BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Helalth Organization (WHO, 2010) setiap tahunnya sekitar 25 juta perempuan diseluruh dunia diperkirakan mengalami premenopause, jumlah perempuan usia 40 tahun keatas akan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2030 dan sebagian besar tinggal di negara berkembang. Asia pada tahun 2025 jumlah perempuan yang memasuki usia premenopause akan melonjak dari 107 juta jiwa akan menjadi 373 juta jiwa (Yuniwati,2011). Menurut Depkes RI (2010), memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah perempuan yang hidup dalam usia premenopause sekitar 30,3 juta jiwa dengan usia rata-rata premenopause 40 tahun. Indonesia mempunyai 9.2 juta perempuan premenopause dengan status menikah. Berdasarkan sensus penduduk di Indonesia tahun 2013 jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 orang terdiri dari laki-laki 119.630.913 orang sedangkan perempuan sebanyak 118.010.413 orang. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) DIY Yogyakarta tahun 2013 wanita yang mengalami premenopause 15,21 juta jiwa dari total penduduk dengan total 10.8 juta jiwa yang sudah menikah dan 6.13 juta jiwa wanita mengalami premenopause dengan status belum menikah. Peningkatan jumlah usia tua perempuan tentunya akan menimbulkan masalah, apalagi ditambah dengan timbulnya gejala-gejala fisik maupun psikis pada masa premenopause. 1
2 Aprilia dan Puspitasari (2007) menyebutkan bahwa 75% perempuan yang mengalami premenopause akan merasakan premenopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan sekitar 25% tidak merasakan premenopause itu sebagai suatu masalah. Sebelum terjadinya premenopause biasanya didahului dengan premenopause sebagai permulaan transisi yang dimulai 2-5 tahun sebelum premenopause. Masa premenopause terjadi ketidakteraturan siklus haid. Masa ini dimulai sekitar usia 40 tahun. Masa premenopause ditandai menurunnya kadar hormonal estrogen yang sering menimbulkan gejala yang sangat mengganggu aktifitas kehidupan para perempuan. Gejala tersebut menjadi sangat serius apabila tidak ditangani karena dapat menimbulkan perubahan yang menyebabkan kecemasan pada perempuan. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain hot flushes (rasa panas dari dada hingga wajah), night sweat (berkeringat di malam hari), penurunan daya ingat, depresi, rasa cemas (stres), mudah capek dan insomnia atau susah tidur dan 70% wanita premenopause hingga pasca premenopause mengalami keluhan gejala vasomotorik, somatik, psikis dan depresi (Baziad, 2005) Penurunan fungsi reproduksi ini sering menimbulkan kekhawatiran (Proverawati dan Sulistyawati, 2010; Zhou, 2011). Faktor yang berpengaruh terhadap gejala premenopause antara lain perempuan yang belum menikah, perempuan karier yang sudah atau belum berumah tangga dan siklus menstruasi pertama. Latar belakang perempuan sangat berpengaruh terhadap kondisi perempuan dalam menjalani masa premenopause, misalnya apakah perempuan tersebut menikah atau tidak,
3 apakah perempuan tersebut mempunyai suami, anak, cucu, atau keluarga yang membahagiakannya, serta pekerjaan yang mengisi aktivitas sehari-hari (Proverawati dan Sulistyawati, 2010). Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada perempuan premenopause yang dilakukan penelitian oleh Aprilia dan Puspitasari di Surabaya (2007) menyimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, kondisi ekonomi dan gaya hidup dapat dikelola, maka semakin rendah tingkat kecemasan perempuan premenopause yang merupakan pencetus terjadinya stres. Daya tarik dari sebuah pernikahan antara lain adalah keamanan, status dan posisi sosial, memenuhi keinginan untuk memiliki anak, memiliki sebuah saluran yang resmi untuk melakukan hubungan seksual dan juga cinta. Daya tolak dari pernikahan adalah rasa ketidakbahagiaan, kebosanan, komunikasi yang kurang dan rasa yang terjebak dalam sebuah pernikahan.untuk wanita lajang sumber dari rasa keintiman didapatkan dari jalur pertemanan, yang dapat menyediakan kasih sayang, komitmen dan kontinuitas hubungan (Susanto dan Haryono, 2010). Dilihat dari sisi lajang maka keuntungan yang diperoleh antara lain kebebasan, kesenangan, waktu untuk membangun sebuah persahabatan, independensi dalam bidang ekonomi dan rasa kecukupan akan diri sendiri. Dampak negatif dari sisi lajang bahwa ketika memasuki usia 40 tahun, perempuan lajang mulai menyadari adanya kekosongan dalam hidupnya dengan adanya perasaan kesepian. Masalah kesepian ini yang seringkali
4 disorot pada perempuan lajang karena ketidakhadiran pasangan hidup (Stein & Rausa, 2006). Kecemasan adalah salah satu bentuk emosi individual yang berkenan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Hal inilah yang menyebabkan kecemasan pada wanita dewasa madya dengan rentang usia 40-45 tahun memasuki masa premenopause. Banyak wanita diliputi oleh rasa kecemasan menjelang premenopause. Wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause mempunyai rasa takut kehilangan jati diri sebagai wanita dalam hal mempunyai anak, kehilangan nafsu dan kemampuan koitus, kehilangan rasa cinta dari suami. Hubungan seksual tidak sekedar ditunjukkan untuk reproduksi melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang bersifat psikologis yang jika terpenuhi manusia akan merasa puas, bahagia, nyaman, tentram, dan mengalirkan energi baru pada tubuh (Prawirohardjo, 2009). Kecemasan yang dirasakan oleh seorang wanita itu sendiri berbedabeda, bagi wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause tidak menerima dengan realistis perubahan-perubahan tersebut maka akan menimbulkan perasaan khawatir, takut, bahkan cemas dengan datangnya premenopause. Tetapi bagi mereka yang realistis menerima segala perubahan tersebut, maka akan lebih bisa mengarahkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang lebih berarti (Mustopo, 2005).
