BAB V KESIMPULAN. Banda Aceh. Selain sebagai sentral informasi, warung kopi juga dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kopi adalah jenis minuman yang dikenal banyak orang. Kopi masuk ke

BAB I PEND AHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jika berbicara tentang Aceh tentunya salah satu khas dan terkenal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Budaya minum kopi di Indonesia sudah berkembang sejak lama, sejak

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB I PENDAHULUAN. formal tahun 1942, Gorontalo belum ada. Saat itu yang ada adalah linula-linula yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis untuk bisa tetap eksis di bidang usahanya. Secara umum tujuan dari pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, Indonesia dihadapi dengan berbagai pengaruh, terutama pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS STRATEGI BISNIS KELUARGA PADA KEDAI KOPI MASSA KOK TONG DI PEMATANGSIANTAR DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak cafe yang menawarkan konsep one stop shopping pengunjung dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis di era modern seperti sekarang ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Cafe merupakan suatu tipe restoran yang biasa menyediakan tempat duduk di dalam dan

BAB I PENDAHULUAN. Kasoos merupakan singkatan dari Kampung Scooter Owner Salatiga.

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Cafe merupakan suatu bisnis yang menjanjikan ( yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Perkembangan bisnis di era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek budaya dan sosial yang datang dari luar negeri membuat pola

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan sesuatu yang akan membantu dan menunjang kehidupannya,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan Furnitur dan Aksesoris

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan komunikasi dalam pemasaran berarti membicarakan. bagaimana pengaruh komunikasi dalam pemasaran dan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang penuh persaingan, konsumen dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki kota ini, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, kota pariwisata dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini banyak sekali kemajuan dan perubahan yang

Persiapan yang wajib diperhatikan para calon pengusaha warung kopi :

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

Bab I PENDAHULUAN. perkembangan industri jasa dirasakan cukup dibutuhkan oleh masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian. Saat ini UMKM di Indonesia per tahunnya mengalami. oleh anak muda dan wanita. Usaha mikro mempunyai peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 8. DISKUSILatihan Soal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ekonomi pasar yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Toko Sumber Hidangan dibangun pada tahun 1929, didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan terkenal dengan kelezatan kopinya. Kopi telah menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, persaingan antar usaha bisnis semakin ketat. Para produsen dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN Pertanyaan mengenai Soto Sedeep di Semarang Responden : Habib Ibnu Alwan No.

Kuesioner. I. Profil Responden. 1. Jenis Kelamin a. Pria b. Wanita. 2. Usia Anda: a. <20 tahun b tahun c tahun d.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia IT (Information Technology) sekarang ini demikian

BAB I PENDAHULUAN. (untuk selanjutnya bisa disingkat dengan HIK) atau bisa disebut pula dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

UKDW BAB LATAR BELAKANG MASALAH

(Diferentiated Marketing)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era informasi yang sedang berkembang dengan cepat dan pesat dewasa

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

7. LAMPIRAN. Lampiran 1. Perhitungan 1.1. Uji Beda Berdasarkan Jenis kelamin Pemahaman. Persepsi. Perilaku. Produk teh lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan atau laba. Walaupun laba bukan merupakan satu-satunya aspek yang

Kedai Kopi Pada Mahasiswa

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat global yang berdampak terhadap gaya hidup seseorang. termasuk dalam memenuhi kebutuhan hiburan. Rutinitas yang cukup


INTERPRETASI MAKNA PADA WARUNG KOPI ACEH Studi Kasus: Warung Kopi Solong di Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman di era globalisasi ini menuntut aktivitas-aktivitas sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam makanan terdapat komposisi seperti karbohidrat, lemak dan protein.

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. MALL BAKERY & CAFE DI SURAKARTA SEBAGAI WADAH PENDIDIKAN,PENJUALAN DAN REKREASI, dapat diartikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. alam, benda, tempat, dan makna nama orang hebat atau pintar. Nama juga diberikan pada kafe. Kafe menurut KBBI (2014) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Ndubisi dan Moi (2005) mengatakan bahwa pembelian ulang (repurchase)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin berkembangnya masyarakat modern seringkali dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pergaulan dengan sesamanya (gregoriousness). Individu yang terhimpun dalam masyarakat (society) merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Pada perkembangan yang pesat ini telah membawa dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa

KEDAI KOPI REPUBLIK. [Versi Draft) Digunakan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Kewirausahaan. (logo) Disusun oleh.

