BAB 1 PENDAHULUAN. serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak didapatkan infeksi intrakranial ataupun kelainan lain di otak. 1,2 Demam

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9,1%, usia tahun sebesar 8,13%. pada anak dengan frekuensi kejadian 4-6 kasus/1.000 anak (Nelson, 2000).

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. (lebih dari 15 menit) dapat menyebabkan kematian (0,64-0,74%). pertama sebelum umur 4 tahun, terbanyak diantara bulan.

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. 60 bulan disertai suhu tubuh 38 C (100,4 F) atau lebih yang tidak. (SFSs) merupakan serangan kejang yang bersifat tonic-clonic di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Sudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

BAB I PENDAHULUAN. sama, tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kejang demam merupakan jenis kejang pada anak-anak yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mempunyai dua faktor yang berpengaruh besar terhadap

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Vivit Erdina Yunita, 1 Afdal, 2 Iskandar Syarif 3

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh proses

BAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, kemampuan, dan kepribadiannya. Lebih lanjut, seorang anak adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka prevalensi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Epilepsi merupakan kelainan kronik dari sistem saraf pusat yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

PENGARUH GROWTH FALTERING TERHADAP KEJADIAN DEMAM DAN KEJANG DEMAM PADA ANAK PASCA IMUNISASI CAMPAK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM MENIGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN KEJANG DEMAM PADA IBU BALITA DI POSYANDU BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS KEJANG DEMAM PADA ANAK ANEMIA DENGAN ANAK TANPA ANEMIA

BAB VI PEMBAHASAN. Banyak faktor dapat mempengaruhi terjadinya diare berulang pasca

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Angka Kejadian dan Karakteristik Faktor Risiko Pasien Epilepsi. Jl. Hariangbangga No.20 Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. 1. sering ditunjukkan ialah inatensi, hiperaktif, dan impulsif. 2 Analisis meta-regresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengamataan pasca rawat inap dilakukan pada 77 anak yang mengikuti studi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan sehingga mampu meningkatkan rata-rata usia harapan hidup.

Takrif/pengertian. 1/2/2009 Zullies Ikawati's Lecture Notes

BAB I PENDAHULUAN. dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu yang dimaksud adalah

Meningitis: Diagnosis dan Penatalaksanaannya

BAB IV METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. dunia karena prevalensinya masih tinggi terutama di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

Profil kejang demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari 2014 Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

PENDAHULUAN. (hamil dan tidak hamil), dimana terjadi ketidakseimbangan pada flora vagina, laktobasilus, dan terjadi peningkatan bakteri anaerob, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menduduki urutan ke 10 dari urutan prevalensi penyakit. Inflamasi yang terjadi pada sistem saraf pusat

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi. penerus bangsa memiliki kemampuan yang dikembangkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

Kejang Demam (KD) Erny FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN KEJANG DEMAM DI RUANG PERAWATAN ANAK RSU ANUTAPURA PALU. Adhar Arifuddin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kejang merupakan masalah neurologi yang paling sering kita jumpai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Preeklamsi (PE) merupakan gangguan multiorgan pada kehamilan,

Kejang Demam pada Anak. Divisi Neurologi Departemen IKA FKUI-RSCM UKK Neurologi IDAI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berasal dari sel meningothelial (arachnoid) leptomeningen. Tumor ini dapat

Di Indonesia penelitian epidemiologik tentang epilepsi belum pernah dilakukan, namun epilepsi tidak jarang dijumpai dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan abnormal dari sel-sel neuron di otak. Manifestasi klinis dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

HUBUNGAN RIWAYAT BBLR DENGAN RETARDASI MENTAL DI SLB YPPLB NGAWI Erwin Kurniasih Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. 1

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sirosis hati (SH) menjadi problem kesehatan utama di

HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN ONSET KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK DI DUA RUMAH SAKIT DI KOTA MEDAN TAHUN Sisca Silvana ABSTRACT

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Komplikasi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber daya manusia di

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. angka morbilitas dan morbiditas yang masih tinggi. World Health Organization

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini adalah kasus dan kontrol, 13

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam adalah bangkitan kejang terkait dengan demam dan umur serta tidak didapatkan infeksi ataupun kelainan intrakranial. Dikatakan demam apabila suhu tubuh rektal di atas 38 C atau suhu tubuh aksila 37.8 C. Biasanya kejang demam terjadi pada umur 3 bulan sampai 5 tahun, dan terbanyak pada umur 14-18 bulan. 1,2 Kejang demam merupakan kelainan tersering pada anak dimana 2%-5% anak berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami bangkitan kejang demam. Di Amerika Serikat insiden kejang demam berkisar antara 2%-5% pada anak umur kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80%-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana. Di Jepang angka kejadian kejang demam adalah sebesar 9%-10%. 1,3 Prognosis kejang demam baik, tetapi 25%-50% kejang demam akan mengalami bangkitan kejang demam berulang dan 4% penderita kejang demam dapat mengalami gangguan tingkah laku dan penurunan tingkat intelegensi. Insiden epilepsi akibat kejang demam berkisar antara 2%-5% dan meningkat hingga 9%-13% bila terdapat faktor risiko berupa riwayat keluarga dengan epilepsi, perkembangan abnormal sebelum kejang demam pertama, atau mengalami kejang demam kompleks. 3 Selain itu, bangkitan kejang demam berulang dapat menimbulkan kekhawatiran orangtua penderita. Kepustakaan 20

