HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Penambahan Tepung Labu Kuning Dan Tepung Kepala Udang Terhadap Peningkatan Kualitas Warna Ikan Mas Koki (Carassius auratus)

PENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN RAINBOW MERAH (Glossolepis incisus, Weber 1907) MELALUI PENGKAYAAN SUMBER KAROTENOID TEPUNG KEPALA UDANG DALAM PAKAN

PENINGKATAN KUALITAS WARNA IKAN RAINBOW KURUMOI (Melanotaenia sp.) MELALUI PENAMBAHAN TEPUNG UDANG REBON PADA PELET KOMERSIAL AI TETY NURBAETY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

I. PENDAHULUAN. seluas seluas hektar dan perairan kolam seluas hektar (Cahyono,

Pengaruh Pemberian Nilai Konsentrasi Tepung Spirulina platensis yang Berbeda Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Komet (Carassius auratus)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat atau dalam bahasa latin disebut Lycopersicum esculentum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

Tingkat Kelangsungan Hidup

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

MODIFIED TOCA COLOUR FINDER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi jalar termasuk tumbuhan semusim (annual) yang memiliki

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

EFEKTIVITAS PEMBERIAN ASTAXANTHIN PADA PENINGKATAN KECERAHAN WARNA IKAN BADUT (Amphiprion ocellaris) ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KLASIFIKASI, FUNGSI DAN METABOLISME VITAMIN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan kehidupan makhluknya termasuk manusia agar dapat

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging dengan bobot badan 1,9 kg

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

BAB I PENDAHULUAN. berjalannya waktu. Hal ini merupakan pertanda baik khususnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

Transkripsi:

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%) sebesar 37,71%, pakan B (udang rebon 15%) sebesar 36,69%, kemudian pakan A (udang rebon 0%) sebesar 35,85%. Sementara itu, kadar lemak untuk setiap pakan perlakuan hampir sama antara lain, kadar lemak tertinggi terdapat pada pakan perlakuan B (udang rebon 15%) yaitu sebesar 4,13%, pakan A (udang rebon 0%) sebesar 3,74%, pakan C (udang rebon 30%) sebesar 3,55% dan pakan D (udang rebon 45%) sebesar 3,13%. Kadar abu tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 23,79%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%) sebesar 20,44%, pakan B (udang rebon 15%) sebesar 17,85%, kemudian pakan A (udang rebon 0%) sebesar 15,34%. Kadar serat kasar tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu sebesar 3,30% kemudian diikuti pakan B (udang rebon 15%) sebesar 2,99%, pakan C (udang rebon 30%) sebesar 2,58% dan pakan A (udang rebon 0%) sebesar 1,94%. Adapun kadar air tertinggi terdapat pada pakan perlakuan C (udang rebon 30%) yaitu sebesar 10,71%, kemudiaan diikuti pakan D (udang rebon 45%) sebesar 9,83%, pakan B (udang rebon 15%) sebesar 8,23% dan pakan A (udang rebon 0%) sebesar 6,80%. Diagram mengenai analisa kandungan nutrisi (proksimat) pakan perlakuan (udang rebon) dapat dilihat pada Gambar 2. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 35,85 36,69 37,71 39,11 3,74 4,13 3,55 3,13 15,34 17,85 20,44 23,79 1,94 2,99 2,58 3,30 6,80 8,23 10,71 9,83 36,33 30,11 25,01 20,84 protein lemak abu serat kasar air BETN A ( rebon 0%) B ( rebon 15%) C ( rebon 30%) D ( rebon 45%) Proksimat (%) Gambar 2. Kandungan proksimat pakan perlakuan 8

