1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur di dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD) 1945, Pasal 1 ayat (3) yang dirumuskan dalam amandemen ketiga tanggal 10 November 2001. Adapun konsekuensi dari paham negara hukum tersebut adalah seluruh sendi kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus berdasarkan pada dan tidak boleh menyimpang pada norma-norma hukum yang berlaku di Indonesia. 3 Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan pada kebenaran dan keadilan. Kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum dalam lalu lintas hukum pada umumnya memerlukan alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. Terkait dengan pembuktian kepastian hak dan kewajiban hukum seseorang dalam kehidupan masyarakat, salah satunya dilakukan dengan peran yang dimainkan oleh Notaris. Profesi notaris telah lama dikenal di Indonesia, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka yaitu pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Pada awalnya, keberadaan notaris merupakan suatu kebutuhan 3 Sjaifurrachman & Habib Adjie, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta, Mandar Maju, Bandung, hlm. 1
2 bangsa Eropa Indonesia dalam upaya menciptakan akta otentik, khususnya dalam bidang perdagangan. 4 Dewasa ini, profesi notaris kian populer di kalangan masyarakat. Keberadaannya semakin dibutuhkan dalam membuat suatu alat bukti tertulis yang bersifat otentik atas suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat. Dikarenakan alasan tersebut maka tidak jarang berbagai peraturan perundang-undangan mewajibkan perbuatan hukum tertentu dibuat dalam bentuk akta otentik. Pengertian Notaris di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris ( selanjutnya disebut UUJN) yaitu : Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. Dasar utama suatu profesi notaris adalah kepercayaan sehingga notaris tersebut menanggung amanah yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya. Nilai lebih dari suatu profesi adalah sejauh apakah seorang profesional mampu menahan godaan atas kepercayaan yang diembankan kepada mereka padahal godaan dan kesempatan untuk melakukan penyelewengan kepercayaan begitu besar. 5 4 Hartanti Sulihandari & Nisya Rifiani,2013, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi Notaris, Dunia Cerdas, JakartaTimur, hlm. 2 5 Abdul Ghofur Anshori,2013, Lembaga Kenotariatan Indonesia Perspektif Hukum dan Etika, UII Press, Ctk Kedua, Yogyakarta, hlm. 1
3 Notaris merupakan profesi hukum dan merupakan suatu profesi mulia (nobile officium). Disebut nobile officium dikarenakan profesi notaris sangat erat hubungannya dengan kemanusiaan. Akta yang dibuat oleh notaris dapat menjadi alas hukum atas status harta benda, hak dan kewajiban seseorang. Kekeliruan atas akta notaris dapat menyebabkan tercabutnya hak seseorang atau terbebaninya seseorang atas suatu kewajiban. 6 Di Indonesia para notaris dibekali dengan pengetahuan hukum yang mendalam, karena mereka tidak hanya berkewajiban mengesahkan tanda tangan, melainkan juga menyusun aktanya dan memberikan advisenya sebelum dibuatnya suatu akta. Dalam menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai pejabat umum, terkadang Notaris berurusan dengan proses hukum. Pada proses hukum ini Notaris harus memberikan keterangan dan kesaksian menyangkut isi akta yang dibuatnya. Dengan diletakkannya tanggung jawab secara hukum dan etika kepada Notaris, maka kesalahan yang terjadi pada Notaris lebih banyak disebabkan oleh keteledoran Notaris yang tidak mengindahkan aturan hukum dan nilai-nilai etika seorang Notaris. Notaris tidak dapat dilepaskan dari perbuatan yang menyimpang atau perbuatan yang melawan hukum. Karena seorang Notaris tetap seorang manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Notaris harus siap untuk menghadapi jika sewaktu-waktu dijadikan pihak yang terlibat dalam 6 Ibid, hlm. 25