5 Menurut Wijayanti (2011), prevalensi kecemasan berat wanita pada masa premenopause mencapai (35,5%). Wanita usia pertengahan lebih sering mengalami kecemasan, karena pada masa transisi ini mulai terjadi penurunan fungsi ovarium yang menimbulkan gejala fisik dan psikologis. Menurut Zhou (2011), sindrom premenopause berhubungan dengan gangguan emosional bukan dengan penyakit fisik. Mengingat pentingnya masalah kecemasan bagi wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai kecemasan pada wanita yang belum menikah dalam menghadapi premenopause. Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara yang telah dilakukan peneliti di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta, dari 5 orang wanita premenopause yang belum menikah didapatkan hasil bahwa 4 orang mengeluh menstruasinya tidak teratur, serta sering merasakan semburan panas di wajah, sering berdebar-debar, sering merasa pusing dan mudah lelah. Hal tersebut membuat mereka khawatir dan cemas akan keadaannya saat ini, serta khawatir akan timbulnya penyakit yang sering menyertai pada saat memasuki usia premenopause. Selain itu 1 orang wanita tidak merasa khawatir dan cemas dengan keadaannya saat ini, karena sudah tahu tentang keadaan yang dia alami sekarang, sehingga subjek menganggap bahwa keadaan tersebut merupakan kodrat wanita. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya rasa cemas dan khawatir menghadapi premenopause.
6 Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitianmengenai Gambaran kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana gambaran tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause?. C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan wanita yang belum menikah saat menghadapi premenopause. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik lagi tentang premenopause dan juga dapat menambah ilmu pengetahuannya di lingkungan masyarakat. 2. Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk dapat memberikan referensi faktor lain yang mempengaruhi kecemasan wanita tentang gambaran premenopause terhadap status pernikahan.
7 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini bertujuan untuk dapat menambah kemajuan bagi perkembangan ilmu keperawatan kearah yang lebih berkembang dan lebih maju khususnya premenopause pada wanita. 4. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan wanita yang mengalami premenopause di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan, Kota Yogyakarta. 5. Bagi Masyarakat Memberikan gambaran faktor yang mempengaruhi kecemasan pada wanita premenopause terhadap status pernikahan.
8 E. PenelitianTerkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Novita Fitri Masyarah (2012), STIKES Kusuma Husada Surakarta dengan judul Tingkat Kecemasan Wanita Premenopause Dalam Menghadapi Masa Premenopause di Dusun Kedung Ringin Desa Kedung Waduk Kecamatan Karang Malang Sragen. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, lokasi dan waktu penelitian di dusun Dusun Kedung Ringin Desa Kedung Waduk Kecamatan Karang Malang Sragen tanggal 16 juli 2012, populasi penelitian 56 responden, teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A), teknik analisis data menggunakan univariat. Dari hasil penelitian terhadap 56 responden, diperoleh hasil responden mempunyai tingkat kecemasan ringan sebanyak 24 responden (43%), tingkat kecemasan sedang sebanyak 18 responden (32%), tidak ada kecemasan sebanyak 11 responden (20%), tingkat kecemasan berat sebanyak 3 responden (5%), dan tidak ada responden yang mengalami kecemasan sampai tingkat panik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar tingkat kecemasan responden berdasarkan kategori ringan sebanyak 24 responden (43%). Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel tunggal dan jenis penelitian. Perbedaan penelitian dari peneliti dengan penelitian ini sebelumnya terletak dari rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, serta populasi dan sampel.