3.1.1 Peningkatan Warna Orange pada Sirip Punggung Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna orange pada sirip punggung ikan rainbow kurumoi. Peningkatan warna orange pada sirip punggung yang dialami perlakuan B (udang rebon 15%) tidak berbeda nyata terhadap perlakuan C (udang rebon 30%) dan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu berkisar (-). Sementara itu, peningkatan warna orange pada sirip punggung yang dialami perlakuan B (udang rebon 15%), C (udang rebon 30%) dan perlakuan D (udang rebon 45%) berbeda nyata terhadap perlakuan A (udang rebon 0%) yaitu berkisar (-,67). Berdasarkan data di atas, diperoleh diagram nilai rata-rata peningkatan warna orange pada sirip punggung ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari berdasarkan standar warna TCF (Toca Color Finder) seperti yang terlihat pada Gambar 3. 916,00,00,00,67,67,67,33,67 Warna TCF,00,00,00,33,67 910,00 909,00 0 10 20 30 40 Nilai rata-rata pada hari ke- Gambar 3. Tingkat warna orange pada sirip punggung 3.1.2 Peningkatan Warna Orange pada Sirip Anal Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna orange pada sirip anal ikan rainbow kurumoi. Peningkatan warna orange tertinggi terdapat pada perlakuan D (udang rebon 45%) yang warnanya meningkat berkisar antara (-), kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan C (udang rebon 30%) berkisar (-,67), ikan yang diberi pakan perlakuan B (udang rebon 9

15%) berkisar antara (-) dan yang terakhir ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) berkisar antara (-,67). Berdasarkan data di atas, diperoleh diagram nilai rata-rata peningkatan warna orange pada sirip anal ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari berdasarkan standar warna TCF (Toca Color Finder) seperti yang terlihat pada Gambar 4. Warna TCF 910 910,67,33,67,67 0 10 20 30 40 Nilai rata-rata pada hari ke- Gambar 4 Tingkat warna orange pada sirip anal 3.1.3 Peningkatan Warna Orange pada Sirip Ekor Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna orange pada sirip ekor ikan rainbow kurumoi. Peningkatan warna orange tertinggi terdapat pada perlakuan B (udang rebon 15%) yang warnanya meningkat berkisar antara (-,67), kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan C (udang rebon 30%) berkisar (-), ikan yang diberi pakan perlakuan D (udang rebon 45%) berkisar antara (-) dan yang terakhir ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) berkisar antara (-,67). Dari data di atas, diperoleh diagram rata-rata peningkatan warna orange pada sirip ekor ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari berdasarkan standar warna TCF (Toca Color Finder) seperti yang terlihat pada Gambar 5. 10

Warna TCF 916,33,33,67,33,67,67,67,67 910 909 0 10 20 30 40 Nilai rata-rata pada hari ke- Gambar 5. Tingkat warna orange pada sirip ekor 3.1.4 Peningkatan Warna Orange pada Badan Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna orange pada badan ikan rainbow kurumoi. Peningkatan warna orange tertinggi terdapat pada perlakuan B (udang rebon 15%) yang warnanya meningkat berkisar antara (-,67), kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan C (udang rebon 30%) tidak berbeda nyata terhadap ikan yang diberi pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu berkisar antara (-) dan yang terakhir ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) berkisar antara (-). Dari data di atas, diperoleh diagram rata-rata peningkatan warna orange pada badan ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari berdasarkan standar warna TCF (Toca Color Finder) seperti yang terlihat pada Gambar 6. Warna TCF 910,67,67,67,33,67,67,67,33,67 0 10 20 30 40 Nilai rata-rata pada hari ke- Gambar 6. Tingkat warna orange pada badan 11

3.1.5 Bobot Tubuh Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan bobot tubuh ikan rainbow kurumoi. Peningkatan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan B (udang rebon 15%) yang bobotnya mencapai 3,31 g, kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) yang bobotnya mencapai 3,22 g, ikan yang diberi pakan perlakuan C (udang rebon 30%) yaitu mencapai 3,19 g dan ikan yang diberi pakan perlakuan D (udang rebon 45%) mencapai 2,89 g. Dari data di atas, diperoleh diagram rata-rata bobot tubuh ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari seperti yang terlihat pada Gambar 7. 5 4,56 Bobot (g) 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 2,23 2,42 2,24 2,23 2,68 2,84 2,48 2,53 3,52 3,93 3,36 1,99 3,67 3,69 3,36 3,22 3,31 3,19 2,89 0,5 0 0 hari 10 hari 20 hari 30 hari 40 hari Pemeliharaan ke- Gambar 7. Bobot rata-rata tubuh ikan rainbow kurumoi 3.1.6 Panjang Tubuh Ikan Rainbow Kurumoi Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan panjang total tubuh ikan rainbow kurumoi. Peningkatan panjang total tertinggi terdapat pada perlakuan C (udang rebon 30%) yang mencapai 6 cm, kemudian ikan yang diberi pakan perlakuan A (udang rebon 0%) mencapai 5,85 cm, ikan yang diberi pakan perlakuan B (udang rebon 15%) yaitu mencapai 5,83 cm dan ikan yang diberi pakan perlakuan D (udang rebon 45%) mencapai 5,77 cm. Dari data di atas, diperoleh diagram rata-rata panjang total tubuh ikan rainbow kurumoi tiap per sepuluh hari seperti yang terlihat pada Gambar 8. 12