menyebutkan bahwa 47%-77% orangtua penderita kejang demam sangat mengkhawatirkan anaknya dan beranggapan bahwa penyakit anaknya berat dan berakhir dengan kematian. 4 Kejang demam dapat terjadi karena adanya pengaruh beberapa hal, yaitu umur, faktor risiko saat kehamilan maupun persalinan yang menyebabkan trauma otak, suhu badan, faktor genetik, infeksi berulang dan ketidakseimbangan neurotransmitter inhibitor dan eksitator. 5 Seng (Zn) merupakan antagonis N metil-d-aspartat (NMDA) sehingga kadar seng rendah diduga dapat mengaktivasi reseptor NMDA dan berperan dalam pengaturan eksitabilitas jalur sistem saraf pusat. Penelitian oleh Burhanoglu (1996) mendapatkan adanya penurunan kadar seng serum dan cairan serebrospinal pada penderita kejang demam. Sebaliknya, konsentrasi tembaga, magnesium, dan protein tidak mengalami penurunan. 6 Sedangkan penelitian Ganesh dan Janakiraman di India tahun 2005-2006 mendapatkan adanya hubungan antara kadar seng serum dengan kejang demam dengan OR 1.5. 7 Data dari International Conference of Zinc and Human Health tahun 2000 menyimpulkan bahwa diperkirakan 48% populasi dunia mempunyai risiko terjadi defisiensi seng, penelitian di Jakarta tahun 1988 pada 156 responden anak dan dewasa didapatkan 87.2% mengalami defisiensi seng. 8 Penelitian belah lintang di Teheran (1997) pada 881 pelajar dengan usia rata-rata 13.2 tahun didapatkan 31.1% mengalami defisiensi seng. 9 Di Mexico (2001) insiden defisiensi seng sebesar 40% di daerah perkampungan sedangkan 18% di daerah perkotaan. 10 21

Penelitian oleh Huwae FJ tahun 2006 pada 111 anak usia 6 tahun 8 tahun di Grobogan Jawa Tengah didapatkan 40% anak mengalami defisiensi seng. 11 Penelitian tentang hubungan kadar seng serum dengan bangkitan kejang demam belum banyak dilakukan dan belum diketahui besarnya peranan kadar seng serum terhadap terjadinya bangkitan kejang demam. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada korelasi antara kadar seng serum dengan bangkitan kejang demam? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis korelasi antara kadar seng serum dengan terjadinya bangkitan kejang demam. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis perbedaan rerata kadar seng serum pada kelompok anak usia 3 bulan 5 tahun dengan bangkitan kejang demam dan demam tanpa bangkitan kejang. 2. Menganalisis korelasi antara kadar seng serum dengan bangkitan kejang demam. 3. Menganalisis peranan kadar seng serum bersama dengan faktor risiko lain yaitu faktor genetik, infeksi berulang, riwayat penyulit dalam 22

kehamilan maupun persalinan, suhu badan, riwayat gangguan perkembangan otak, dan umur terhadap bangkitan kejang demam. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Pendidikan Sebagai tambahan pustaka dan pengetahuan, khususnya mengenai peranan kadar seng dalam kaitannya dengan bangkitan kejang demam. 2. Penelitian Menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang peran kadar seng serum pada bangkitan kejang demam. 3. Pelayanan kesehatan Untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara komprehensif, terutama dalam upaya pencegahan bangkitan kejang demam dengan pemberian suplementasi seng. 23

1.5 Orisinalitas Penelitian Tabel 1. Penelitian terdahulu tentang kadar seng dan bangkitan kejang demam No. Judul Metode Hasil 1. Hypozincemia in febrile convulsion. Burhanoglu M, Tutunouglu S, Coker C, Tekgul H, Ozgur T. Eur J Pediatr. 1996;155:498-501. 2. Serum zinc levels in children with simple febrile seizure. Ganesh R, Janakiraman L. Clin Pediatr (Phila) 2008;47:164-6. Belah lintang Subyek : 19 anak dengan kejang demam, 9 anak dengan meningitis bakterial, 16 anak dengan infeksi susunan saraf pusat. Kasus kontrol Subyek : 36 anak usia 3 bulan 5 tahun dengan kejang demam. Terdapat penurunan kadar seng serum dan cairan serebrospinal pada pasien kejang demam. 6 Terdapat hubungan antara kadar seng serum dengan kejang demam. OR = 1.5 7 Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan kedua penelitian di atas dalam hal: 1. rancangan penelitian : kasus kontrol 2. jumlah sampel : 72 anak usia 3 bulan 5 tahun yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 36 anak dengan bangkitan kejang demam dan 36 anak tanpa bangkitan kejang demam 3. analisis : dilakukan analisis korelasi terhadap variabel kadar seng serum dan bangkitan kejang demam serta analisis diskriminan terhadap kadar seng serum dan beberapa variabel yang menjadi faktor risiko bangkitan kejang demam. 24