BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah Daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari segi internal yaitu peningkatan kinerja yang optimal dan segi eksternal yaitu adanya tuntutan masyarakat yang menghendaki agar pemerintah daerah mampu menciptakan tujuan masyarakat daerah yang sejahtera sebagai suatu implikasi dari penerapan otonomi daerah yang mengedepankan akuntanbilitas kinerja dan peningkatan pelayanan publik (Abdul Halim, 2007:43). Anggaran sektor publik merupakan (instrument) akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik. Anggaran digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan instansi pemerintah yang menunjukkan bagaimana tahap perencanaan dilaksanakan. Anggaran menggambarkan standar efektifitas dan efisiensi karena memuat suatu set keluaran yang diinginkan (Mardiasmo, 2005;61). Anggaran pada instansi pemerintah, selain berfungsi sebagai alat perencanaan dan alat pengendalian, juga berfungsi sebagai alat akuntabilitas publik, penggunaan anggaran harus dapat di pertanggungjawabkan dengan menggunakan hasil dari dibelanjakannya dana publik tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat diperoleh gambaran mengenai kinerja instansi yang bersangkutan. 1
2 Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan sedangkan akuntanbilitas kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditatapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik (Maryanto, 2012). Anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencaan yang telah disusun. Pengukuran kinerja secara berkelanjutan akan memberikan umpan baik, sehingga upaya perbaikan secara terus menerus akan mencapai keberhasilan di masa mendatang (Bastian, 2006;275) Fenomena yang terjadi di Kota Bandung adalah DPRD Kota Bandung memberikan rekomendasi terhadap Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPD), walikota Bandung tahun 2014 yang harus ditindak lanjuti. Rekomendasi diberikan terkait kinerja 23 satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang dipimpun Ridwan Kamil. Erwan menggungkapkan Walikota diminta penempatan jabatan pimpinan tertinggi di SKPD sesuai Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (ASN) no 5 Tahun 2014, Pejabat tidak boleh lebih dari 5 tahun kecuali berprestasi, karena tidak ada pejabat Kepala SKPD yang memiliki prestasi menonjol. Rekomendasi lainnya tentang pelaporan kinerja dan penyerapan anggaran yang
3 dinilai tidak masuk logika, contoh beberapa SKPD penyerapan anggaran hanya mencapai 80%, tetapi pelaksana kegiatan lebih dari 100% padahal pengajuan anggaran harus berbasis kinerja. Pemkot Bandung harus lebih teliti dalam membuat laporan, jangan sampai ada kesalahan, jika memang benar bias melakukan penghematan cukup besar, maka tahun berikutnya akan ada pemotongan anggaran (Yus Badar, 2015). Hal ini di dukung dengan pernyataan Ombudsman perwakilan Jawa Barat yang merilis hasil survei pelayanan publik Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung. Dalam rilisnya disebutkan, sebanyak 18 SKPD di Pemerintah Kota Bandung masuk zona merah alias buruk dalam pelayanan publik. Kedelapan belas perangkat kerja tersebut adalah: 1. Kecamatan Ujung Berung 2. Badan Kepegawaian Kota Bandung 3. Dinas Komunikasi dan Informatika (UPT Pengaduan Masyarakat), 4. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Rumah Pemotongan Hewan Kota Bandung) 5. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) 6. Dinas Sosial 7. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya 8. Dinas Perhubungan (Pengelolaan Terminal) 9. Kecamatan Kiaracondong 10. Dinas Pemuda dan Olahraga (Gelanggang Olahraga Bandung)
4 11. PD. Kebersihan 12. Kecamatan Astanaanyar 13. Dinas Tenaga Kerja (Balai Latihan Kerja), 14. Dinas Pelayanan Pajak, 15. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Padepokan Seni Mayang Sunda) 16. Dinas Pendidikan ( UPT Pengembangan Kegiatan Pendidikan Nonformal dan Informal) 17. Dinas pengelolaan dan Aset Daerah 18. Pasar Bermartabat. (Wandrik, 2013) PP No 105 dan 108 Tahun 2000 mengatur mengenai penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berdasarkan kinerja. Hal senada juga diungkapkan oleh anggota panitia anggaran (panggar) DPRD Kota Bandung Enridzal Nazar, bahwa APBD merupakan anggaran berbasis kinerja sehingga semua progam harus terukur. APBD juga merupakan salah satu alat penilaian Kinerja Pemerintah Kota Bandung sehingga penyerapannya juga harus digunakan secara maksimal demi meningkatkan pelayanan publik (http://www.infoanda.com 2012).
