb atasi keting gian tanaman. Perlakuan top ing akan mem atahkan dom inasi ap ikal sehingga menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman. Terhambatnya pertumbuhan vegetatif tanaman menyebabkan tanaman memasuki fase generatif, sehingga pada tahun keempat terjadi p anen raya atau dalam bahasa setem p at disebut Panen Agung. Cabang yang berbuah pada saat panen agung merupakan cabang B1 yaitu cabang yang berbuah satu kali sehingga jumlah dompol dalam satu cabang sekitar 12 18 dan jumlah buah dalam satu dompol rata-rata lebih dari 15 buah. Pada umur lima tahun terjadi panen agung kedua dengan produktivitas lebih rendah dari tahun sebelumya. Hal tersebut disebabkan cab ang yang b erb uah p ada tahun kelim a m erupakan cab ang B2 yaitu cab ang yang p ernah b erbuah dua kali sehingg a jum lah dompol dalam satu cabang dan jumlah buah dalam satu dompol lebih sedikit dari tahun sebelumnya. Setelah panen ag ung kedua, produktivitas kopi menurun sehingga petani memelihara 2 4 tunas air atau trubusan yang diproyeksikan sebagai batang baru menggantikan batang lama yang sudah tua dan menurun produktivitasnya. Terdapat dua variasi sistem batang ganda yang dilakukan yaitu: a) batang yang tumbuh dari tunas air dibiarkan tinggi sampai ketinggian 3 4 meter. Setelah batang sangat tinggi dan produktivitas sudah mulai sangat sedikit, dilakukan peremajaan batang baru dari tunas air di pangkal batang. Panen dilakukan dengan cara merundukkan batang kopi dan b) batang ganda dengan kombinasi toping dengan melakukan toping tanaman pada ketinggian 150 170 cm terhadap batang tersebut sehingga tanaman kopi menjadi lebih pendek. >> 14

Pembungaan dan pembuahan kopi saat panen agung pertama Pembuahan panen agung kedua 15 <<

Kopi tua dengan produktivitas menurun (kiri); mengganti dengan tunas baru (kanan) Tanaman kopi dibiarkan tumbuh tinggi (kiri); batang ganda kopi dengan Topping (kanan) 2. Pangkasan Batang Tunggal Sistem Payung Tahap awal pertumbuhan sama seperti pada sistem batang ganda yaitu dilakukan toping pada ketinggian 150 170 cm. Pada saat tanaman berumur empat dan lima tahun tanaman kopi mengalami panen agung. Setelah panen agung kedua, pekebun mulai melakukan pemotongan terhadap cabang buah primer yang sudah kurang produktif. Selanjutnya, cabang sekunder yang tumbuh diseleksi dan dipelihara untuk menumbuhkan cabang buah sekunder untuk pembuahan tahun berikutnya. Letak cabang yang memutar yang hanya berada di ujung atas batang tanaman kopi dan berada dalam posisi melingkar menyebabkan bentuk tanaman kopi tersebut menyerupai payung sehingga disebut pangkasan sistem payung. Namun, kemampuan dan pengetahuan pekebun kopi untuk melakukan manajemen cabang masih sangat beragam dan masih sangat terbatas sehingga produktivitas yang dihasilkan tanaman kopi tetap mengalami penurunan setelah panen agung kedua. >> 16