7,00 6,00 5,23 5,27 5,17 5,18 5,44 5,86 5,87 5,62 5,83 6,09 6,04 5,88 6,07 6,44 6,12 5,84 5,85 5,83 6 5,77 5,00 Panjang (cm) 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 0 hari 10 hari 20 hari 30 hari 40 hari Pemeliharaan ke- Gambar 8. Panjang total rata-rata tubuh ikan rainbow kurumoi 3.2 Pembahasan Penelitian ini melakukan rekayasa bahan baku dengan teknologi sederhana dengan penambahan tepung udang rebon pada pelet komersial. Tepung udang rebon adalah hasil pengolahan udang rebon yang biasa digunakan dalam masakan atau konsumsi manusia. Pemanfaatan udang rebon ini dilakukan karena udang rebon dinilai sangat murah untuk dijadikan sebagai bahan tambahan pakan ikan hias dengan tujuan meningkatkan kualitas warna ikan hias (Suyatmo 2000). Tepung udang rebon mengandung bahan-bahan seperti mineral, protein, kitin, dan karotenoid. Oleh karena itu, tepung udang rebon dapat ditambahkan ke dalam pakan buatan sebagai sumber astaxanthin alami. Adapun komposisi nutrisi udang rebon menurut Suwoyo dan Mangampa (2008) antara lain lemak (11,88%), protein (41,13%), serat kasar (1,48%), kadar abu (13,30%) dan kadar air (4,25%). Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5 dan Gambar 6 dapat dilihat bahwa peningkatan warna orange mulai tampak terjadi pada hari ke 20 dan mencapai puncaknya pada hari ke 40. Hal ini disebabkan karena pemberian pakan dengan penambahan tepung udang rebon yang mengandung karotenoid telah terserap secara maksimal sehingga dapat mempertajam warna orange pada sirip punggung, sirip anal, sirip ekor dan badan rainbow kurumoi. Hal ini sesuai menurut Satyani dan Sugito (1997) dalam Mara (2010) bahwa peningkatan warna mulai terlihat setelah dua minggu perlakuan dan 13

peningkatan warna masih terus terlihat sampai dengan hari ke 40. Akan tetapi, terdapat penurunan warna atau warna menjadi pudar pada setiap perlakuan. Hal ini terjadi dikarenakan ikan dimungkinkan mengalami stres terhadap lingkungan yaitu kualitas air pemeliharaan. Hal ini sesuai menurut Tappin (2010) bahwa tingkat stres dapat mempengaruhi warna ikan hias. Tingkat stres ini bisa ditimbulkan perubahan suhu serta kondisi kualitas air lainnya. Selain itu, menurut Sulawesty (1997) dalam Mara (2010) bahwa faktor yang dapat mempengaruhi penurunan kecerahan warna pada ikan hias antara lain kondisi ikan stres sebagai akibat dari kualitas air yang menurun. Rata-rata peningkatan warna orange pada sirip punggung, sirip anal, sirip ekor dan pada badan terendah terdapat pada perlakuan A (udang rebon 0%). Sedangkan rata-rata peningkatan warna orange tertinggi terdapat pada perlakuan D (udang rebon 45%). Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang lebih besar memiliki kandungan karotenoid yang lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih kecil. Hal ini sesuai menurut pendapat Sulawesty (1997) dalam Mara (2010), bahwa ikan rainbow yang diberikan karotenoid dengan konsentrasi tertinggi memberikan perubahan warna pada tubuh dan sirip paling tinggi. Akan tetapi, kemungkinan peningkatan kualitas warna berbanding terbalik dengan konsentrasi karotenoid yang diberikan bisa terjadi ketika asupan nutrisi yaitu pakan yang berkarotenoid tidak di imbangi dengan kualitas air yang mendukung sehingga ikan tidak mengalami stres. Hal ini sesuai menurut Tappin (2010) bahwa peningkatan kualitas warna pada ikan hias dengan teknologi pengkayaan pakan atau lingkungan tidak bersifat permanen dikarenakan adanya keterkaitan antara faktor nutrisi, genetika, lingkungan serta faktor lain yang mempengaruhi. Perlunya menciptakan nutrisi dan lingkungan yang tetap terkontrol untuk memperoleh warna yang diinginkan. Perlakuan A (udang rebon 0%) menunjukkan bahwa warna pada tubuh ikan juga mengalami peningkatan selama penelitian. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya usia ikan rainbow kurumoi. Semakin bertambah usia dan ukuran tubuh ikan, maka warna pada tubuhnya akan semakin meningkat dan jelas terlihat. Hal ini sesuai menurut Strebakken (1992) dalam Mara (2010), bahwa ada 14