5 Berikut ini adalah Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung Tahun Anggaran 2013 : Tabel 1.1 Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kota Bandung TA 2012 NO Uraian Tahun Anggaran 2012 Setelah Perubahan Anggaran Reaisasi % PENDAPATAN 1 Pendapatan Asli 23.874.564.694,00 38.849.318.869,00 162,72 Daerah 2 Pendapatan Transfer 2.554.188.249.262,63 2.529.636.608.661,00 99,43 3 Lain-lain pendapatan yang sah JUMLAH PENDAPATAN BELANJA 131.800.491.520,00 131.473.376.510,00 99,75 2.699.863.305.476,63 2,699,959.304.040,00 100,00 1 Belanja Operasi 509.868.964.625,00 488.827.550.001,00 95,87 2 Belanja Tak Terduga 2.693.436.107,38 763.417.844,00 28,34 JUMLAH BELANJA PEMBIAYAAN 512.562.400.732,38 489.590.967.845,00 95,52 1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 293.759.835.532,00 293.759.835.532,00 100,00 2 Pengeluaran Pembiyaan Daerah 39.000.000.000,00 37.969.120.719,00 97,36 JUMLAH PEMBIAYAAN 254.759.835.532,00 255.790.714.813,00 100,40 Sumber: http://portal.bandung.go.id. Data diolah kembali Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa tidak semua penggunaan anggaran mencapai indikator atau kinerja anggaran tidak tepat sasaran. Artinya masih terdapat sejumlah program di Kota Bandung yang masih kurang optimal ditunjukan dengan rencana anggaran yang ditetapkan dengan realisasi anggaran kegiatan terdapat lebih atau ketidak tercapaian. Hal ini terlihat dari selisih antara anggaran dengan realisasi. Karakteristik belanja tidak langsung pada dasarnya merupakan belanja yang digunakan secara bersama-sama (common cost) untuk melaksanakan seluruh program atau kegiatan unit kerja. Oleh karena itu anggaran belanja tidak langsung
6 dalam satu tahun harus dialokasikan ke setiap program atau kegiatan unit kerja yang akan dilaksanakan dalam tahun anggaran yang bersangkutan (www.anggaran.depkeu.go.id). Tabel 1.2 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tidak Langsung Kota Bandung Tahun Anggaran 2012 No SKPD Alokasi A Urusan Wajib Anggaran Realisasi % 1 Pendidikan 1,227,357.75 1,300,830.85 105.99 2 Kesehatan 210,047.43 212,668.30 101.25 3 Pekerjaan Umum 528,228.06 370,745.97 70.19 4 Perumahan 54,695.49 50,330.51 92.02 5 Penataan Ruang 59,211.92 53,602.61 90.53 6 Perencanaan Pembangunan 22,735.51 22,533.30 99.11 7 Perhubungan 59,098.57 53,511.01 90.55 8 Lingkungan Hidup 26,533.98 24,250.98 91.40 9 Pertanahan 220,644.07 214,714.49 97.31 10 Kependudukan dan Catatan Sipil 15,419.11 15,532.58 100.74 11 Pemberdayaan Perempuan 800.00 681.96 85.24 12 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera 8,848.93 8,982.39 101.51 13 Sosial 23,564.21 18,717.07 79.43 14 Tenaga Kerja 14,163.14 14,013.07 98.94 Koperasi dan Usaha Kecil 15 Menengah 12,288.47 13,324.72 108.43 16 Penanaman Modal 12,815.69 14,626.13 114.13 17 Kebudayaan 2,300.80 2,312.70 100.52 18 Pemuda dan Olah Raga 25,779.61 18,770.01 72.81 19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri 30,817.25 33,320.53 108.12 20 Pemerintahan Umum 1,024,051.35 987,508.20 96.43 21 Kepegawaian 0.00 0.00 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 2,720.68 2,764.73 101.62 22 23 Statistik 0.00 0.00 24 Kearsipan 2,571.72 2,725.62 105.98 25 Komunikasi dan Informatika 13,103.21 15,335.68 117.04 26 Ketahanan Pangan 1,465.90 1,403.62 95.75 27 Perpustakaan 759.24 701.84 92.44 28 Pertanian 18,416.48 18,857.16 102.39 29 Kehutanan 0.00 0.00 30 Energi dan Sumberdaya Mineral 0.00 0.00 31 Pariwisata 11,301.54 12,227.99 108.20 32 Kelautan dan Perikanan 600.00 548.08 91.35 33 Perdagangan T 2,074.00 2,165.50 104.41 34 Perindustrian 1,827.82 1,882.89 103.01 35 Transmigrasi 466.00 445.03 95.50 Sumber: www.djpk.kemenkeu.go.id
7 Berdasarkan perhitungan dan analisis pada tabel 1.2 diatas kinerja Pemerintah Kota Bandung, yang dilakukan dengan cara membandingkan antara alokasi anggaran dengan tingkat realisasi, ternyata tingkat pencapaian atas kegiatan dan sasaran yang telah ditetapkan, sebagian besar masih terdapat beberapa performance gap (celah kinerja/ perbedaan antara target kinerja dengan relisasinya) dimana realisasi menunjukan presentase lebih rendah bahkan lebih tinggi dari target yang terjadi pada tahun 2012, yang meliputi beberapa program kegiatan. Dapat disimpulkan dari fenomena dan tabel di atas, perbandingan antara rencana kinerja dengan tingkat realisasi masih terdapat performance gap. Realisasi lebih besar dari anggaran bisa saja dikarenakan adanya faktor luar seperti kenaikan harga inflasi mendadak sehingga mempengaruhi penggunaan belanja dari anggaran atau adanya ketidak efisienan penggunaan anggaran penggunaan yang tidak tepat. Sebaliknya alokasi anggaran lebih besar dari realisasi belum bisa ditarik kesimpulan bahwa pemerintah Kota Bandung tidak menggunakan penyerapan anggaran sesuai rencana atau kinerja dengan tidak efisien, bisa saja performance gap terjadi karena program yang di rencakan sudah dilaksanakan dengan baik meskipun realisasi tidak sesuai atau lebih kecil dari anggarannya. Sebaliknya bisa saja penyerapan anggaran yang tidak efisien disebabkan kinerja yang kurang baik atau adanya program yang tidak dijalankan sehingga menimbulkan permasalahan yang menyebabkan kinerja instansi tidak berjalan dengan baik atau performance yang buruk dari pemerintah itu sendiri
