BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

umum, ini dikuatkan lagi dengan akta yang dikeluarkan adalah alat bukti pemerintah dalam menjalankan jabatannya.

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat autentik dari

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia peraturan mengenai notaris dicantumkan dalam Reglement op het

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kegiatannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan budaya manusia yang telah mencapai taraf yang luar biasa. Di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi diantara masyarakat itu sendiri semakin menjadi kompleks. satu fungsi hukum adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan kegiatan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang

BAB I PENDAHULUAN. autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana yang telah di atur

BAB I PENDAHULUAN. lagi dalam pembuatan akta otentik yang merupakan perbuatan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Komanditer atau sering disebut dengan CV (Commanditaire. pelepas uang (Geldschieter), dan diatur dalam Kitab Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mencatat bahwa pada era reformasi terjadi perubahan pada lembaga Notariat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. 2009, hlm Penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat terhadap jasa Notaris tidak dapat dihindarkan karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris 2

DAFTAR PUSTAKA , 2010, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, PT. Refika Aditama, Bandung.

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. hlm Hartanti Sulihandari dan Nisya Rifiani, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, Jakarta Timur, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia bisnis di Indonesia, juga turut berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar bagi kehidupan manusia. Manusia akan beralih dari

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur di dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD) 1945, Pasal 1 ayat (3) yang dirumuskan dalam amandemen ketiga tanggal 10 November 2001. Adapun konsekuensi dari paham negara hukum tersebut adalah seluruh sendi kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berdasarkan pada dan tidak boleh menyimpang pada norma-norma hukum yang berlaku di Indonesia. 3 Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan pada kebenaran dan keadilan. Kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum dalam lalu lintas hukum pada umumnya memerlukan alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. Terkait dengan pembuktian kepastian hak dan kewajiban hukum seseorang dalam kehidupan masyarakat, salah satunya dilakukan dengan peran yang dimainkan oleh Notaris. Profesi notaris telah lama dikenal di Indonesia, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pada awalnya, keberadaan notaris merupakan suatu kebutuhan 3 Sjaifurrachman & Habib Adjie, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, Mandar Maju, Bandung, hlm. 1

2 bangsa Eropa Indonesia dalam upaya menciptakan akta otentik, khususnya dalam bidang perdagangan. 4 Dewasa ini, profesi notaris kian populer di kalangan masyarakat. Keberadaannya semakin dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat otentik atas suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat. Dikarenakan alasan tersebut maka tidak jarang berbagai peraturan perundang-undangan mewajibkan perbuatan hukum tertentu dibuat dalam bentuk akta otentik. Pengertian Notaris di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris ( selanjutnya disebut UUJN) yaitu : Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. Dasar utama suatu profesi notaris adalah kepercayaan sehingga notaris tersebut menanggung amanah yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya. Nilai lebih dari suatu profesi adalah sejauh apakah seorang profesional mampu menahan godaan atas kepercayaan yang diembankan kepada mereka padahal godaan dan kesempatan untuk melakukan penyelewengan kepercayaan begitu besar. 5 4 Hartanti Sulihandari & Nisya Rifiani,2013, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, JakartaTimur, hlm. 2 5 Abdul Ghofur Anshori,2013, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII Press, Ctk Kedua, Yogyakarta, hlm. 1

3 Notaris merupakan profesi hukum dan merupakan suatu profesi mulia (nobile officium). Disebut nobile officium dikarenakan profesi notaris sangat erat hubungannya dengan kemanusiaan. Akta yang dibuat oleh notaris dapat menjadi alas hukum atas status harta benda, hak dan kewajiban seseorang. Kekeliruan atas akta notaris dapat menyebabkan tercabutnya hak seseorang atau terbebaninya seseorang atas suatu kewajiban. 6 Di Indonesia para notaris dibekali dengan pengetahuan hukum yang mendalam, karena mereka tidak hanya berkewajiban mengesahkan tanda tangan, melainkan juga menyusun aktanya dan memberikan advisenya sebelum dibuatnya suatu akta. Dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pejabat umum, terkadang Notaris berurusan dengan proses hukum. Pada proses hukum ini Notaris harus memberikan keterangan dan kesaksian menyangkut isi akta yang dibuatnya. Dengan diletakkannya tanggung jawab secara hukum dan etika kepada Notaris, maka kesalahan yang terjadi pada Notaris lebih banyak disebabkan oleh keteledoran Notaris yang tidak mengindahkan aturan hukum dan nilai-nilai etika seorang Notaris. Notaris tidak dapat dilepaskan dari perbuatan yang menyimpang atau perbuatan yang melawan hukum. Karena seorang Notaris tetap seorang manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Notaris harus siap untuk menghadapi jika sewaktu-waktu dijadikan pihak yang terlibat dalam 6 Ibid, hlm. 25