LAPORAN KARYA ILMIAH E-BISNIS

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, dan Kualitas Produk Terhadap Loyalitas Pelanggan pada Ngopi Doeloe Cafe

Peluang Bisnis Parcel Yayan Rahmawan S1 SI 2E. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin hari

Menekuni berbagai peluang bisnis di bidang makanan memang menjanjikan untung besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB IV KESIMPULAN. Sensasi kesenangan..., Melati Sosrowidjojo, FIB UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kriteria untuk menentukannya, seperti harga, kualitas, brand merk hingga apakah

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

Transkripsi:

78 BAB V KESIMPULAN Warung kopi merupakan salah satu tempat yang penting bagi masyarakat Banda Aceh. Selain sebagai sentral informasi, warung kopi juga dapat merepresentasikan gaya hidup masayarakat Aceh. Warung kopi di Banda Aceh sangat beragam. Imej yang lekat pada beberapa warung kopi dapat menjadi sangat khas dan merupakan daya tarik bagi pengunjung. Warung kopi yang dikunjungi cenderung membentuk suatu gaya dari pengunjungnya. Di Banda Aceh sendiri memiliki sekitar 15.000 warung kopi yang tersebar di seluruh daerah. Jenisnya pun bermacam-macam. Ada warung kopi tradisional dengan tempat sangat sederhana dengan deretan bangku dan meja kayu, yang hanya menjual kopi dan kue kecil. Ada pula warung kopi modern yang memiliki fasilitas lengkap, sofa, internet gratis, tv yang besar dan musik. Semua warung kopi tadi selalu ramai dikunjungi pelanggan. Mulai dari orang tua, anak muda hingga wanita semua berkumpul di warung kopi. Beberapa pelanggan suka warung kopi tradisional, namun juga beberapa suka dengan warung kopi full fasilitas. Maka dari itu warung-warung kopi ini, sesuai jenisnya, memiliki pelanggan masing-masing.

79 Bentuk-bentuk dualisme tradisional-modern dalam warung kopi di Banda Aceh dapat dikatakan berjalan beriringan. Hal itu berdasarkan beberapa faktor yakni, kurangnya tempat hiburan di kota Banda Aceh. Orang-orang berfikir bahwa ngobrol dengan teman-temannya di warung kopi merupakan cara paling jitu untuk menghilangkan kebosanan dan menghabiskan waktu luang. Bercengkrama dengan teman dan melakukan hal-hal lain di warung kopi adalah hiburan paling mudah dan murah yang bisa didapat. Bagi pengunjung warung kopi modern, mereka dapat menikmati fasilitas yang disediakan pengelola warung kopi, seperti jaringan internet, musik, dan saluran tv kabel. Walaupun beberapa waktu terakhir ini mulai banyak masuk hiburan lain di Banda Aceh akan tetapi masyarakat Banda Aceh masih menganggap warung kopi adalah destinasi hiburan utama mereka. Banyak kasus dimana pengaruh globalisasi dalam kota-kota besar akhirnya menggerus nilai-nilai tradisional. Hal ini tidak terjadi dalam kasus warung kopi di Banda Aceh. Kebanyakan masyarakat masih memegang teguh rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang erat antara satu sama lain, maka dari itu silaturahmi harus benar-benar terjaga. Berkumpul dan bercakap-cakap adalah salah satu kebiasaan masyarakat Aceh yang sudah sangat melekat. Tidak hanya pada saat lebaran atau hari-hari special dimana pada umumnya keluarga dan kerabat memang berkumpul, tapi juga dihari-hari biasa. Orang Aceh biasa datang ke warung kopi setiap hari untuk bertemu temannya. Mereka lalu duduk berjam-jam, bercakapcakap mengenai apa saja. Mulai dari urusan pribadi, sekolah, keluarga, kantor hingga politik dan bisnis. Mereka dapat bertukar informasi, bertukar kabar dengan