8 yang didukung dengan fenomena pelayanan beberapa SKPD masih dirasakan buruk bagi masyarakat. Timbul pertanyaan apakah performance gap antara anggaran dan realisasi sudah baik atau bahkan cenderung buruk bisa saja karena adanya hambatan dan permasalahan dari pemerintah pusat atau SKPD itu sendiri dan hambatan apa yang terjadi Sehingga dalam hal ini saya menyimpulkan bahwa kinerja instansi pemerintah dalam pencapaian targetnya masih belum tepat sasaran seperti apa yang ditetapkan pada visi dan misi pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat dan dapat di simpulkan adanya kinerja yang kurang baik serta berdampak pada pelayanan yang buruk kepada masyarakat seperti fenomena yang disampaikan sebelumya, sehingga harus ada perbaikan transparansi proses dan hasil yang telah dicapai dalam akuntabilitas kinerja pemerintah itu sendiri. Menurut Endrayani, Sri (2014) mengemukakan bawaha Jika suatu organisasi menerapkan anggaran berbasis kinerja yang kurang memadai, maka akan menimbulkan hambatan dan akhirnya informasi akuntansi kualitasnya memburuk yang akan mempengaruhi ketepatan pengambilan keputusan. Dengan kurang memadainya penerapan anggaran berbasis kinerja, hal tersebut dapat mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang kurang baik. Laporan akuntabilitas kinerja merupakan hal yang penting bagi organisasi untuk memberikan gambaran mengenai tingkatan pencapaian kinerja, sasaran program dan kegiatan serta indikator makro baik keberhasilan-keberhasilan kinerja yang telah dicapai maupun kegagalan pada periode tahun tertentu.
9 Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai penyerapan anggaran berbasis kinerja. Adapun penelitian terdahulu yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan adalah: 1. Pengaruh anggaran berbasis kinerja sistem akuntansi keuangan daerah dan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah terhadap penilaian suatu kinerja perangkat daerah oleh Silalahi (2012). Peneitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pengaruh anggaran berbasis kinerja dalam penyusunan anggaran di setiap SKPD Kota Dumai. 2. Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Dinas pendidikan Kota depok oleh Sugih arti (2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akuntabilitas atau transparansi kinerja dinas pendidikan kota depok. Dengan hasil variabel efesien dan efektif nberpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja dinas pendidikan kota depok, namun variabel ekonomi tidak berpengaruh signifikan. Berhubungan dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai anggaran berbasis kinerja, Penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai penerapan dari anggaran berbasis kinerja yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.
10 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul : PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Studi Survei pada SKPD Pemerintah Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka identifikasi masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah 1. Bagaimana Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di kota Bandung? 2. Bagaimana Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung? 3. Apakah Anggaran Berbasis Kinerja berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh anggaran berbasis kinerja dan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kota Bandung. Adapun tujuan yang ingin dicapai antaralain :
11 1. Untuk mengetahui gambaran mengenai Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui gambaran mengenai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh penerapan Anggaran Berbasis Kinerja terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kota Bandung? 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam masalah ini, yaitu: a. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pemahanan penulis dalam ilmu Akuntansi Sektor Publik (ASP), khususnya mengenai penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah Kota Bandung. b. Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi pemerintah sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan kualitas kinerja instansi pemerintah Kota Bandung. c. Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk
12 mengkaji topik-topik yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah yang akan dibahas dalam penyusunan skripsi ini, maka lokasi penelitian ini dilaksanakan pada (Satuan Kerja Perangkat Daerah) SKPD Pemerintahan Kota Bandung. Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Agustus 2015 sampai dengan Desember 2015