9 2. Penelitian yang dilakukan oleh Zhou (2011), topik penelitian The simtomatologi climacteric syndrome: whether associated with the physical factors or psychological disorder in perimenopausal/postmenopausal patients with anxiety depression disorder.penelitian kuantitatif dengan pendekatan Quasi eksperimen. Subyek penelitian 78 wanita perimenopause/premenopause dengan gangguan kecemasan depresi dan 72 wanita tanpa kecemasan depresi sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian ini adalah sindrom klimakterik (gejala somatik) dan gangguan kecemasan depresi berhubungan dengan gangguan emosional tetapi tidak dengan penyakit fisik. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terletak pada subyek penelitian yaitu wanita premenopause yang belum diketahui adanya gangguan kecemasan dan wanita premenopause dengan status perkawinan belum menikah. Sementara subyek pada penelitian Borong Zhou (2011) wanita perimenopause/premenopause dengan gangguan kecemasan depresi. Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, perbedaan terletak pada variabel independen, usia subyek dan kriteria subyek yaitu belum diketahui mengalami gangguan kecemasan. Subyek dalam penelitian ini adalah para wanita premenopause yang tinggal di Kelurahan Patangpuluhan, Kecamatan Wirobrajan. 3. Wijayanti (2011) dengan topik Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan kecemasan wanita premenopause. Penelitian
10 menggunakan metode Quasi-exsperiment. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia masa premenopause usia 40-50 tahun. Pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan jumlah sampel 62 orang. Hasil penelitan ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan terhadap kecemasan, atau pendidikan kesehatan mampu menurunkan kecemasan (p<0,05). Perbedaan antara penelitian Wijayanti (2011), dengan penelitian yang dilakukan terletak pada metode penelitian. Metode penelitian Wijayanti (2011) menggunakan metode Quasi-exsperiment.Pendidikan kesehatan diberikan dengan ceramah. Sedangkan penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode Pra-eksperimen dengan rancangan One Group Pretestand Posttest tanpa kontrol, pendidikan kesehatan menggunakan booklet dilakukan pada wanita premenopause untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan. Menggunakan satu kelompok subjek, dilakukan evaluasi sebelum dan sesudah tindakan. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel tunggal dengan teknik pengambilan populasi yaitu dengan menggunakan teknik Total Sampling. Persamaannya terletak pada usia dan variabel dari premenopause. 4. Indrawati (2008), dengan topik Kecemasan wanita menghadapi premenopause ditinjau dari dukungan suami dan kepercayaan diri. Penelitian menggunakan metode non experimental dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
11 Hasil penelitian terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial suami dan kepercayaan diri terhadap kecemasan wanita menghadapi premenopause. Semakin tinggi dukungan sosial suami dan kepercayaan diri akan semakin rendah kecemasan wanita menghadapi premenopause. Penelitian Indrawati (2008) menggunakan metode non-experimental dengan rancangan cross sectional. Sementara penelitian yang dilakukan menggunakan metode pra-eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest tanpa kontrol, fokusnya pada pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan booklet terhadap pengetahuan dan gejala kecemasan, subyek penelitian para wanita sebelum dan menjelang memasuki masa premenopause. Kelompok subjek di observasi sebanyak dua kali yakni sebelum dan setelah perlakuan. Persamaan dari penelitian ini adalah variabel yang terkait dengan premenopause dan perbedaan dari penelitian ini adalah metode penelitan dimana peneliti tidak meneliti adanya pengaruh dari variabel peneliti. 5. Takamatsu (2004), Study of psychosocial factors in Japanese patients suffering from menopausal disorders. Subyek sebanyak 97 wanita berusia 40 60 tahun yang mengalami gangguan premenopause di klinik premenopause. Hasil penelitian ini 79,4% memiliki beberapa masalah dengan keluarga atau kerabat mereka. Kecemasan yang berhubungan dengan pekerjaan atau kesulitan hidup sering terjadi pada pasien masa premenopause. Keluhan sindrom sarang kosong dilaporkan tinggi pada perempuan yang dilakukan ovariektomi, namun kecemasan terhadap
12 penuaan banyak terjadi pada premenopause alami. Di antara mereka yang bekerja ada 43,8% memiliki masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Perselisihan dengan saudara sedarah (26,8%) dan kecemasan terhadap penuaan (16,5%). Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa masalah dengan keluarga dan kesehatan berpengaruh terhadap gangguan psikososial yang berdampak pada gangguan premenopause. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada subyek penelitian yaitu wanita premenopause berusia 40 45 tahun, belum diketahui adanya gangguan premenopause dan status dari pernikahan yang belum menikah. Sementara subyek pada penelitian Takamatsu (2004) adalah wanita berusia 40 60 tahun dan sudah mengalami gangguan premenopause.