Pangkasan tipe payung 3. Pangkasan Batang Tunggal Sistem Tak Ent Satu Etape Tahap awal pertumbuhan sama seperti pada sistem batang ganda yaitu toping pada ketinggian 150 170 cm. Pada tanaman kopi berumur empat dan lima tahun, tanaman akan mengalami panen agung. Setelah panen agung kedua pekebun melakukan penyambungan di ujung tanaman kopi dengan menggunakan cabang buah/cabang plagiotrop atau dikenal dengan metode tak ent atau oleh masyarakat setempat disebut dengan stek. Pada penyambungan tersebut petani menggunakan entres dari cabang plagiotroph dari klon Bengkok dan Tugusari. cabang primer sebagai penghasil buah menyebabkan serangan penggerek batang kopi sangat tinggi. Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab sistem pangkasan batang ganda tidak digunakan di Indonesia adalah adanya serangan penggerek batang kopi yang banyak menyerang pada cabang primer dan sedikit pada cabang sekunder dan tersier. Cabang primer banyak terserang hama penggerek cabang (kiri); Cabang sekunder sedikit terserang penggerek cabang (kanan) Pangkasan batang tunggal dengan penaung tanaman sengon di Desa Rekimai, Kecamatan Semendo Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim Hama dan Penyakit Hama utama yang menyerang pertanaman kopi di Kabupaten Muara Enim adalah penggerek batang. Sistem pertanaman batang ganda dengan 17 << Panen Panen menentukan kualitas mutu fisik dan citarasa kopi. Panen yang baik dilakukan dengan cara petik buah merah minimal 95%. Namun, umumnya petani kopi Robusta di Kecamatan Semendo belum melakukan petik merah. Petani melakukan petik racut untuk mempercepat proses panen dan aliran kas (cash flow).

Kunjungan TIM Kementerian Hukum dan Ham dalam Assesment Indikasi Geografis di Semendo Muara Enim dan Kelompok Tani Bukit Indah sebagai kelompok sampel Pendampingan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Muara Enim telah dihasilkan 10 kelompok tani yang memproses kopi dengan metode pengolahan yang baik (petik merah 95%). Salah satu kelompok tani tersebut adalah Kelompok Tani Bukit Indah yang berlokasi di Desa Pulo Panggung Kecamatan Semendo Darat Laut, Kabupaten Muara Enim. Pada bulan Agustus 2015 telah dilakukan asessmen dari Kementerian Hukum dan HAM untuk menilai kesiapan Kabupaten Muara Enim untuk memperoleh sertifikat Indikasi Geografis kopi Robusta Semendo. Berdasarkan hasil asesmen dari Kementrian Hukum dan HAM, 10 kelompok tani yang tergabung dalam Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) kopi Robusta Sem endo telah menerapkan SOP (Standard Operational Procedure) pengolahan kopi Robusta dengan baik. Penutup Kopi Robusta di Kabupaten Muara Enim khususnya di Kecamatan Semendo dibudidayakan dengan cukup baik berdasarkan kearifan lokal yang ada di daerah tersebut. Luasan lahan kopi yang cukup tinggi di Kabupaten Muara Enim, yaitu 23.400 ha tentunya mempunyai peranan cukup penting dalam pembangunan perekonomian di Kabupaten Muara Enim. Proses budidaya seperti pembibitan, penggunaan tanaman penaung, pemangkasan dan pemanenan masih dapat dimaksimalkan untuk mencapai produksi yang lebih tinggi dan harga yang lebih menarik. Oleh karena itu diperlukan kontribusi yang lebih besar dari sektor pemerintah dan swasta untuk terus memfasilitasi kegiatan pembinaan petani dalam menghasilkan kopi yang produktif dan bermutu tinggi. Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dr. Surip Mawardi dan Tim Pendampingan Kopi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Kabupaten Muara Enim tahun 2013 2015. Semoga informasi ini dapat bermanfaat dan mempromosikan kopi Robusta asal Kabupaten Muara Enim. Sumber Pustaka 1) Anonim (2010). Muara Enim Dalam Angka, Badan Pusat Statistik, 35p. 2) Erdiansyah, N.P. dan F. Yuliasmara (2016). Pengelolaan Penaung dalam Kopi: Sejarah Botani Proses Produksi, Pengolahan, Produk Hilir dan Sistem Kemitraan. Gadjah Mada University Press. 890p. 3) Hartobudoyo, S. (1975). Pangkasan Kopi. Balai Penelitian Perkebunan Jember, 63p. 4) Rahardjo, P. (2012). Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. 217p. 5) Yuliasmara, F.; Suhartono dan R. Hulupi (2016). Pangkasan Tanaman Kopi dalam Kopi: Sejarah Botani Proses Produksi, Pengolahan, Produk Hilir dan Sistem Kemitraan. Gadjah Mada University Press. 890p. **0** >> 18