4 perkara bidang Hukum Perdata maupun Hukum Pidana, yang diakibatkan dari produk hukum yang dibuatnya. Sehingga dalam menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa cukup banyak perkaraperkara perdata maupun pidana yang terjadi dikarenakan perilaku Notaris yang tidak professional dan memihak salah satu pihak pada akta-akta yang dibuatnya. Akibat dari perbuatan tersebut mengakibatkan beberapa Notaris yang telah ditetapkan sebagai tersangka, terdakwa dan dipidana. 7 Salah satu perbuatan melawan hukum yang terjadi di Kota Tarakan yaitu ada notaris membuat salinan akta berbeda dengan minuta aktanya. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh notaris tersebut dapat mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum yang seharusnya diperoleh oleh para pihak. Pertanggungjawaban ditentukan oleh perbuatan melawan hukum yang dilakukan dan akibat hukum yang ditimbulkan. Secara umum pertanggungjawaban yang biasa dikenakan terhadap notaris adalah pertanggungjawaban pidana, perdata, dan administrasi. Pertanggungjawaban apabila melakukan perbuatan melawan hukum pidana dijatuhi sanksi pidana, pertanggungjawaban apabila melakukan perbuatan melawan hukum perdata dijatuhi sanksi perdata, perbuatan melawan hukum secara administrasi dijatuhi sanksi administrasi. Istilah perbuatan melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan perbuatan pidana. Perbuatan melawan 7 Pertanggungjawaban notaris yang melakukan perbuatan melawan hukum dalam pembuatan akta otentik http://www.pps.unud.ac.id/thesis, diakses pada tanggal 15 Oktober 2015
5 hukum tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan dengan Undang-Undang pidana saja tetapi juga perbuatan tesebut bertentangan dengan undang-undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan hukum yang tidak tertulis. Perbuatan melawan hukum dalam konteks Pidana dengan konteks hukum perdata adalah lebih dititikberatkan pada sifat hukum pidana sebagai hukum publik dan hukum perdata yang bersifat sebagai hukum privat. Sesuai dengan sifatnya sebagai hukum publik, maka dengan perbuatan pidana, ada kepentingan umum yang dilanggar (di samping mungkin juga kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum dalam sifat hukum perdata maka yang dilanggar hanya kepentingan pribadi saja. 8 Tanggung jawab yang dimiliki oleh notaris dalam membuat akta serta dan berprilaku harus mendapatkan pengawasan dan pembinaan agar tidak terjebak dalam perbuatan melawan hukum. Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) mengatur bahwa yang berwenang melakukan pengawasan dan pembinan terhadap Notaris adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum yaitu Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Dalam melaksanakan pengawasan tersebut Menteri membentuk Majelis Pengawas (MP). Majelis Pengawas di dalam Pasal 1 angka 6 UUJN adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk melaksanakan pembinaan dan 8 Munir Fuady, 2013, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 22
6 pengawasan terhadap Notaris. Pengawasan dimaksud meliputi perilaku Notaris dan pelaksanaan jabatan Notaris (Pasal 67 ayat (5) UUJN). Majelis pengawas terdiri atas Majelis Pengawas Pusat (MPP) dibentuk dan berkedudukan di ibukota negara, Majelis Pengawas Wilayah (MPW) dibentuk dan berkedudukan di Ibukota Provinsi, Majelis Pengawas Daerah dibentuk di Kabupaten atau Kota. Majelis Pengawas sebagaimana dimaksud berjumlah 9 (sembilan) orang, yang terdiri atas unsur : a. Pemerintah sebanyak 3 (tiga) orang; b. Organisasi Notaris sebanyak 3 (tiga) orang; c. Ahli/akademisi sebanyak 3 (tiga) orang Hal ini peran Majelis Pengawas Daerah Kota Tarakan diperlukan dalam mencegah perbuatan melawan hukum dan memberikan pengawasan dan pembinaan agar setiap notaris menjunjung tinggi harkat dan martabat, serta dalam menjalankan tugas jabatannya sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut lebih lanjut dengan menitikberatkan pada rumusan masalah: 1. Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh notaris di kota Tarakan? 2. Faktor apa saja yang menjadi kendala Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum dan upaya apa saja yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) untuk mengatasi kendala tersebut? C. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) dan melalui media internet, tesis mengenai Peranan Majelis Pengawas Daerah dalam Mencegah Terjadinya Perbuatan Melawan Hukum oleh Notaris di Kota Tarakan belum pernah ditulis atau diteliti oleh orang lain. walaupun demikian, penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan Majelis Pengawas Daerah. Adapun hasil penelitian tersebut adalah:
8 1. Tesis yang dibuat oleh Andre Ambrosius Abraham Paat, tahun 2014 yang berjudul Peran Majelis Pengawas Daerah dalam Mengawasi Notaris di Kota Manado. 9 a. Bagaimanakah peran Majelis Pengawas Daerah dalam mengawasi Notaris di Kota Manado? b. Apa kendala yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah dalam melaksanakan pengawasan terhadap Notaris di Kota Manado? c. Apa upaya yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah untuk mengatasi kendala dalam melaksanakan tugas pengawasan Notaris di Kota Manado? Kesimpulan dari penelitian ini adalah peran Majelis Pengawas Daerah dalam mengawasi Notaris di Kota Manado yaitu dalam bentuk preventif dengan melakukan pemeriksaan secara berkala minimal 1 (satu) tahun sekali. Kendala-kendala yang dihadapi oleh Majelis Pengawas Daerah Kota Manado yaitu keterbatasan waktu untuk mengadakan pertemuan antara anggota Majelis Pengawas Daerah, Keterbatasan dana operasional dan honor untuk menunjang pelaksanaan pengawasan Majelis Pengawas Daerah terhadap notaris di Kota Manado, Sumber daya manusia dari anggota Majelis Pengawas Daerah berkaitan dengan pengetahuan dan wawasan dibidang kenotariatan. Upaya yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah untuk mengatasi hambatan-hambatan yaitu dengan mengadakan rapat atau pertemuan 9 Andre Ambrosius Abraham Paat, 2014, Peran Majelis Pengawas Daerah dalam Mengawasi Notaris di Kota Manado, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan UGM, Yogayakarta
9 yang terlebih dahulu dikomunikasikan kepada seluruh anggota jauhjauh hari, keterbatasan dana operasional diatasi dengan menggunakan dana pribadi dari masing-masing anggota MPD. 2. Tesis yang dibuat oleh Hastari Endah Rahayu, tahun 2014 yang berjudul Peran Majelis Pengawas Daerah dalam Pengawasan Tugas Notaris di Kabupaten Cilacap. 10 a. Bagaimanakah pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah (MPD) terkait kewajiban dan larangan Notaris di Kabupaten Cilacap? b. Kendala apa saja yang dihadapi Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam melaksanakan pengawasan terhadap Notaris di Kabupaten Cilacap? Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengawasan yang dilakukan oleh anggota MPD di Kabupaten Cilacap meliputi 2 (dua) tindakan yaitu tindakan preventif (pemeriksaan berkala setahun satu kali) dan represif (memberikan sanksi disertai dengan kegiatan pembinaan). Kendala yang dihadapi yaitu minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) dari kalangan akademisi, kurangnya anggaran operasional dan honor bagi anggota MPD dan keterbatasan waktu karena anggota MPD mempunyai latar belakang pekerjaan yang berbeda. 10 Hastari Endah Rahayu, 2014, peran Majelis Pengawas Daerah dalam Pengawasan Tugas Notaris di Kabupaten Cilacap, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan UGM, Yogyakarta
10 Berdasarkan kedua tesis di atas dapat dilihat adanya kesamaan mengenai tema yang diteliti, yaitu berkenaan dengan kinerja Majelis Pengawas Daerah dalam membina dan mengawasi Notaris yang ada di wilayah yang menjadi kewenangannya. Perbedaan penelitian ini terletak pada pembahasanya mengenai Bagaimana peran Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh notaris di kota Tarakan, Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam melakukan pengawasan terhadap notaris di Kota Tarakan dan Apa upaya yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah (MPD) untuk mengatasi kendala dalam menjalankan pengawasan terhadap Notaris di kota Tarakan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dapat dianggap asli dan layak untuk dilakukan, namun jika masih terdapat penelitian serupa di luar sepengetahuan penulis, diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi. D. Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis, diantaranya: 1. Manfaat Praktis Diharapkan dapat memberikan wawasan, pengetahuan, dan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada Masyarakat pada umumnya maupun pihak-pihak yang terkait dalam
11 pelaksanaan jabatan notaris mengenai pengawasan Majelis Pengawas Daerah. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu kenotariatan. E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran Majelis Pengawas Daerah dalam mencegah terjadinya Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Notaris di Kota Tarakan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dan upaya Majelis Pengawas Daerah (MPD) dalam mencegah terjadinya perbuatan melawan hukum terhadap notaris di Kota Tarakan.