4 perkara bidang Hukum Perdata maupun Hukum Pidana, yang diakibatkan dari produk hukum yang dibuatnya. Sehingga dalam menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa cukup banyak perkaraperkara perdata maupun pidana yang terjadi dikarenakan perilaku Notaris yang tidak professional dan memihak salah satu pihak pada akta-akta yang dibuatnya. Akibat dari perbuatan tersebut mengakibatkan beberapa Notaris yang telah ditetapkan sebagai tersangka, terdakwa dan dipidana. 7 Salah satu perbuatan melawan hukum yang terjadi di Kota Tarakan yaitu ada notaris membuat salinan akta berbeda dengan minuta aktanya. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh notaris tersebut dapat mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum yang seharusnya diperoleh oleh para pihak. Pertanggungjawaban ditentukan oleh perbuatan melawan hukum yang dilakukan dan akibat hukum yang ditimbulkan. Secara umum pertanggungjawaban yang biasa dikenakan terhadap notaris adalah pertanggungjawaban pidana, perdata, dan administrasi. Pertanggungjawaban apabila melakukan perbuatan melawan hukum pidana dijatuhi sanksi pidana, pertanggungjawaban apabila melakukan perbuatan melawan hukum perdata dijatuhi sanksi perdata, perbuatan melawan hukum secara administrasi dijatuhi sanksi administrasi. Istilah perbuatan melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan perbuatan pidana. Perbuatan melawan 7 Pertanggungjawaban notaris yang melakukan perbuatan melawan hukum dalam pembuatan akta otentik http://www.pps.unud.ac.id/thesis, diakses pada tanggal 15 Oktober 2015

5 hukum tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan dengan Undang-Undang pidana saja tetapi juga perbuatan tesebut bertentangan dengan undang-undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan hukum yang tidak tertulis. Perbuatan melawan hukum dalam konteks Pidana dengan konteks hukum perdata adalah lebih dititikberatkan pada sifat hukum pidana sebagai hukum publik dan hukum perdata yang bersifat sebagai hukum privat. Sesuai dengan sifatnya sebagai hukum publik, maka dengan perbuatan pidana, ada kepentingan umum yang dilanggar (di samping mungkin juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat hukum perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan pribadi saja. 8 Tanggung jawab yang dimiliki oleh notaris dalam membuat akta serta dan berprilaku harus mendapatkan pengawasan dan pembinaan agar tidak terjebak dalam perbuatan melawan hukum. Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) mengatur bahwa yang berwenang melakukan pengawasan dan pembinan terhadap Notaris adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum yaitu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Dalam melaksanakan pengawasan tersebut Menteri membentuk Majelis Pengawas (MP). Majelis Pengawas di dalam Pasal 1 angka 6 UUJN adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan 8 Munir Fuady, 2013, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 22

6 pengawasan terhadap Notaris. Pengawasan dimaksud meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris (Pasal 67 ayat (5) UUJN). Majelis pengawas terdiri atas Majelis Pengawas Pusat (MPP) dibentuk dan berkedudukan di ibukota negara, Majelis Pengawas Wilayah (MPW) dibentuk dan berkedudukan di Ibukota Provinsi, Majelis Pengawas Daerah dibentuk di Kabupaten atau Kota. Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud berjumlah 9 (sembilan) orang, yang terdiri atas unsur : a. Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang; b. Organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang; c. Ahli/akademisi sebanyak 3 (tiga) orang Hal ini peran Majelis Pengawas Daerah Kota Tarakan diperlukan dalam mencegah perbuatan melawan hukum dan memberikan pengawasan dan pembinaan agar setiap notaris menjunjung tinggi harkat dan martabat, serta dalam menjalankan tugas jabatannya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut lebih lanjut dengan menitikberatkan pada rumusan masalah: 1. Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh notaris di kota Tarakan? 2. Faktor apa saja yang menjadi kendala Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum dan upaya apa saja yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) untuk mengatasi kendala tersebut? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) dan melalui media internet, tesis mengenai Peranan Majelis Pengawas Daerah dalam Mencegah Terjadinya Perbuatan Melawan Hukum oleh Notaris di Kota Tarakan belum pernah ditulis atau diteliti oleh orang lain. walaupun demikian, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan Majelis Pengawas Daerah. Adapun hasil penelitian tersebut adalah:

8 1. Tesis yang dibuat oleh Andre Ambrosius Abraham Paat, tahun 2014 yang berjudul Peran Majelis Pengawas Daerah dalam Mengawasi Notaris di Kota Manado. 9 a. Bagaimanakah peran Majelis Pengawas Daerah dalam mengawasi Notaris di Kota Manado? b. Apa kendala yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah dalam melaksanakan pengawasan terhadap Notaris di Kota Manado? c. Apa upaya yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah untuk mengatasi kendala dalam melaksanakan tugas pengawasan Notaris di Kota Manado? Kesimpulan dari penelitian ini adalah peran Majelis Pengawas Daerah dalam mengawasi Notaris di Kota Manado yaitu dalam bentuk preventif dengan melakukan pemeriksaan secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah Kota Manado yaitu keterbatasan waktu untuk mengadakan pertemuan antara anggota Majelis Pengawas Daerah, Keterbatasan dana operasional dan honor untuk menunjang pelaksanaan pengawasan Majelis Pengawas Daerah terhadap notaris di Kota Manado, Sumber daya manusia dari anggota Majelis Pengawas Daerah berkaitan dengan pengetahuan dan wawasan dibidang kenotariatan. Upaya yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah untuk mengatasi hambatan-hambatan yaitu dengan mengadakan rapat atau pertemuan 9 Andre Ambrosius Abraham Paat, 2014, Peran Majelis Pengawas Daerah dalam Mengawasi Notaris di Kota Manado, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan UGM, Yogayakarta

9 yang terlebih dahulu dikomunikasikan kepada seluruh anggota jauhjauh hari, keterbatasan dana operasional diatasi dengan menggunakan dana pribadi dari masing-masing anggota MPD. 2. Tesis yang dibuat oleh Hastari Endah Rahayu, tahun 2014 yang berjudul Peran Majelis Pengawas Daerah dalam Pengawasan Tugas Notaris di Kabupaten Cilacap. 10 a. Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah (MPD) terkait kewajiban dan larangan Notaris di Kabupaten Cilacap? b. Kendala apa saja yang dihadapi Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam melaksanakan pengawasan terhadap Notaris di Kabupaten Cilacap? Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengawasan yang dilakukan oleh anggota MPD di Kabupaten Cilacap meliputi 2 (dua) tindakan yaitu tindakan preventif (pemeriksaan berkala setahun satu kali) dan represif (memberikan sanksi disertai dengan kegiatan pembinaan). Kendala yang dihadapi yaitu minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) dari kalangan akademisi, kurangnya anggaran operasional dan honor bagi anggota MPD dan keterbatasan waktu karena anggota MPD mempunyai latar belakang pekerjaan yang berbeda. 10 Hastari Endah Rahayu, 2014, peran Majelis Pengawas Daerah dalam Pengawasan Tugas Notaris di Kabupaten Cilacap, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta

10 Berdasarkan kedua tesis di atas dapat dilihat adanya kesamaan mengenai tema yang diteliti, yaitu berkenaan dengan kinerja Majelis Pengawas Daerah dalam membina dan mengawasi Notaris yang ada di wilayah yang menjadi kewenangannya. Perbedaan penelitian ini terletak pada pembahasanya mengenai Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh notaris di kota Tarakan, Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam melakukan pengawasan terhadap notaris di Kota Tarakan dan Apa upaya yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) untuk mengatasi kendala dalam menjalankan pengawasan terhadap Notaris di kota Tarakan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dapat dianggap asli dan layak untuk dilakukan, namun jika masih terdapat penelitian serupa di luar sepengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi. D. Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis, diantaranya: 1. Manfaat Praktis Diharapkan dapat memberikan wawasan, pengetahuan, dan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada Masyarakat pada umumnya maupun pihak-pihak yang terkait dalam

11 pelaksanaan jabatan notaris mengenai pengawasan Majelis Pengawas Daerah. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kenotariatan. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran Majelis Pengawas Daerah dalam mencegah terjadinya Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Notaris di Kota Tarakan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dan upaya Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum terhadap notaris di Kota Tarakan.