80 siapa saja. Warung kopi digunakan masyarakat Aceh sebagai tempat untuk bertemu dan mengeratkan tali silaturahmi. Dikebanyakan warung kopi modern yang pengunjungnya sebagian besar adalah anak muda, karena fasilitasnya yang lengkap mereka menjadi sibuk dengan urusannya masing-masing. Tak jarang orang yang datang bersama dan duduk satu meja tetapi tidak berbicara satu sama lain karena mereka masingmasing membawa laptop dan sibuk browsing di dunia maya. Biasanya setelah mereka memesan makanan dan minuman, mereka mulai sibuk sendiri. Hanya ngobrol seperlunya saja dengan temannya. Ada kemungkinan memang itu tujuan mereka datang kewarung kopi. Bagi mereka memang itulah fungsi warung kopi yang memberika fasilitas jaringan internet. Kalangan tua, tidak menyukai hal-hal seperti itu dan lebih suka ngopi di warung kopi tradisional yang sederhana. Mereka tidak membutuhkan fasilitas yang lengkap karena mereka memang datang untuk meminum kopi dan bertemu dengan kerabat dan kenalannya. Mereka datang untuk bercakap-cakap yang merupakan bagian dari tradisi masyarakat aceh. Kebanyakan orang juga sering membawa keluarganya makan bersama di warung kopi. Ayah, Ibu, dan anak semuanya duduk bersama di warung kopi. Warung kopi di Banda Aceh sekarang tidak hanya menyediakan kopi hitam dan makanan kecil. Banyak warung kopi yang sudah meng-upgrade menunya menjadi lebih banyak pilihan. Mulai dari snack hingga makanan berat disediakan agar pengunjung dapat lebih leluasa dalam memilih menu. Hal itu membuat pengunjung yang datang tidak terbatas pada orang-orang yang ingin menikmati

81 kopi saja tapi juga siapa saja yang ingin makan dan minum di warung kopi. Orang-orang bisa lebih sering datang ke wrung kopi, untuk sarapan, makan siang dan makan malam. Pilihan makanannya pun beragam. Mulai dari makanan khas Aceh sampai makanan ala Jepang, Melayu dan barat pun tersedia. Keberagaman menu ini menjadi pertanda bahwa warung kopi dapat menyesuaikan diri dan menerima pengaruh luar dengan mudah. Pengaruh dari luar tentu saja juga berdampak pada masyarakat Aceh sendiri. Munculnya komunitas-komunitas eksklusif di Banda Aceh membuat masyarakat makin terkotak-kotak. Hal ini justru dimanfaatkan oleh pengelola warung kopi. Beberapa warung kopi sudah menjadi basecamp bagi beberapa komunitas. Semakin besar komunitasnya maka semakin besar pula anggotanya, dengan kata lain pengunjung warung kopinya pun semakin banyak. Disisi lain warung kopi yang menjadi basecamp suatu komunitas berusaha mendukung dan menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh komunitas tersebut. Masyarakat memang sangat mudah menerima pengaruh-pengaruh asing yang masuk ke Aceh dan warung kopi berusaha menyesuaikan diri dengan menyediakan sarana untuk menunjang gaya hidup baru itu. Modernisasi yang masuk dalam warung kopi dewasa ini menciptakan polarisasi yang jelas dalam gaya hidup masyarakat Aceh. Masyarakat mulai menempatkan warung kopi sesuai dengan fungsi yang diinginkannya. Warung kopi dapat berfungsi sebagai ruang komunal, tempat berkumpul, tempat makan, atau hanya sebagai tempat on-line saja. Masuknya modernisasi dalam warung kopi juga sangat berpengaruh terhadap jelasnya garis kelas sosial. Tidak semua

82 orang dapat masuk dan bergabung secara leluasa dalam suatu komunitas yang ada di sebuah warung kopi. Lagi pula masyarakat cenderung lebih memilih menghabiskan waktunya di warung kopi yang sesuai dengan dirinya, sesuai dengan kebutuhannya. Bentuk-bentuk polarisasi memang terlihat membuat jarak antar masyarakat akan tetapi hal ini sesungguhnya tidak terlalu berpengaruh terhadap keeksistensian warung kopi karena hingga saat ini nilai-nilai tradisional dalam masyarakat Aceh masih sangat kuat. Diharapkan ke depannya nilai-nilai tradisional dalam warung kopi ini tidak pupus. Diharapkan keragaman warung kopi di Banda Aceh ini tetap menjadi suatu identitas budaya masyarakat Aceh, sehingga melalui warung kopi kita dapat mengeksplor banyak hal-hal menarik dibaliknya. Diharapkan penelitian-penelitian kedepannya mengenai warung kopi di Banda Aceh dapat melihat apa yang tersembunyi dibalik deretan meja dan cangkir-cangkir kopi secara lebih mendalam lagi.