beberapa faktor yang mempengaruhi pigmentasi antara lain, ukuran, umur ikan, perkembangan seksual dan faktor genetik. Berdasarkan hasil pengamatan ikan rainbow kurumoi yang diberi pakan dengan penambahan tepung udang rebon, memberikan peningkatan kualitas warna hingga akhir penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa tepung udang rebon tersebut mengandung karotenoid. Selain itu, ikan merupakan salah satu hewan yang tidak dapat mensintesis karotenoid sendiri, sehingga pada saat ditambahkan sumber karotenoid ke dalam pakannya warna kulit tubuhnya akan meningkat. Ikan jantan dewasa akan menyimpan karotenoid pada kulit tubuhnya sehingga warna akan semakin jelas terlihat pada perkembangan seksualnya. Menurut Bjerkeng et al. (1992) dalam Mara (2010), bahwa pada penelitian Bjerkeng et al. terhadap ikan rainbow trout, bahwa kandungan atau akumulasi karotenoid pada ikan dewasa jantan lebih banyak terdapat di bagian kulit, pada ikan dewasa betina lebih banyak terdapat di bagian daging atau otot. Karotenoid yang terdapat dalam jenis udang-udangan berfungsi sebagai peningkat warna pada tubuh ikan dan merupakan komponen utama pembentuk pigmen merah dan kuning (Bjerkeng et al. 1992 dalam Mara, 2010 ). Selain itu, menurut Iwasaki dan Murakoshi (1992) dalam Mara (2010) bahwa senyawa karotenoid mempunyai aktivitas antioksidan untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi dan beberapa senyawa karotenoid merupakan prekursor vitamin A. Menurut Latscha (1991) dalam Mara (2010) bahwa karotenoid secara struktural berhubungan dengan sumber-sumber utama vitamin A, retinol dan β-karoten. Karotenoid merupakan bentuk aktif dari vitamin A. Sebagian besar vitamin A terdapat dalam bentuk eter esensial retinil bersama karotenoid akan larut dalam lemak. Proses pencernaan lemak dalam lambung tidak begitu efektif karena pada lambung tidak terdapat enzim yang dapat mencerna lemak. Cairan digestif yang berperan pada proses pencernaan lemak tersebut berasal dari hati, pankreas dan dinding usus sehingga proses pencernaan lemak secara intensif dimulai pada segmen usus. Karotenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada bagian usus oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Lipase pankreatik akan menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak. Garam empedu 15

berfungsi sebagai pengemulsi lemak sehingga terbentuk partikel lemak berukuran kecil yang disebut micelle yang mengandung asam lemak monogliserid dan kolesterol (Affandi et al. 2005). Rahayu (2008) dalam Mara (2010) menambahkan bahwa dalam sitoplasma sel mukosa usus halus, karotenoid dipecah menjadi retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan diserapnya asam lemak secara difusi pasif kemudian digabungkan dengan kilomikron lipoprotein yang merupakan asam lemak dan monogliserida yang dibentuk menjadi trigliserida atau lipid kemudian berkumpul membentuk gelembung dan bergabung dengan lipoprotein lalu diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya micelle bersama dengan retinol masuk kedalam saluran darah dan ditransportasikan menuju ke hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil palmitat. Apabila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat akan diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) atau retinol binding protein (RBP) yang disintesis dalam hati. Selanjutnya, ditransfer ke protein lain untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Dengan demikian, karotenoid yang terdapat dalam tepung udang rebon dapat terserap dalam tubuh. Penyerapan karotenoid dalam sel-sel jaringan akan mempengaruhi sel-sel pigmen (kromatofor) dalam kulit ikan. Kandungan astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen merah pada sel pigmen merah (erithophores) sehingga warna merah dan jingga yang dihasilkan akan tampak lebih jelas. Menurut Vevers (1982) dalam Mara (2010), karotenoid pada hewan berperan dalam pemberian warna kuning, jingga dan merah. Namun bila berikatan dengan protein akan menjadi karotenoprotein, yang menghasilkan warna biru dan ungu. Karotenoid tersebut diidentifikasi sebagai astaxanthin dan canthaxanthin. Berikut ini, ikan uji selama 40 hari pemeliharaan. 16

1 Gambar 9. Ikan rainbow kurumoi kontrol (1) dan ikan rainbow kurumoi yang diberi perlakuan tepung udang rebon (2) Sementara itu, data hasil pengukuran terhadap pertumbuhan diperoleh data bahwa setiap perlakuan tidak berbeda nyata, menunjukkan pemberian tepung udang rebon pada pakan yang diberikan, tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ikan rainbow kurumoi. Hal ini disebabkan kurangnya kecernaan pakan dengan tambahan tepung udang rebon yaitu tingginya serat kasar pakan yang diberi perlakuan tepung udang rebon. Menurut Wiadnya et al. (2000), salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan adalah aspek fisiologi pencernaan dan pakan yaitu terkait dengan kondisi internal ikan sehubungan dengan kemampuan ikan dalam mencerna dan memanfaatkan pakan untuk pertambahan bobot tubuh dan panjang tubuh. Menurut Cho et al. (1985) dalam Haetami (2002), serat kasar akan berpengaruh terhadap nilai kecernaan protein. Serat kasar yang tinggi menyebabkan semakin berkurangnya masukan protein yang dapat dicerna. Zat gizi pakan dan pertumbuhan ikan merupakan faktor pembatas pertumbuhan. Kecernaan adalah bagian pakan yang dikonsumsi dan tidak dikeluarkan menjadi feses (Maynard et al. 1979 dalam Haetami 2002). Berdasarkan data selama pemeliharaan, diperoleh data pertumbuhan yang mengalami penurunan antara lain penurunan bobot dan penurunan panjang total tubuh ikan. Penurunan bobot tubuh ikan mulai terjadi pada hari ke 20 yaitu pada perlakuan D (udang rebon 45%) kemudian hari ke 30 naik dan pada hari ke 40 terjadi penurunan bobot tubuh ikan pada setiap perlakuan. Hal ini dimungkinkan karena terkait dengan nafsu makan ikan yang cenderung rendah pada perlakuan D 2 17

(udang rebon 45%) dibandingkan perlakuan dengan dosis tepung udang rebon yang lebih rendah. Kemungkinan pakan dengan dosis udang rebon 45% memiliki bau yang lebih menyengat dibandingkan dengan pakan pada perlakuan lainnya sehingga mempengaruhi nafsu makan ikan. Hal ini sesuai menurut Parakkasi (1986) dalam Nurfadhillah (2010) bahwa kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit) dan tekstur pakan mempengaruhi nafsu makan ikan. Selain itu, kondisi ikan yang stres akibat dari penanganan saat pengambilan data sampling, kondisi ikan yang sakit serta perubahan lingkungan dapat menyebabkan nafsu makan berkurang. Hal ini sesuai menurut Huaolian et al. (2002), bahwa selain dikarenakan jumlah energi pada pakan, pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi juga oleh kondisi ikan ketika stres, sakit atau adanya perubahan lingkungan tempat hidupnya. Sementara itu, untuk penurunan panjang total tubuh ikan terjadi pada hari ke 40. Penurunan panjang total tubuh ikan terjadi karena ikan terserang penyakit yang menyebabkan bagian sirip ekornya luka atau geripis sehingga mempengaruhi proses pengukuran panjang total tubuh ikan. Ikan mengalami sakit pada minggu terakhir pemeliharaan, ikan tidak mau makan dan sirip bagian ekor mengalami luka-luka sehingga bagian siripnya geripis atau hilang sebagian. Menurut Tappin (2010), penyakit yang biasa menyerang ikan rainbow yaitu sejenis patogen yang menyebabkan jamur pada tubuh ikan, luka pada sirip ekor dan nafsu makan ikan menurun. 18